Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Karakteristik dan Morfologi Serangga

Serangga tergolong dalam Filum Arthrophoda, Sub Filum Mandibulata, Kelas Insecta. Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu, kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Sesungguhnya serangga terdiri dari tidak kurang dari 20 segmen. Enam Ruas terkonsolidasi membentuk kepala, tiga ruas membentuk thoraks, dan 11 ruas membentuk abdomen (Jumar, 2000). Serangga dapat dibedakan dari anggota Arthropoda lainnya karena adanya 3 pasang kaki (sepasang pada setiap segmen thoraks) (Brotowidjoyo, 1994).

Serangga mendominasi rantai makanan dan jaring makanan dalam urutan kedua. Serangga mengkonsumsi makanan yang berbeda-beda tergantung jenis serangga yaitu sebagai dekomposer, hidup di kayu yang mati, indikator dalam air, herbivora, sebagai predator dan parasitisme. Mereka hidup di air dan di tanah selama sebagian atau selama hidupnya. Pola hidup serangga yaitu soliter dan berkelompok. Serangga bisa terlihat dengan jelas, bisa meniru objek lain dan bersembunyi. Serangga ada yang aktif pada malam hari dan ada pula yang aktif pada siang hari. Serangga bisa hidup pada kondisi yang ekstrem, misalnya pada cuaca panas, dingin, basah, kering dan tak terduga (Gullanat el, 2010).

Masing-masing spesies serangga merupakan bagian dari sebuah kumpulan besar suatu koloni serangga, jadi apabila terjadi penurunan populasi maka akan mempengaruhi komplisitas dan kelimpahan organisme lain. Beberapa serangga memiliki fungsi ekologis mereka. Sebagai contoh, rayap mengkorversi selulosa dalam tropis tanah sehingga menjadi sumber penataan tanah. Serangga berhubungan erat dengan kelangsungan hidup manusia, serangga tertentu merusak kesehatan manusia, mempengaruhi pertanian dan hortikultura. Serangga sangat menguntungkan bagi manusia, menyediakan bahan makanan untuk manusia, contohnya lebah madu yang menyediakan madu dan sekaligus sebagai polinator untuk pertanian (Gullanet al, 2010).

Morfologi Serangga

Morfologi Serangga
Morfologi Serangga
Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen) (Fahlevi, 2010).

a. Kepala (Caput)

Kepala pada serangga terdiri dari satu rentetan ruas-ruas metamer tubuh. kepala serangga berfungsi untuk mengumpulkan makanan, manipulasi, penerima sensoris dan perpaduan saraf (Borroret al., 1992). Pada kepala serangga terdapat alat mulut,antena, mata majemuk, dan mata tunggal (osellus) (Jumar, 2000).
  1. Alat Mulut. Bagian mulut serangga tersusun atas labrum, sepasang mandibula, sepasang maksila, labium dan hypofaring. Tipe bagian-bagian mulut serangga telah menentukan bagaimana serangga itu makan (Borroret al, 1992). Menurut Jumar (2000), pada dasarnya bentuk mulut pada serangga dapat digolongkan menjadi menggigit-mengunyah (Seperti pada: Ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan pada  larva serangga), menusuk-menghisap (seperti pada Ordo Homoptera dan Hemiptera), menghisap (seperti pada Ordo Lepidoptera), menjilat-menghisap (seperti pada Ordo Diptera).
  2. Antena. Antena pada serangga bervariasi bentuknya dengan fungsi sebagai alat sensor. Borror et al (1992) menyatakan bahwa fungsi antena pada serangga merupakan alat perasa dan bertindak sebagai organ-organ pengecap, organ pembau, serta organ untuk mendengar. Serangga mempunyai sepasang antena pada kepala dan biasanya tampak seperti benang memanjang (Jumar, 2000).
  3. Mata Majemuk dan mata Tunggal (Ocelli). Menurut Jumar (2000), serangga dewasa memiliki 2 tipe mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Mata tunggal dinamakan ocellus (jamak: ocelli). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva, nimfa, maupun pada serangga dewasa. Mata majemuk sepasang dijumpai pada serangga dewasa dengan letak masing-masing pada sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol ke luar, sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah. Mata majemuk (mata faset), terdiri atas ribuan ommatidia.

b. Dada (Toraks)

Menurut Borror et al (1992), toraks merupakan tagma (segmen) lokomotor tubuh dan toraks mangandung tungkai-tungkai dan sayap-sayap. Toraks terdiri atas tiga ruas, bagian anterior protoraks, mesotoraks, dan bagian posterior metatoraks. Diantara serangga-serangga memiliki dua pasang spirakel terbuka pada toraks. Spirakel yang satu berkaitan dengan mesotoraks dan yang lain berkaitan dengan metatoraks. Meso dan metahoraks mengalami beberapa perubahan yang berkaitan dengan penerbangan.

c. Sayap

Sayap-sayap serangga adalah pertumbuhan-pertumbuhan keluar dari dinding tubuh yang terletak pada dorso-lateral antara notum dan pleura (Borror et al, 1992). Mereka timbul sebagai pertumbuhan keluar seperti kantung, tetapi bila berkembang dengan sempurna, maka akan berbentuk gepeng dan seperti sayap dan diperkuat oleh suatu deretan rangka-rangka sayap. Pada serangga, sayap berkembang sempurna dan berfungsi dengan baik hanya ada dalam stadium dewasa, kecuali pada Ordo Ephemeroptera, sayap berfungsi pada instar terakhirnya.Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga tidak bersayap digolongkan ke dalam sub kelas Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki sayap dimasukkan ke dalam golongan sub kelas Pterygota.

Sayap serangga juga mengalami modifikasi. Modifikasi sayap menurut Jumar (2000), adalah sebagai berikut:
  1. Pada Ordo Tysanoptera, sayap depan berupa rumbai.
  2. Pada Ordo Coleoptera, sayap depan mengeras dan dinamakan elitra (tunggal: elitron). Elitra berfungsi untuk melindungi sayap belakang yang berupa selaput (membran).
  3. Pada Ordo Diptera, sayap depan berkembang sempurna, sedangkan sayap belakang mengalami modifikasi menjadi struktur seperti gada yang disebut halter. Halter berfungsi sebagai penyeimbang tubuh pada saat terbang.
  4. Pada Ordo Hemiptera, sayap depan sebagian mengeras dan sebagian lagi tetap berupa membran. Sayap depan ini disebut sebagai hemielitra (tunggal: hemielitron).
  5. Pada Ordo Orthoptera, sayap depan berupa perkamen, diduga sebagai pelindung dan disebut sebagai tegmina (tunggal: tegmen).

d. Tungkai/Kaki

Menurut Borror (1992) tungkai-tungkai thoraks serangga bersklerotisasi (mengeras) dan selanjutnya dibagi menjadi sejumlah ruas. Secara khas, terdapat 6 ruas pada kaki serangga. Ruas yang pertama yaitu koksa yang merupakan merupakan ruas dasar; trokhanter, satu ruas kecil (biasanya dua ruas) sesudah koksa; femur, biasanya ruas pertama yang panjang pada tungkai; tibia, ruas kedua yang panjang; tarsus,biasanya beberapa ruas kecil di belakang tibia; pretarsus, terdiri dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus. Sebuah bantalan atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium dan bantalan yang terletak di dasar kuku disebut pulvili.

Menurut Jumar (2000), tungkai-tungkai serangga mengalami modifikasi. Sejumlah modifikasi tersebut adalah:
  1. Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari.
  2. Tipe fussorial, tungkai yang digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku depan yang keras.
  3. Tipe saltatorial, tungkai yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan pembesaran femur pada tungkai belakang.
  4. Tipe raptorial, tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkeram mangsa, ditandai dengan pembesaran femur tungkai depan.
  5. Tipe natatorial, tungkai yang berfungsi untuk berenang, ditandai dengan bentuk yang pipih serta adanya sekelompok “rambut-rambut renang” yang panjang.
  6. Tipe ambolatorial, tungkai yang berfungsi untuk berjalan ditandai dengan femur dan tibia yang lebih panjang dari bagian tungkai lainnya. Bentuk ini merupakan bentuk umum tungkai serangga.

e. Perut (Abdomen)

Pada umumnya abdomen serangga terdiri dari 11 segmen metameri (berulang). Tiap segmen metamer memiliki satu sklereit dorsal tergum (jamak: terga), satu sklereitventral sternum (jamak: sterna) dan satu selaput daerah lateral pleuron (jamak: pleura) (Borror et al,, 1992).

Menurut Arora & Dhaliwal (1999), abdomen merupakan tempat organ dalam berada, yang mana fungsi-fungsi fisiologis tubuh berada di sana. Bagaimana pun sistem itu mulanya berasal dari saluran yang dimulai dari bagian kepala, melewati thoraks dan salurannya sampai sejauh mana pada abdomen. Alat kelamin serangga biasanya terletak pada atau kira-kira pada ruas abdomen 8 dan 9. Ruas-ruas ini memiliki kekhususan yang berkaitan dengan kopulasi dan peletakan telur (Borroret al., 1992).
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Karakteristik dan Morfologi Serangga. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2016/02/karakteristik-dan-morfologi-seranggga.html