Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Tujuan dan Jenis-jenis Investasi

Pengertian Investasi 

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tandelilin, 2010:2). Investasi dapat juga diartikan sebagai penundaan konsumsi di masa sekarang dalam jumlah dan selama periode waktu tertentu dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang pada tingkat tertentu sesuai dengan yang diharapkan.
Pengertian, Tujuan dan Jenis-jenis Investasi
Ilustrasi Investasi
Berikut ini beberapa pengertian investasi dari beberapa sumber:
  • Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang dana tersebut (Ahmad, 2004). 
  • Menurut Mulyadi (2006:121), investasi adalah suatu keputusan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal.
  • Menurut Sunariyah (2003:4), Investasi adalah suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.

Tujuan Investasi 

Menurut Fahmi dan Hadi (2009:6) tujuan investasi adalah:
  1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.
  2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual).
  3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham.
  4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa.
Sedangkan menurut Tandelilin (2010:8), ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain:
  1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. 
  2. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
  3. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

Jenis-jenis Investasi 

Menurut Halim (2003:2), investasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Investasi pada financial assets. Investasi ini dapat dibedakan lagi menjadi dua. Pertama investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Kedua investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. 
  2. Investasi pada real asset. Investasi ini diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
Jenis-jenis investasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:13) adalah sebagai berikut:
  1. Investasi Lancar. Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan untuk dimiliki selama setahun atau kurang.
  2. Investasi Jangka Panjang. Investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar. 
  3. Investasi Properti. Properti adalah investasi pada tanah atau bangunan yang tidak digunakan oleh perusahaan yang berinvestasi. 
  4. Investasi Dagang. Investasi dagang adalah investasi yang ditunjuk untuk mempermudah atau mempertahankan bisnis atau hubungan perdagangan.
Menurut Jones (Gumanti, 2011:24), investasi menjadi dua golongan, yaitu:
  1. Investasi langsung (direct investing). Investor membeli dan menjual bagian dari investasi secara langsung tanpa harus menggunakan fasilitas perusahaan investasi (investment companies) atau reksadana (mutual funds). 
  2. Investasi tidak langsung. Investor membeli dan menjual bagian dari investasinya melalui perusahaan investasi atau reksadana dalam bentuk portofolio sekuritas.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001), investasi dapat dibagi menjadi empat golongan sebagai berikut:

a. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non-profit investment)

Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. Misalnya karena air limbah yang telah digunakan dalam proses produksi jika dilarikan keluar pabrik akan mengakibatkan timbulnya pencemaran lingkungan, maka pemerintah mewajibkan perusahaan untuk memasang instalasi pembersih air limbah, sebelum air limbah dibuang ke luar pabrik.

b. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)

Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. Sebagai contoh adalah pengeluaran biaya promosi produk untuk jangka panjang, biaya penelitian dan pengembangan, dan biaya program pelatihan dan pendidikan karyawan.

c. Investasi dalam penggantian ekuipmen (replacement investment)

Investasi jenis ini meliputi penggeluaran untuk penggantian mesin dan peralatan yang ada. Informasi penting yang perlu dipertimbangkan dalam keputusan penggantian mesin dan peralatan adalah informasi akuntansi diferensial yang berupa akitva diferensial dan biaya diferensial. Penggantian mesin biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan adanya penghematan biaya (biaya diferensial) yang akan diperoleh atau adanya kenaikan produktivitas (pendapatan diferensial) dengan adanya penggantian tersebut.

d. Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment)

Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. Untuk memutuskan jenis investasi ini, yang perlu dipertimbangkan adalah apakah aktiva diferensial yang diperlukan untuk perluasan usaha diperkirakan akan menghasilkan laba diferensial (yang merupakan selisih antara pendapatan diferensial dengan biaya diferensial) yang jumlahnya memadai. Kriteria yang perlu dipertimbangkan adalah taksiran laba masa yang akan datang (yang merupakan selisih pendapatan dengan biaya) dan kembalian investasi (return on investment) yang akan diperoleh karena adanya investasi tersebut.

Daftar Pustaka

  • Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi pertama. Yogyakarta : Kanisius.
  • Ahmad, Kamarudin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Rineka Cipta. Jakarta.
  • Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
  • Mulyadi. 2006. Akuntansi Biaya. STIE YKPN, Jakarta.
  • Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, edisi ke tiga. UPP-AMP YKPN, Yogyakarta.
  • Irham Fahmi & Yovi L Hadi. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.
  • Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Edisi Pertama. Salemba Empat: Jakarta.
  • Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 16. Jakarta: Salemba Empat.
  • Ary, Tatang Gumanti. 2011. Manajemen Investasi – Konsep, Teori dan Aplikasi. Mitra Wacana Media, Jakarta.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Tujuan dan Jenis-jenis Investasi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-tujuan-dan-jenis-investasi.html