Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Morfologi dan Kandungan Kimia Pinang

Tanaman pinang diklasifikasikan ke dalam kerajaan Plantae, divisi Spermatophyta (menghasilkan biji), sub divisi Angiospermae (berbiji terbuka), kelas Monocotyledonae (berkeping satu), ordo Arecales, famili Arecaceae (palem-paleman), genus Areca, dan spesies Areca catechu L. (Amudhan dkk., 2012).
Tanaman Pinang
Tanaman Pinang

Morfologi Pinang

Pinang biasa ditanam di pekarangan, taman, atau dibudidayakan. Tanaman ini kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat lain dan dapat ditemukan dari 1-1400 m di atas permukaan laut. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang, dengan bekas daun yang lepas.

Daun majemuk menyirip, tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang, dan panjang helaian daun 1-1,8 m. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang sekitar 80 cm, dan tangkai daun pendek. Helai anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi.

Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada satu bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam dua baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, berwarna putih kuning, dan benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu.

Buah bentuk buni, bulat telur sunsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah bersabut, warna merah jingga jika masak. Biji satu, bentuk seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan datar, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan warna yang lebih muda (Dalimartha, 2009).

Umbutnya dimakan sebagai lalap atau acar, sedangkan buahnya  merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih. Inang merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun digunakan untuk membungkus makanan dan bahan campuran untuk pembuatan topi. Perbanyakan dengan biji (Dalimartha, 2009).

Kandungan Kimia Pinang

Komponen utama biji pinang adalah karbohidrat, lemak, serat, polifenol yang meliputi flavonoid dan tanin, alkaloid dan mineral (Jaiswal dkk., 2011). Kandungan alkaloid dalam biji sebesar 0,3-0,7% yang bekerja kolinergik, seperti arecolin, arecoidin, arecain, guvacolin, guvacin, homoarecolin, dan soguvacin. Selain itu, mengandung tanin terkondensasi 15%, areca red lemak 14% (palmitic, oleic, linoleic, palmitoleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, dan miristic acid), saponin (diosgenin), steroid (kriptogenin, β-sitosterol), asam amino, choline, catechin. Biji segar mengandung sekitar 50% lebih banyak alkaloid dibandingkan biji yang telah diproses (Dalimartha, 2009).

Kulit buah pinang mengandung tanin terkondensasi. Arecolin bekerja sebagai obat cacing dengan melumpuhkan taenia, terutama Taenia solium. Arecolin juga berkhasiat penenang, antivirus, dan antijamur. Kerja kolinergiknya akan meningkatkan sekresi dan peristaltik usus, melambatkan denyut jantung, dan menurunkan tekanan darah (Dalimartha, 2009).

Ekstrak metanol pinang menunjukkan aktivitas anti-penuaan dan penghambatan kuat terhadap radikal super-oksida (Jaiswal dkk., 2011). Lee dkk., (2003) membuktikan adanya aktivitas antioksidan ekstrak metanol pinang yang tinggi terhadap radikal H2O2 begitu pula dalam menghambat radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil).
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Morfologi dan Kandungan Kimia Pinang. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2014/06/morfologi-dan-kandungan-kimia-pinang.html