Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Keterampilan dan Kecemasan Berbicara

Berbicara merupakan satu komponen menyampaikan pesan dan amanat secara lisan. Pembicara melakukan enkode dan memiliki kode bahasa untuk menyampaikan pesan dan amanat. Pesan dan amanat ini akan diterima oleh pendengar yang melakukan dekode atas kode-kode yang dikirim dan memberikan interpretasi. Proses ini berlaku secara timbal balik antara pembicara dan pendengar yang akan selalu berganti peran dari peran pembicara menjadi peran pendengar, dan dari peran pendengar menjadi peran  pembicara.
Keterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara
Berbicara berarti mengucapkan  kata atau kalimat kepada seseorang ,  atau kelompok orang lain, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya memberikan  informasi atau motivasi) (Hendrikus, 1995:14).

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain (Djago Tarigan,  1998:12-13). Berbicara identik  dengan penggunaan bahasa secara lisan. Penggunaan bahasa secara lisan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah hal-hal sebagai berikut:  (1) pelafalan, (2) intonasi, (3) pilihan kata,  (4) struktur kata dan kalimat, (5) sistematika pembicaraan, (6) isi pembicaraan,  (7) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta (8) penampilan (gerak-gerik), penguasaan diri.

Kecemasan berbicara

Kecemasan berbicara, mempunyai makna yaitu keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan seseorang yang telah dipengaruhi oleh rasa cemas karena khawatir, takut dan gelisah (Tarigan,1998:80).

Orang mengalami kecemasan berbicara karena beberapa hal sebagai berikut:
  1. Tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tahu bagaimana memulai pembicaraan. Ia tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar. Ia menghadapi sejumlah ketidakpastian.
  2. Orang menderita kecemasan berbicara  karena ia tahu akan dinilai. Berhadapan dengan penilaian membuat orang nervous. 
  3. Kecemasan berbicara dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenal sebagai pembicara-pembicara yang baik. Ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan situasi yang asing dan ia tidak siap.

Cara-cara mengatasi kecemasan berbicara 

Ada dua metode pengendalian kecemasan komunikasi atau dalam hal kecemasan berbicara. Pertama, metode jangka panjang; yakni ketika kita secara berangsur-angsur mengembangkan keterampilan mengendalikan kecemasan berbicara dengan tiga sebab yaitu: kurangnya pengetahuan tentang retorika, tidak adanya pengalaman dalam berpidato, dan sedikit atau tidak ada persiapan.

Kedua, metode jangka pendek; yakni ketika kita harus segera mengendalikan kecemasan berbicara pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato. Dengan metode pertama, yang pertama-tama kita lakukan adalah meningkatkan pengetahuan kita tentang retorika persiapan, penyusunan, dan penyampaian pidato.

Langkah berikutnya ialah menjadi Demosthenes. Carilah tempat yang sunyi. Di dalam gua, di bawah tanah, di pinggir laut seperti Demostheles. Selain langkah tersebut, ada juga teknik- teknik untuk mengatasi gejala kecemasan berbicara secara cepat adalah memancing respon dari hadirin pada permulaan berbicara. Dengan menceritakan lelucon, dengan mengajukan pertanyaan yang memancing reaksi khalayak atau dengan melibatkan hadirin dalam kegiatan.

Ciri- Ciri Pembicara yang Ideal

Menurut Tarigan (1998-124), bahwa ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati serta diterapkan dalam berbicara. Ciri- ciri tersebut antara lain:
  1. Memilih topik tepat. Sebagai pembicara sebaiknya memilih materi atau topik yang menarik, aktual, dan bermanfaat bagi pendengarnya. Dalam memilih materi pembicaraan sebaiknya mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya.
  2. Menguasai materi. Memahami materi yang akan disampaikan jauh sebelum pembicaraan berlangsung dengan jalan pembicara mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai materi.
  3. Memahami pendengar. Semua data mengenai pendengar bagi seorang pembicara sebaiknya memahami dan menghayati untuk dijadikan bahan penyusunan strategi berbicara.
  4. Memahami situasi . Pembicara yang baik selalu berusaha dan mengetahui situasi yang menaungi pembicaraan. Karena itu ia tak segan-segan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana.
  5. Mempunyai tujuan jelas. Setiap pembicara sebaiknya merumuskan tujuan pembicaraannya dengan tegas, jelas, dan gamblang. Sehingga akhirnya mendapatkan respon dari apa yang diharapkan di akhir pembicaraan.
  6. Kontak dengan pendengar. Dalam memahami reaksi emosi dan perasaan pendengarnya, maka  pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Dengan jalan mengadakan kontak batin misalnya melalui pandangan mata, perhatian, anggukan atau senyuman.
  7. Kemampuan linguistik tinggi. Pembicara yang baik memiliki kemampuan linguistik yang tinggi sehingga yang bersangkutan dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya.
  8. Menguasai pendengar. Salah satu ciri pembicara yang baik adalah pandai menarik perhatian pembicara. Dengan gaya yang menarik ia menemukan pendengar, ia mengarahkan pendengar kepada pembicaraannya. Bila pendengar sudah terpusat kepada pembicara dan pembicaraannya maka, pembicara berarti dapat menguasai, mengontrol, dan mempengaruhi pendengarannya.
  9. Memanfaatkan alat bantu. Pembicara yang baik selalu menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan efektif serta memanfaatkan alat-alat bantu yang sesuai dengan lingkungan pendengarnya.
  10. Penampilan meyakinkan. Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan dari segala segi, baik dari segi isi pembicaraan, cara penyampaian, maupun dari segi situasi dan latar belakang pendengarnya.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Keterampilan dan Kecemasan Berbicara. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2015/10/keterampilan-dan-kecemasan-berbicara.html