Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Jenis, Motif dan Proses Pembuatan Batik

Batik adalah kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau biasa dikenal dengan kain batik (KBBI, 2007).

Pengertian, Jenis, Motif dan Proses Pembuatan Batik

Berdasarkan etimologi dan terminologinya, istilah batik berasal dari bahasa Jawa yang merupakan rangkaian dari kata "mbat" yang artinya ngembat atau melempar berkali-kali dan "tik" yang artinya titik. Jadi, membatik artinya melempar titik berkali-kali pada kain. Ada pula yang mengatakan bahwa kata batik berasal dari kata "amba" yang berarti kain yang lebar dan kata titik. Artinya batik merupakan titik-titik yang digambar pada media kain yang lebar sedemikian sehingga menghasilkan pola-pola yang indah (Musman dan Arini, 2011).

Sedangkan menurut Endik (1986), batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan, sedang warna itu sendiri dicelup dengan memakai zat warna bisa.

Jenis-jenis Batik 

Berdasarkan teknik pembuatan batik, terdapat empat jenis batik yaitu sebagai berikut (Lisbijanto, 2013):

a. Batik Tulis 

Batik tulis adalah batik yang dibuat secara manual menggunakan tangan dengan alat bantu canting untuk menerakan malam pada corak batik. Cara pembuatan batik dengan melukiskan sebuah pola pada kain dengan menggunakan tangan, alat-alat yang diperlukan antara lain: Canting, Gawangan, Wajan, kauli, Anglo, Tipas/ Tepas. Pembuatan batik tulis membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi karena setiap titik dalam motif berpengaruh pada hasil akhirnya. Motif yang dihasilkan dengan cara ini tidak akan sama persis. Kerumitan ini yang menyebabkan harga batik tulis sangat mahal. Jenis batik ini dipakai raja, pembesar keraton, dan bangsawan sebagai simbol kemewahan.

b. Batik Cap 

Batik cap adalah batik yang dibuat dengan menggunakan cap atau semacam stempel motif batik yang terbuat dari tembaga. Cap digunakan untuk menggantikan fungsi canting sehingga dapat mempersingkat waktu pembuatan. Batik cap dihasilkan dari proses pencelupan semacam alat yang dibuat dari tembaga yang sudah dibentuk sedemikian rupa pada kain. Motif batik cap dianggap kurang memiliki nilai seni karena semua motifnya sama persis. Harga batik cap cukup murah karena dapat dibuat secara masal.

c. Batik kombinasi cap dan tulis 

Batik Kombinasi (Tulis dan Cap) adalah batik yang dibuat dalam rangka mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada produk batik cap, seperti motif besar dan seni coretan yang tidak dapat dihasilkan dengan tangan. Dalam proses pembuatan batik kombinasi ini memerlukan persiapan-persiapan yang rumit, terutama pada penggabungan motif yang ditulis dan motif capnya, sehingga efisiensinya rendah (hampir sama dengan batik tulis) dan nilai seni produknya disamakan dengan batik cap. Adapun proses pembuatannya melalui tahap persiapan, pemulaan (untuk motif besar), pembatikan (motif yang tidak dapat dicap), pencapan, pewarnaan, pelorodan dan penyempurnaan.

d. Batik Printing 

Batik printing disebut juga dengan batik sablon, karena proses pembatikan jenis batik ini sangant mirip dengan proses penyablonan. Motif batik telah di buat dan desain diprint di atas alat offset/sablon, sehingga dapat sangat memudahkan pengerjaan batik khususnya pewarnaan dapat langsung dilakukan dengan alat ini.

Proses Pembuatan Batik 

Menurut Riyanto (1997), proses pembuatan batik dilakukan melalui proses berikut ini, yaitu:
  1. Pencucian mori. Tahap pertama adalah pencucian kain mori untuk menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengloyoran (memasukkan kain ke minyak jarak/minyak kacang dalam abu merang/londo agar kain menjadi lemas), dan daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Agar susunan benang tetap baik, kain dikanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan pengeplongan (kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik). 
  2. Nyorek/mola. Membuat pola di atas kain dengan cara meniru pola yang sudah ada (ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat di atas kertas dan kemudian dijiplak sesuai pola di atas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat pola di atas kain langsung dengan canthing maupun dengan menggunakan pensil. Agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu mengulang batikan di kain sebaliknya. Proses ini disebut gagangi. 
  3. Membatik/nyanting. Menorehkan malam batik ke kain mori yang dimulai dengan nglowong (menggambar garis luar pola dan isenisen). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek yaitu membuat isian di dalam pola yang sudah dibuat, misalnya titiktitik. Ada pula istilah nruntum yang hampir sama dengan isenisen namun lebih rumit. Lalu dilanjutkan dengan nembok (mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai atau akan diwarnai dengan warna yang lain). 
  4. Medel. Pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki. 
  5. Ngerok dan nggirah. Malam pada kain mori dikerok dengan lempengan logam dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga kering. 
  6. Mbironi. Menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek atau titik dengan malam. 
  7. Nyoga. pencelupan kain untuk memberi warna coklat pada bagian-bagian yang tidak ditutup malam. 
  8. Nglorot. Melepaskan malam dengan memasukkan kain ke dalam air mendidih yang sudah dicampuri bahan untuk mempermudah lepasnya lilin. Kemudian dibilas dengan air bersih dan diangin-anginkan. 

Dasar Motif Batik 

Batik memiliki berbagai bentuk, seperti bentuk alam maupun geometris. Asal penciptaan motif batik berasal dari daya cipta nenek moyang. Selanjutnya batik dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat, sehingga antara masyarakat di daerah satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Terdapat empat dasar motif batik, yaitu (Yudhistira, 2016):
  • Corak Utama. Merupakan ornamen unsur pokok yang sering digunakan menjadi nama batik yang dibuat. Corak utama merupakan penghayatan pembatik terhadap alam pikiran serta falsafah yang dianutnya. Bagian ini merupakan ungkapan perlambangan atau biasanya menjadi nama kain. 
  • Isen-isen. Isen-isen merupakan corak tambahan. Corak ini hanya sebagai pengisi latar kain khususnya pada bidang kosong di sela-sela corak utama. Umumnya isen-isen berukuran kecil dan dibuat sesudah corak utama selesai digambar. Corak isen-isen memiliki nama tersendiri untuk setiap macamnya.
  • Corak Pinggir. Corak pinggir kain atau pinggiran biasanya dijumpai pada kain-kain panjang batik pesisir dan kain sarung. Pada kedua jenis kain ini pinggiran terletak pada sisi memanjang kain. Seperti juga corak utama dan isen-isen, corak pinggir hadir dalam aneka ragam bentuk. 
  • Corak-corak Larangan. Pada batik keraton terdapat corak-corak tertentu yang hanya diperuntukkan bagi kalangan raja dan kerabatnya saja. Corak-corak ini disebut corak larangan. Artinya, masyarakat umum yang bukan keturunan ningrat tidak diperkenankan mengenakannya.

Jenis Motif dan Makna Batik 

Menurut Riyanto (1997), terdapat beberapa jenis motif batik tulis yang populer digunakan, yaitu sebagai berikut:
Jenis-jenis motif batik
  1. Cuwiri. Diharapkan pemakainya terlihat pantas dan dihormati. 
  2. Sidomukti. Diharapkan selalu dalam kecukupan dan kebahagiaan. 
  3. Kawung. Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan dan keadilan. 
  4. Pamiluto. Pamiluto berasal dari kata pulut, berarti perekat. 
  5. Parang Kusumo. Kusumo artinya bunga yang mekar, diharapkan pemakainya terlihat indah.
  6. Ceplok Kasatrian. Dipakai golongan menengah ke bawah, agar terlihat gagah. 
  7. Nitik Karawitan. Pemakainya orang yang bijaksana.
  8. Truntum. Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin. 
  9. Ciptoning. Diharapkan pemakainya menjadi orang bijak, mampu memberi petunjuk jalan yang benar. 
  10. Tambal. Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru.
  11. Slobog. Slobog bisa juga lobok atau longgar, kain ini biasa dipakai untuk melayat. 
  12. Parang Rusak Barong. Parang menggambarkan senjata, kekuasaan. Ksatria yang menggunakan motif batik ini bisa berlipat kekuatannya. 
  13. Udan Liris. Artinya udan gerimis, lambang kesuburan.

Daftar Pustaka

  • Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 
  • Musman, Asti dan Arini, Ambar B. 2011. Batik Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: Gramedia. 
  • Endik, S. 1986. Seni Membatik. Jakarta: Safir Alam.
  • Riyanto. 1997. Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik, .
  • Yudhistira. 2016. Dibalik Makna 99 Desain Batik. Bogor: In Media. 
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Jenis, Motif dan Proses Pembuatan Batik. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/01/pengertian-jenis-motif-dan-proses-pembuatan-batik.html