Jenis-jenis Mikroba Endofit
Berbagai jenis endofit telah berhasil diisolasi dari tanaman inangnya dan telah berhasil dibiakkan dalam medium pembenihan yang sesuai. Begitu pula metabolit sekunder yang dihasilakan telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta telah dielusidasi struktur molekulnya (Radji, 2005).
Beberapa di antaranya memiliki aktivitas biologis seperti antikanker, immunomodulator, anti-inflamasi, dan hormon pertumbuhan (Bahi dan Anizar, 2013).
Ragam antibiotik cukup banyak namun sifat intrinsiknya dapat menimbulkan resistensi terhadap mikroba target sehingga senyawa ini tidak dapat lagi diaplikasikan. Langkah-langkah mendapatkan jenis antibiotik baru masih sangat diperlukan baik lewat sintesis kimia, biokimia baru atau penemuan isolat mikroba baru. Dalam dua dekade ini, jasad endofit merupakan salah satu sumber utama mikroba penghasil antibiotik baru, salah satunya adalah jenis jamur. Brunner dan Petrini, (1992) melakukan skrining terhadap lebih dari 80 spora jamur, didapatkan bahwa 79% jamur yang mampu menghasilkan antibiotik adalah kelompok endofit. Selain itu, Tscherter dan Dreyfuss, (1992) meneliti beberapa jamur endofit dan mendapatkan Cryptosporiasis sp. mampu menghasilkan metabolit sekunder dengan spektrum patogenisitas lebar dan beberapa peneliti lain mulai memanfaatkan mikroba endofit sebagai sumber antibiotik baru (Margino, 2008).
Antibiotika berspektrum luas yang disebut munumbicin, dihasilkan oleh endofit Streptomyces sp. strain NRRL 30562 yang merupakan endofit yang diisolasi dari tanaman Kennedia nigriscan, dapat menghambat pertumbuhan Bacillus anthracis, dan Mycobacterium tuberculosis yang multiresisten terhadap berbagai obat anti tuberkulosis. Jenis endofit yang lainnya yang menghasilkan antibiotika berspektrum luas adalah mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman Grevillia pteridifolia. Endofit ini menghasilkan metabolit kakadumycin. Aktivitas antibakterinya sama seperti munumbicin, dan kakadumycin ini juga berkhasiat sebagai anti malaria (Radji, 2005).
![]() |
Mikroba Endofit |
a. Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotik
Mikroorganisme memproduksi berbagai metabolit sekunder, banyak yang mempunyai aplikasi terapi yang potensial. Antibiotik sejauh ini merupakan senyawa yang mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Antibiotik dinyatakan sebagai metabolit sekunder mikroorganisme yang mempunyai berat molekul rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Walaupun struktur kimia berbeda, sebagian besar antibiotik yang beredar diproduksi oleh bakteri dalam order Actinomycetes, terutama genus Sterptomyces. Beberapa fungi juga menghasilkan antibiotik, seperti Aspergillus dan Penicillium (Sudjadi, 2008).Ragam antibiotik cukup banyak namun sifat intrinsiknya dapat menimbulkan resistensi terhadap mikroba target sehingga senyawa ini tidak dapat lagi diaplikasikan. Langkah-langkah mendapatkan jenis antibiotik baru masih sangat diperlukan baik lewat sintesis kimia, biokimia baru atau penemuan isolat mikroba baru. Dalam dua dekade ini, jasad endofit merupakan salah satu sumber utama mikroba penghasil antibiotik baru, salah satunya adalah jenis jamur. Brunner dan Petrini, (1992) melakukan skrining terhadap lebih dari 80 spora jamur, didapatkan bahwa 79% jamur yang mampu menghasilkan antibiotik adalah kelompok endofit. Selain itu, Tscherter dan Dreyfuss, (1992) meneliti beberapa jamur endofit dan mendapatkan Cryptosporiasis sp. mampu menghasilkan metabolit sekunder dengan spektrum patogenisitas lebar dan beberapa peneliti lain mulai memanfaatkan mikroba endofit sebagai sumber antibiotik baru (Margino, 2008).
Antibiotika berspektrum luas yang disebut munumbicin, dihasilkan oleh endofit Streptomyces sp. strain NRRL 30562 yang merupakan endofit yang diisolasi dari tanaman Kennedia nigriscan, dapat menghambat pertumbuhan Bacillus anthracis, dan Mycobacterium tuberculosis yang multiresisten terhadap berbagai obat anti tuberkulosis. Jenis endofit yang lainnya yang menghasilkan antibiotika berspektrum luas adalah mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman Grevillia pteridifolia. Endofit ini menghasilkan metabolit kakadumycin. Aktivitas antibakterinya sama seperti munumbicin, dan kakadumycin ini juga berkhasiat sebagai anti malaria (Radji, 2005).