Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Formulasi dan Jenis-jenis Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia (bahan kimia, campuran bahan kimia atau bahan-bahan lain) bersifat racun dan bioaktif yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida (Inggris = Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme pengganggu tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau racun.

Pengertian, Formulasi dan Jenis-jenis Pestisida
Ilustrasi Penyemprotan Pestisida
Berikut ini pengertian dan dafinisi pestisida dari beberapa sumber buku:
  1. Menurut USEPA (United States Environmental Protection Agency), pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman dan mikro-organisme pengganggu (Zulkanain, 2010). 
  2. Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau mencegah gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama pengganggu tanaman (Kardinan, 2000). 
Pengertian pestisida menurut Permentan No. 24 Tahun 2011 adalah semua bahan kimia, binatang maupun tumbuhan dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk:
  1. Mengendalikan atau memberantas hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian. 
  2. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu seperti gulma. 
  3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. 
  4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
  5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak. 
  6. Memberantas atau mencegah hama-hama air. 
  7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang-binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air. 
  8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan alat pengangkutan.

Penamaan Pestisida 

Dalam penggunaan dan perdagangan, pestisida diidentifikasi dengan tiga macam nama (Nomenklatur), yaitu:
  • Nama umum (Common name), yaitu nama yang telah didaftarkan pada International Standard Organization (ISO). Nama umum biasanya dipakai sebagai nama bahan aktif suatu pestisida. 
  • Nama kimia (Chemical name), yaitu nama dari unsur atau senyawa kimia dari suatu pestisida yang terdaftar pada International Union for Pure dan Applied Chemistry.
  • Nama dagang (Trade name), yaitu nama dagang dari suatu produk pestisida yang biasanya telah terdaftar dan mendapat semacam paten dari masing-masing Negara .

Formulasi Pestisida 

Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan. Berikut ini merupakan beberapa macam formulasi pestisida (Djojosumarto, 2008):

a. Formulasi Padat

  1. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan. 
  2. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan. 
  3. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur).
  4. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan. 
  5. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan. Bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna. 
  6. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).

b. Formulasi Cair

  1. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini. 
  2. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.
  3. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. 
  4. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan. 
  5. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.

Jenis-jenis Pestisida 

Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
  1. Pestisida Kontak, yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran. Contoh: Gramoxone, Diazinon, Folidol dan BHC.
  2. Pestisida Fumigan, yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas. Contoh: Methyl bromide, Gammexane dan Karbondisulfida.
  3. Pestisida Sistemik, yaitu pestisida yang dapat ditranslokasi melalui tanaman. Hama akan mati apabila menghisap atau memakan jaringan tanaman. Contoh: Furadan, Curater dan Dimecron. 
  4. Pestisida Lambung, yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida. Contoh: Parathion dan Klerat. 
Berdasarkan kandungan struktur kimia di dalamnya, pestisida dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
  1. Golongan Organofosfat. Jenis pestisida ini mengandung unsur-unsur phosphat, carbon,dan hidrogen. Pestisida ini terdiri dari satu gugus atau lebih fosfor yang terkait pada molekul organik. Organophosphat dibuat dari suatu molekul organik yang direaksikan dengan fosforilat. Contoh: Parathion, Malathion dan Tetra Ethyl Pyro Phosphat (TEPP). Di Indonesia yang paling banyak dipakai adalah Diazinon dan Dursband. 
  2. Golongan Karbamat. Karbamat adalah jenis pestisida yang mengandung gugus karbamat. Contoh pestisida yang mengandung gugus karbamat adalah Sevin, Baygon dan Isolan. Sevin dibuat dari alpha napthol yang dikondensasi dengan fosgen dan direaksikan dengan metilamin. 
  3. Golongan Organochlorin. Organochlor adalah pestisida yang mengandung unsur-unsur karbon, hydrogen dan chlorine. Atom-atom chlor dalam komposisinya terikat pada atom hidrokarbon, misal DDT (Dichloro Diphenil Trichloretane), yang dibuat dengan mengkondensasi klorobenzen dan klorat (trichloro asetal dehida). Contah: Aldrin, Chlordane, DDT, Dieldrin, Endosulfan.
Berdasarkan target sasaran yang dibunuh, pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
  1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E. 
  2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh algae. Contohnya Dimanin. 
  3. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua. 
  4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin. 
  5. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan). Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP. 
  6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 Pg. 
  7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron. 
  8. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.
  9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate. 
  10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. J. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma. 
  11. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan. Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC. 
  12. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh predator. 
  13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin. N. 
  14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB. 
  15. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau pembersih pohon. 
  16. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide).

Daftar Pustaka

  • Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka.
  • Zulkarnain. 2010. Dasar-dasar Hortikultural: Pertanian Organik. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Kardinan, A. 2000. Pestisida nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Formulasi dan Jenis-jenis Pestisida. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-formulasi-dan-jenis-jenis-pestisida.html