Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Faktor dan Tahapan Persalinan

Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah (2009), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.

Pengertian, Faktor dan Tahapan Persalinan
Ilustrasi Persalinan
Dari kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan lahir yang diikuti dengan pengeluaran plasenta dan  selaput ketuban secara utuh.

Sebab-Sebab terjadinya persalinan

Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar. Beberapa teori yang dikemukakan antara lain (Manuaba, I. B. G, 2008):
  1. Teori kadar progesteron. Progesteron yang berfungsi untuk mempertahankan kehamilan, yang semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah dirangsang oleh oksitosin
  2. Teori oksitosin. Menjelang persalinan hormon oksitosin makin meningkat sehingga merangsang terjadinya persalinan.
  3. Teori regangan otot rahim. Meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.
  4. Teori prostaglandin. Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan.

Jenis-jenis persalinan

Terdapat dua jenis persalinan normal, yaitu (Manuaba I. B. G, 2008):
  1. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan tenaga sendiri.
  2. Persalinan buatan adalah persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.
  3. Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi dengan tindakan seperti seksio sesarea.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan persalinan, yaitu (Sumarah, 2009):
  1. Passage (jalan lahir) terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
  2. Passanger (janin dan plasenta) bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. persalinan.
  3. Power (kekuatan ) adalah kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
  4. Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan seperti posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.
  5. Psikologis dimana tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya.

Tahapan Persalinan

a. Kala I (Pembukaan)

Partus mulai ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
  1. Fase Laten: Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
  2. Fase Aktif, berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 subfase, yaitu: 1). Fase akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. 2). Fase dilatasi maksimal selama 2 jam dan pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. 3). Fase deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm.

b. Kala II (Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat dan cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refletoris menimbulkan rasa mengedan karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti buang air besar, dengan anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. His mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti dengan seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½ jam dan pada multi ½ sampai 1 jam.

c. Kala III (Pengeluaran Uri)

Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawah ini:
  1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah peer atau alvokat dan fundus berada diatas pusat.
  2. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
  3. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

d. Kala IV (Pengawasan)

Kala pengawasan terjadi selang 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

Hal-hal yang perlu dipantau pada kala IV persalinan adalah (Depkes, 2008):
  1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada  temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu. 
  2. Massase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
  3. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pasca persalinan. Jika meningkat, dan tata laksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
  4. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
  5. Ajarkan pada ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan massase uterus jika uterus menjadi lembek.
  6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan bayi dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering , atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi Air Susu Ibu (ASI) secara on demand.

Daftar Pustaka

  • Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR. Jakarta.
  • Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
  • Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Jakarta: Fitramaya.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Faktor dan Tahapan Persalinan. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2016/04/pengertian-faktor-dan-tahapan-persalinan.html