Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah suatu perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kefektifan suatu mesin atau peralatan yang ada. OEE merupakan salah satu metode yang terdapat dalam Total Produktive Mentenance (TPM). Pada umumnya OEE digunakan sebagai indikator performasi dari suatu mesin atau peralatan (Ansori dan Mustajib, 2013).

Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Berikut ini beberapa pengertian Overall Equipment Effectiveness (OEE) dari beberapa sumber:
  1. Menurut Davis (1995:35), Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan availability, performance efficiency dan rate of quality product.
  2. Menurut Nakajima (1988), Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah suatu metode pengukuran tingkat efektifitas pemakaian suatu peralatan atau sistem dengan mengikutsertakan beberapa sudut pandang dalam proses perhitungan tersebut (Triwardani dkk, 2013).
  3. Menurut Rizkia (2015), Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan suatu pengukuran efektivitas pemakaian suatu mesin/peralatan dengan menghitung ketersediaan mesin, performansi dan kualitas produk yang dihasilkan.

Tujuan dan Manfaat Overall Equipment Effectiveness (OEE) 

Tujuan Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah sebagai alat ukur performa dari suatu sistem maintenance, dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui ketersediaanmesin/peralatan, efisiensi produksi, dan kualitas output mesin/peralatan.

Menurut Muwajih (2015) penggunaan OEE sebagai performance indicator,
mengambil periode basis waktu tertentu, seperti: shiftly, harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Pengukuran OEE lebih efektif digunakan pada suatu peralatan produksi. OEE dapat digunakan dalam beberapa jenis tingkatan pada sebuah lingkungan perusahaan, yaitu sebagai berikut.
  1. OEE dapat digunakan sebagai Benchmark untuk mengukur rencana perusahaan dalam performasi.
  2. Nilai OEE, perkiraan dari suatu aliran produksi, dapat digunakan untuk membandingkan garis performasi melintang dari perusahaan, maka akan terlihat aliran yag tidak penting.
  3. Jika proses permesinan dilakukan secara individual, OEE dapat mengidentifikasi mesin mana yang mempunyai performansi buruk, dan bahkan mengidentifikasi fokus dari sumber daya TPM.
Manfaat yang dapat diambil dari OEE antara lain sebagai berikut:
  1. Menentukan starting point dari perusahaan ataupun peralatan/mesin. 
  2. Mengidentifikasi kejadian bottleneck di dalam peralatan/mesin. 
  3. Mengidentifikasi kerugian produktivitas (true productivity losses). 
  4. Menentukan prioritas dalam usaha untuk meningkatkan OEE dan peningkatan produktivitas.

Pengukuran dan Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 

Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah perhitungan yang digunakan untuk menentukan tingkat produktivitas dan efektivitas peralatan. Overall Equipment Effectiveness dapat dihitung dengan rumus:
Rumus Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Berdasarkan penghargaan yang pernah diberikan oleh Japan Institute of Plant Maintenance, kondisi ideal OEE yaitu sebagai berikut (Nakajima, 1988):
  • Availability > 90%
  • Performance Efficiency > 95%
  • Quality Product > 99% 
Sehingga OEE yang ideal adalah : 0,90 x 0,95 x 0,99 = 85%

Terdapat tiga elemen produktivitas dan efektivitas peralatan yang dapat diukur, yaitu: availability, performance efficiency dan rate of quality product.

a. Availability 

Availability adalah rasio dari lama waktu suatu mesin pada suatu pabrik digunakan terhadap waktu yang ingin digunakan (waktu tersedia). Availability merupakan ukuran sejauh mana mesin tersebut dapat berfungsi.

Availability ratio adalah tingkat efektivitas beroperasinya suatu mesin atauperalatan. Availability ratio merupakan perbandingan antara waktu operasi (operating time) dengan waktu persiapan (loading time). Parameter ini menentukan tingkat kesiapan alat yang ada dan dapat digunakan. Ketersediaan yang rendah merupakan cerminan dari pemeliharaan yang buruk. Sehingga untuk melakukan perhitungan nilai Availability diperlukan operation time, loading time, dan downtime.

Availability dirumuskan sebagai berikut:
Rumus Availability
Keterangan:
  • Operation time merupakan hasil yang diperoleh dari pengurangan loading time dengan waktu downtime mesin.
  • Downtime mesin adalah waktu proses yang seharusnya digunakan mesin akan tetapi karena adanya gangguan pada mesin/peralatan (equipment failure) mengakibatkan tidak ada output yang dihasilkan. Downtime meliputi mesin berhenti beroperasi akibat kerusakan mesin/peralatan, penggantian cetakan (dies), pelaksanaan prosedur setup dan adjustment dan sebagainya.
  • Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau perbulan dikurang dengan waktu downtime mesin direncanakan (planned downtime).

b. Performance Efficiency 

Performance efficiency adalah rasio dari apa yang sebenarnya dengan yang seharusnya pada periode tertentu atau dengan kata lain perbandingan tingkat produksi aktual dengan yang diharapkan.

Menurut Nakajima (1988), performance efficiency merupakan hasil perkalian dari operation speed rate dan net operation rate, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi (operation time).

Performance Efficiency dirumuskan sebagai berikut:
Rumus Performance Efficiency

Operating speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesinberdasarkan kapasitas mesin sebenarnya (ideal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time).

Net operation time berguna untuk menghitung rugi yang diakibatkan oleh minor stoppage dan menurunnya kecepatan produksi (reduced speed). Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk menghitung performance efficiency:
  1. Ideal cycle (waktu siklus ideal).
  2. Processed amount (Jumlah produk yang diproses).
  3. Operation time (waktu operasi mesin).

c. Rate of Quality Product 

Menurut Nakajima (1988), rate of quality product merupakan rasio jumlah produk yang baik terhadap total produk yang diproses. Rate of Quality Product menunjukkan produk yang dapat diterima per total produk yang dihasilkan.

Rate of quality product memperhatikan dua faktor berikut:
  1. Processed amount (jumlah yang diproduksi).
  2. Defect amount (jumlah produk yang cacat).

Rate of Quality Product dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rumus Rate of Quality Product

Daftar Pustaka

  • Ansori, N., & Mustajib, M. I. 2013. Sistem Perawatan Terpadu (Integrated Maintenance System). Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Davis , R K. 1995. Productivity Improvement Through TPM. London: Prentice Hall.
  • Nakajima, S. 1988. Introduction to TPM Total Productive Maintenance. Cambridge: Productivity Press, Inc.
  • Muwajih, Mahbub. 2015. Analisa Overall Equipment Effectiveness (OEE) Plan 2A Welding Section Stasiun Rear Frame Assy dalam Menunjang Kelancaran Proses Produksi (Studi Kasus PT. XYZ Manufature Otomotif). Jakarta: Universitas Mercu Buana.
  • Triwardani, dkk. 2013. Analisis Overall Equipment Effectiveness (OEE) dalam Meminimalisi Six Big Losses pada Mesin Produksi Dual Filters DD07. Surabaya: Teknik Industri Universitas Bra wijaya.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Overall Equipment Effectiveness (OEE). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2018/10/overall-equipment-effectiveness-oee.html