Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Teori dan Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kemampuan perekonomian suatu negara dalam pembangunan ekonomi, dimana laju pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Pendapatan Nasional Bruto (PNB) dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu dengan memperhitungkan komponen-komponen makro ekonomi berupa konsumsi, investasi, ekspor dan impor.
Teori dan Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Berikut ini beberapa definisi atau pengertian pertumbuhan ekonomi dari beberapa sumber referensi:
  • Menurut Prasetyo (2009), pertumbuhan ekonomi (economic growth) secara paling sederhana dapat diartikan sebagai pertambahan output atau pertambahan pendapatan nasional agregat dalam kurun waktu tertentu, misalkan satu tahun. 
  • Menurut Arsyad (2004), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. 
  • Menurut Karjoredjo (1999:35), pembangunan ekonomi atau pun pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan masyarakat di suatu daerah dalam jangka panjang. Pendapatan masyarakat di sini lebih ditekankan pada pendapatan riil dan pendapatan masyarakat per-kapita orang. 
  • Menurut Untoro (2010:39), pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
  • Menurut Kuznets (2009:11), pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. 
  • Menurut Budiono (1981:1), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam melihat pertumbuhan ekonomi perlu diperhatikan aspek output total, jumlah penduduk dan waktu jangka panjang.

Teori Pertumbuhan Ekonomi 

Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang saat ini, yaitu antara lain sebagai berikut (Sukirno, 2006:243-270):

a. Teori Pertumbuhan Klasik 

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi yang digunakan.

Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.

b. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar 

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan proses perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis), sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis).

Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi:
  1. Perkonomian bersifat tertutup. 
  2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan. 
  3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale). 
  4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai kapasitas penuh, tabungan memiliki proporsional yang ideal dengan tingkat pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y = C + I).

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran dan permintaan barang.

c. Teori Pertumbuhan Neo-klasik 

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.

Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi yang baik dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga produktivitas capital meningkat. Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi model klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan modal.

d. Teori Schumpeter 

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha (enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari inovasi tersebut, maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan investasi. Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.

Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi kebutuhannya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada kondisi tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.

Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi 

Faktor pendukung yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara antara lain adalah sebagai berikut (Rahardja dan Manurung, 2008:136-137):

1. Barang Modal 

Ekonomi akan tumbuh, jika stok barang modal ditambah. Penambahan stok barang modal dilakukan lewat investasi. Karena itu salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah menangani faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi. Pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika investasi neto lebih besar daripada nol. Sebab, jika investasi neto sama dengan nol, perekonomian hanya dapat berproduksi pada tingkat sebelumnya. Akan lebih baik lagi, jika penambahan kuantitas barang modal juga disertai peningkatan kualitas.

2. Tenaga kerja 

Sampai saat ini, khususnya di Negara Sedang Berkembang (NSB), tenaga kerja masih merupakan faktor produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja akan terus meningkatkan output. Hal ini sangat tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi produksi. Selama ada sinergi antara tenaga kerja dan teknologi, penambahan tenaga kerja akan memacu pertumbuhan ekonomi.

3. Teknologi 

Penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan output. Namun ada trade off antara kemajuan teknologi dan kesempatan kerja. Lebih dari itu, kemajuan teknologi makin memperbesar ketimpangan ekonomi antar bangsa, utamanya bangsa-bangsa maju serta dunia ketiga atau Negara Sedang Berkembang (NSB).

4. Uang 

Dalam perekonomian modern, uang memegang peranan dan fungsi sentral. Tidak mengherankan makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar output yang dihasilkan. Tetapi dengan jumlah uang yang sama, dapat dihasilkan output yang lebih besar jika penggunaan-nya efisien. Jika terdapat perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki cukup uang, namun memiliki prospek yang baik maka banyak bank atau lembaga keuangan yang mau membantu, misalnya dengan memberikan kredit. Hanya saja minat meminjam, sangat tergantung dari besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan, terutama bunga pinjaman. Sedangkan bunga pinjaman dapat ditekan, jika sistem keuangan berjalan efisien.

Daftar Pustaka

  • Prasetyo, P.Eko, 2009. Fundamental Makro Ekonomi: sebuah pengetahuan tingkat dasar dan menengah serta advanced untuk ilmu ekonomi makro. Yogyakarta: Beta Offset.
  • Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE YKPN.
  • Karjoredjo, J. Sandi. 1999. Desentralisasi Pembangunan Daerah di Indonesia. Salatiga: Kharwaty.
  • Untoro, Joko. 2010. Ekonomi. Jakarta: Kawah media.
  • Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
  • Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan). Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
  • Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. 2008. Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Teori dan Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2017/10/teori-faktor-pendukung-pertumbuhan-ekonomi.html