Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Ciri-ciri & Unsur Cerpen

Cerita pendek atau lebih populer dengan istilah cerpen berasal dari bahasa Inggris, short story. Cerpen termasuk salah satu karya sastra yang berbentuk prosa naratif fiktif. Panjang suatu cerpen bervariasi. Ada cerpen yang pendek, bahkan mungkin pendek sekali (sekitar 500 kata); ada yang panjangnya sedang; serta ada cerpen yang panjang, terdiri atas puluhan (bahkan beberapa puluh) ribu kata.

Pengertian, ciri-ciri dan Unsur Cerpen
Ilustrasi Cerpen
Thahar (2008:5) mengatakan bahwa jalannya  peristiwa di dalam cerpen biasanya lebih padat. Sementara itu, latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Hal ini berbeda dengan novel, yang memiliki detail latar yang lebih komplit. Meski demikian, jika ditilik dari jalannya peristiwa, cerpen bukanlah bentuk ringkas dari novel. Di dalam cerpen, hanya ditemukan sebuah peristiwa yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.

Cerpen adalah cerita pendek dan merupakan suatu kebulatan ide. Dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen lengkap, bulat, dan singkat. Artinya, semua bagian cerpen harus terikat pada suatu kesatuan jiwa, yaitu pendek, padat, dan lengkap; tidak ada bagian yang tidak penting (Tarigan, 2011:180).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen hanya membahas satu fragmen dalam kehidupan manusia. Biasanya cerpen hanya menceritakan suatu peristiwa besar yang didukung oleh peristiwa-peristiwa kecil lainnya.

Ciri-ciri Cerpen

Menurut Tarigan (2011:180-181) ada empat belas ciri khas cerpen. Ciri khas tersebut ialah:
  1. Singkat, padu, dan intensif. 
  2. Unsur utama cerita pendek adalah adegan, tokoh, dan gerak.
  3. Bahasa cerita pendek harus tajam sugestif dan menarik perhatian.
  4. Mengandung interprestasi pengarang mengenai kehidupan.
  5. Menimbulkan satu efek dalam pemikiran pembaca. 
  6. Menimbulkan perasaan pada pembaca. 
  7. Mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja. 
  8. Terdapat insiden terutama yang menguasai cerita. 
  9. Menimbulkan suatu kesan yang menarik.
  10. Mempunyai seorang pelaku utama.
  11. Bergantung pada satu situasi.
  12. Memberikan impresi tunggal.
  13. Memberikan satu kebulatan efek. 
  14. Menyajikan satu emosi. 
  15. Tidak lebih dari 10.000 kata.

Unsur-unsur Cerpen

Cerpen merupakan sebuah karya fiksi dan di dalam setiap penciptaannya, karya fiksi dibangun oleh suatu struktur atau unsur. Unsur karya fiksi terbagi atas dua, yaitu unsur yang membangun dari dalam (intrinsik) dan unsur yang mempengaruhi penciptaan dari luar (ekstrinsik). Unsur intrinsik cerpen, yaitu alur (plot), penokohan, latar (setting), tema dan amanat, gaya bahasa, dan sudut pandang. Sementara itu, unsur ekstrinsik cerpen, antara lain mencakup nilai sosial, nilai ekonomi, nilai kebudayaan, dan nilai keagamaan (Muhardi dan Hasanuddin, 1992:20).

a. Alur

Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Semi, 1984:35). Pendapat lain menyatakan bahwa plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengamatan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu (dalam Nurgiyantoro, 2010:113).

b. Penokohan

Seringkali istilah tokoh dan penokohan dianggap sama. Padahal pengertian keduanya tidaklah sama. Istilah tokoh lebih menunjuk kepada orangnya, pelaku cerita. Sedangkan penokohan lebih luas pengertiannya, sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro, 2010:166).

Secara umum tokoh bisa dibedakan berdasarkan status keberadaannya di dalam cerita dan berdasarkan sifatnya. Berdasarkan keberadaannya di dalam cerita tokoh bisa dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan (sampingan). Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak diceritakan atau tokoh yng namanya paling sering muncul di dalam sebuah cerita. Sedangkan tokoh tambahan (sampingan) adalah tokoh yang membantu tokoh utama dalam terjadinya sebuah peristiwa. Maksudnya tokoh tambahan diceritakan jika hanya ada interaksi dengan tokoh utama.

Berdasarkan sifatnya tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif. Tokoh antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

c. Latar

Latar atau setting yang disebut juga landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2010:216). Atmazaki (2007:104) mengemukakan bahwa latar adalah tempat dan urutan waktu ketika tindakan berlangsung. Sementara itu, menurut Semi (1984:32) latar adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.

Jadi latar adalah keadaan lingkungan terjadinya cerita baik itu waktu, tempat, maupun, keadaan sosialnya (suasana). Latar secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat merupakan tempat terjadinya cerita tersebut, misalnya pasar, sekolah, rumah, perpustakaan, dan lain sebagainya. Latar waktu adalah waktu terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita, misalnya: tahun 90-an, masa penjajahan Belanda, masa reformasi dan lain-lain. Sedangkan latar suasana adalah suasana atau kondisi yang sedang mewarnai dan berlangsung dalam sebuah cerita tersebut, misalnya suasana marah, suasana benci, suasana penyesalan, dan lain-lain.

d. Tema dan Amanat

Tema merupakan inti dari suatu permasalahan dalam sebuah cerita. Menurut Semi (1984:34) tema adalah suatu gagasan yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan tersebut. Sejalan dengan itu, Muhardi dan Hasanuddin (1992:38) mengemukakan bahwa tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya.

Sementara itu, amanat adalah opini, kecendrungan, dan visi pengarang terhadap tema yang dikemukakan (Muhardi dan Hasanuddin, 1992:39). Amanat dalam sebuah cerpen dapat mengandung beberapa amanat (lebih dari satu). Amanat yang baik tidak cenderung untuk mengikuti pola-pola dan norma umum. Tapi menciptakan pola-pola baru berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan (Esten, 1993:23). Amanat ditujukan agar manusia selalu menjunjung nilai-nilai kebaikan.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Ciri-ciri & Unsur Cerpen. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2016/03/pengertian-ciri-ciri-unsur-cerpen.html