Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Bentuk dan Efek Racun Sianida

Pengertian Sianida 

Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Keracunan hidrogen sianida dapat menyebabkan kematian, dan pemaparan secara sengaja dari sianida (termasuk garam sianida) dapat menjadi alat untuk melakukan pembunuhan atau pun bunuh diri (Libertus, 2008: 24-25).

Pengertian, Bentuk dan Efek Racun Sianida
Potasium Sianida
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok cyNo C dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN- dapat ditemukan dalam bentuk senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair, setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat berbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hydrogen sianida) KCN (kalium sianida) (Margreth, 2009: 15).

Sianida bisa berupa gas berwarna seperti hydrogen cyanide (HCN) atau cyanogen chloride (CNCl), dapat juga berbentuk kristal seperti sodium cyanide (NaCN) atau potassium cyanide (KCN). Kadang-kadang sianida berbau seperti bitter almond, tapi sianida tidak selalu berbau, dan tidak semua orang yang bias mendeteksi bau sianida.

Sianida umumnya ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan unsur kimia organik maupun anorganik lain membentuk suatu senyawa. Contoh yang paling sering ditemukan antara lain hidrogen sianida, sodium sianida dan potasium sianida. Hidrogen sianida berbentuk gas, tak berwarna, berbau khas dan mudah sekali menguap. Potasium sianida dan sodium sianida berbentuk padat, serbuk Kristal berwarna putih dan larut dalam air (Sihombing, 2007: 46).

Bentuk-bentuk Sianida 

Pengertian, Bentuk dan Efek Racun Sianida
Kimia Beracun - Senyawa Sianida
Sianida yang ditemukan memiliki beberapa bentuk, yaitu (Sugeng Purnomo, 2011:309):
  1. Inorganic cyanide: Hidrogen Sianida (HCN). 
  2. Cyanide salts (garam sianida): Potasium Sianida (KCN), Sodium Sianida(NaCN), Calcium Sianida (Ca(CN)2. 
  3. Metal cyanide (logam sianida): Potasium Silver Cyanide (C2AgN2K), Gold(I) Cyanide (AuCN), Mercury Cyanide (Hg(CN)2), Zinc Cyanide (Zn(CN)2, Lead Cyanide (Pb(CN)2 
  4. Metal cyanide salts: Sodium Cyanourite. 
  5. Cyanogens halides: Cyanogen Klorida (CClN), Cyanogen Bromide (CBrN) 
  6. Cyanogens: Cyanogen (CN)2 
  7. Aliphatic nitriles: Acetonitrile (C2H3N), Acrylonitrile (C3H3N), Butyronitrile (C4H7N), Propionitrile (C3H5N). 
  8. Cyanogens glycosides: Amygdalin (C20H27NO11), Linamarin (C10H17NO6). 

Efek Racun Sianida 

Pengertian, Bentuk dan Efek Racun Sianida
Sodium Sianida
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari dosis sianida, banyaknya paparan, jenis paparan dan tipe komponen dari sianida.

Sianida dianggap sebagai pencemar (polutan) karena sifatnya yang toksik (beracun) bagi makhluk hidup yang rendah untuk waktu yang cukup lama antara lain dapat menyebabkan gangguan pernapasan (sulit bernapas), sakit kepala dan pembesaran kelenjar tyroid, sedangkan kontak pada konsentrasi tinggi dengan waktu yang singkat dapat menyebabkan gangguan pada otak, jaringan syaraf bahkan dapat menyebabkan koma dan kematian (Sihombing, 2007: 45).

Gejala yang paling cepat muncul setelah keracunan sianida adalah iritasi pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala dan tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang diikuti dengan dyspnea, sianosis (kebiruan), hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea AV nodus. Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan berlebihan, koma, dan terjadi kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps kardiovaskular, kulit menjadi dingin, berkeringat, dan lembab. Nadi menjadi lemah dan lebih cepat. Tanda terakhir dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal jantung, udem pada paru-paru dan kematian (Libertus, 2008: 2)

Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh masih dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.

Akibat racun sianida tergantung pada jumlah paparan dan cara masuk tubuh, lewat pernapasan atau pencernaan. Racun ini menghambat sel tubuh mendapatkan oksigen sehingga yang paling terpengaruh adalah jantung dan otak. Paparan dalam jumlah kecil mengakibatkan napas cepat, gelisah, pusing, lemah, sakit kepala, mual dan muntah serta detak jantung meningkat. Paparan dalam jumlah besar menyebabkan kejang, tekanan darah rendah, detak jantung melambat, kehilangan kesadaran, gangguan paru serta gagal napas hingga korban meninggal.

Setelah terpejan sianida, gejala yang paling cepat muncul adalah iritasi pada lidah dan membran mukus serta suara desir darah yang tidak teratur. Gejala dan tanda awal yang terjadi setelah menghirup HCN atau menelan garam sianida adalah kecemasan, sakit kepala, mual, bingung, vertigo, dan hypernoea, yang diikuti dengan dyspnoea, sianosis, hipotensi, bradikardi, dan sinus atau aritmea AV nodus. Onset yang terjadi secara tiba-tiba dari efek toksik yang pendek setelah pemaparan sianida merupakan tanda awal dari keracunan sianida. Symptomnya termasuk sakit kepala, mual, dyspnea, dan kebingungan. Syncope, koma, respirasi agonal, dan gangguan kardiovaskular terjadi dengan cepat setelah pemaparan yang berat.

Dalam keracunan stadium kedua, tampak kecemasan berlebihan, koma, dan terjadi konvulsi, kejang, nafas tersengal-sengal, kolaps kardiovaskular, kulit menjadi dingin, berkeringat, dan lembab. Nadi menjadi lemah dan lebih cepat. Tanda terakhr dari toksisitas sianida meliputi hipotensi, aritmia kompleks, gagal jantung, udem pada paru-paru dan kematian.

Warna merah terang pada kulit atau tidak terjadinya sianosis, jarang terjadi dalam keracunan sianida. Secara teoritis tanda ini dapat dijelaskan dengan adanya kandungan yang tinggi dari oksihemoglobin, dalam venus return, tetapi dalam keracunan berat, gagal jantung dapat dicegah. Kadang-kadang sianosis dapat dikenali apabila pasien memiliki bintik merah muda terang.

Daftar Pustaka

  • Libertus Tintus H. 2008. Skripsi, Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitritsebagai Antidot Keracunan Sianida Akut pada Mencit Jantan Galur Swiss. Yogyakarta.
  • Karina, Elisa Margareth. 2009. Analisa Kadar Total Suspended Solid (TSS), Amoniak (NH3), Sianida (CN-), dan Sulfida (S2-) Pada Limbah Cair Bapedalsu. Makalah FMIPA USU. Medan.
  • Sihombing, Fernando. 2007. Penggunaan Media Filtran Dalam Upaya Mengurangi Beban Cemaran Limbah Cair Industri Kecil Tapioka. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
  • Purnomo, Sugeng. 2011. Penggunaan Unit Ozonizer Untuk Destruksi Sianida Dalam Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Artikel Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (Online), Buku II.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Bentuk dan Efek Racun Sianida. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2016/09/pengertian-bentuk-dan-efek-racun-sianida.html