Pengertian, Unsur dan Pembentukan Karakter
Daftar Isi
Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai
tanda-tanda kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang. Secara
etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti
watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak.
Pengertian, Unsur dan Pembentukan Karakter |
- Menurut Poerwadarminta, karakter berarti tabiat, watak sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain (Syarbini, 2012:13).
- Menurut Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan (Fathul Muin, 2011:160).
- Menurut Coon, karakter adalah suatu penilaian subjektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat (Zubaedi, 2011:8).
- Menurut Mansur Muslich (2010:70), karakter adalah cara berfikir dan berperilaku seseorang yang menjadi ciri khas dari tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam keluarga, masyarakat dan negara.
Unsur-unsur Karakter
Secara psikologis dan sosiologis pada manusia terdapat hal-hal
yang berkaitan dengan terbentuknya karakter. Unsur-unsur ini menunjukan
bagaimana karakter seseorang. Unsur-unsur tersebut antara lain:
a. Sikap
Sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, bahkan dianggap
cerminan karakter seseorang tersebut. Dalam hal ini, sikap seseorang terhadap
sesuatu yang ada di hadapannya, biasanya menunjukan bagaimana karakter orang
tersebut. Jadi, semakin baik sikap seseorang maka akan dikatakan orang dengan
karakter baik. Dan sebaliknya, semakin tidak baik sikap seseorang maka akan
dikatakan orang dengan karakter yang tidak baik.
b. Emosi
Emosi merupakan gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan
manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku, dan juga
merupakan proses fisiologis. Tanpa emosi, kehidupan manusia akan terasa hambar
karena manusia selalu hidup dengan berfikir dan merasa. Dan emosi identik dengan
perasaan yang kuat.
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor
sosio-psikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar
bukti, sugesti otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting dalam
membangun watak dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi
diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.
d. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan
diulangi berkali-kali. Sedangkan kemauan merupakan kondisi yang sangat
mencerminkan karakter seseorang karena kemauan berkaitan erat dengan tindakan
yang mencerminkan perilaku orang tersebut.
e. Konsepsi diri (Self-Conception)
Proses konsepsi diri merupakan proses totalitas, baik sadar
maupun tidak sadar tentang bagaimana karakter dan diri seseorang dibentuk. Jadi
konsepsi diri adalah bagaimana saya harus membangun diri, apa yang saya inginkan dari, dan bagaimana saya menempatkan diri dalam
kehidupan.
Pembentukan Karakter
Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita
saat anak-anak biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi
baik atau buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka (Lickona,
2012:50).
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
pembentukan-nya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan
(sosialisasi pendidikan, nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia
sebelum dilahirkan, tetapi potensi-potensi tersebut harus dibina melalui
sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong
lahirnya anak-anak yang baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik
akan mendorong anak untuk tumbuh dengan kapasitas komitmen-nya untuk melakukan
berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki
tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter anak melalui
orang tua dan lingkungan.
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan
pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan
tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan
demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good
character), yaitu:
1. Pengetahuan tentang moral (moral knowing)
Dimensi-dimensi dalam moral knowing yang akan mengisi ranah
kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang
nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective
taking), logika moral (moral reasoning), dan pengenalan diri (self
knowledge).
2. Perasaan/penguatan emosi (moral feeling)
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik
untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk
sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri
(conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain
(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control),
dan kerendahan hati (humility).
3. Perbuatan bermoral (moral action)
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang
merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa
yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus
dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan
(will), dan kebiasaan (habit).
Daftar Pustaka
- Lickona, Thomas. 2012. Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara.
- Syarbini, Amirullah. 2012. Buku Pinter Pendidikan Karakter. Jakarta: as@prima pustaka.
- Fathul Muin, 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. Yogyakarta: Ar Ruzz.
- Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.
- Mansur Muslich. 2010. Pendidikan karakter, Menjawab tantangan krisis multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.