Kurikulum Pendidikan Teknik Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaan dan melatih siswa untuk bekerja. Di awalnya, dahulu kala pendidikan kejuruan dapat diperoleh langsung dari orang tua (dewasa), namun perkembangan ilmu dan teknologi yang banyak ragam dan sangat cepat membuat orang tua tidak dapat mentransfer keterampilan kerja dalam waktu singkat, untuk itu diperlukan sekolah kejuruan.
Kemajuan teknologi tidak hanya pada bidang industri, tetapi juga pada bidang pendidikan, pemakaian teknologi internet, teknologi komunikasi, dan intranet. Kemajuan membuat perubahan dalam teknologi pendidikan. Proses pembelajaran lebih banyak dalam pembelajaran individual, dan berkurangnya tatap muka langsung antara guru dan siswa.
Belakangan ini di Indonesia, pendidikan banyak disorot terutama pada beberapa hal:
Keunikan kurikulum teknik dan kejuruan memunculkan masalah atau pertanyaan kritis. Apa arah dasar pengembangan kurikulum pendidikan teknik dan kejuruan sebaiknya ditetapkan? Sejarah telah menceritakan kepada kita bahwa secara tradisional kurikulum telah dikembangkan dengan cara yang serampangan dimana sedikit pertimbangan yang diberikan kepada pengaruh proses pengembangan.
Hal lain penting karena kurikulum teknik dan kejuruan akan cepat usang manakala langkah-langkah yang diambil tidak menjaganya dari tetap statis. Selanjutnya, kurikulum harus tetap dijaga agar ia tetap relevan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Seberapa luas kurikulum membantu mahasiswa untuk masuk dan berhasil dalam dunia kerja akan memancarkan keberhasilan yang diperolehnya dari bangku kuliah.
Ketentuan harus dibuat untuk revisi kurikulum, khususnya modifikasi-modifikasi peningkatan yang dapat dilihat dan bukan hanya perubahan demi perubahan. Ini tidak berarti sekali dalam setahun kurikulum diperiksa oleh panel “ahli”.Ketentuan harus dibuat untuk mengarahkan kembali, modifikasi, atau mengurangi kurikulum yang ada sepanjang tindakan ini dibenarkan.
![]() |
Teknik Kejuruan |
Belakangan ini di Indonesia, pendidikan banyak disorot terutama pada beberapa hal:
- Perubahan kurikulum (1950, 1964, 1975, 1984, 2008, 2013, dst);
- Pengembangan model SMK berbasis daerah;
- Strategi pembelajaran tuntas; dan
- Sistem evaluasi kompetensi.
Keunikan kurikulum teknik dan kejuruan memunculkan masalah atau pertanyaan kritis. Apa arah dasar pengembangan kurikulum pendidikan teknik dan kejuruan sebaiknya ditetapkan? Sejarah telah menceritakan kepada kita bahwa secara tradisional kurikulum telah dikembangkan dengan cara yang serampangan dimana sedikit pertimbangan yang diberikan kepada pengaruh proses pengembangan.
Hal lain penting karena kurikulum teknik dan kejuruan akan cepat usang manakala langkah-langkah yang diambil tidak menjaganya dari tetap statis. Selanjutnya, kurikulum harus tetap dijaga agar ia tetap relevan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Seberapa luas kurikulum membantu mahasiswa untuk masuk dan berhasil dalam dunia kerja akan memancarkan keberhasilan yang diperolehnya dari bangku kuliah.
Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Kurikulum
Seperti telah disinggung terdahulu, ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan dan/atau kurikulum PTK. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.1. Berbasis data
Kurikulum teknik dan kejuruan kontemporer tidak dapat berfungsi secara tepat jika tidak berbasis data. Keputusan-keputusan mengenai apakah menawarkan kurikulum yang dibutuhkan untuk dibiayai atas data berbasis masyarakat atau sekolah yang layak atau tidak. Keputusan-keputusan mengenai konten kurikulum sebaiknya dibuat setelah sejumlah variasi data seperti karakteristik-karakteristik siswa dan hakikat pekerjaan yang akan dipersiapkan untuk para lulusan telah teruji kemampuannya. Dalam hal ini, kualitas bahan-bahan kurikulum ditentukan setelah data dikumpulkan dari para guru dan siswa yang akan menggunakan kurikulum itu. Sebenarnya, penggunaan data sebagai dasar pembuatan keputusan tidak harus terlalu ditekankan. Alasan ini karena pengembang kurikulum tradisional sering mengabaikan untuk menempatkan tekanan pada hubungan yang sebaiknya ada antara data dan keputusan-keputusan kurikulum.2. Dinamis
Dapat dikatakan bahwa kurikulum yang statis adalah kurikulum yang mati (dying curriculum). Hanya seperti pendidikan teknik dan kejuruan ada dalam keadaan dinamis, maka kurikulumnya harus dinamis. Para administrator, para pengembang kurikulum, dan para guru yang secara tetap menguji kurikulum dalam batas-batas yang dilakukan dan seberapa baik kurikulum itu memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa.Ketentuan harus dibuat untuk revisi kurikulum, khususnya modifikasi-modifikasi peningkatan yang dapat dilihat dan bukan hanya perubahan demi perubahan. Ini tidak berarti sekali dalam setahun kurikulum diperiksa oleh panel “ahli”.Ketentuan harus dibuat untuk mengarahkan kembali, modifikasi, atau mengurangi kurikulum yang ada sepanjang tindakan ini dibenarkan.