Supply chain management (SCM) merupakan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen.
|
Supply chain management (SCM) |
Berikut ini beberapa pengertian Supply chain management (SCM) dari beberapa sumber:
- Menurut Christopher (2011:4), Supply chain management adalah hubungan timbal balik antara penyedia dan pelanggan untuk menyampaikan nilai-nilai yang sangat optimal kepada pelanggan dengan biaya yang cukup rendah namun memberikan keuntungan supply chain secara menyeluruh.
- Menurut Ballou (2004:6), supply chain management adalah jaringan dari organisasi–organisasi yang saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain dan mereka bekerjasama untuk mengatur, mengawasi dan meningkatkan arus komoditi dan informasi semenjak dari tititk supplier hingga ke end user.
- Menurut Heizer dan Render (2011), Supply Chain Management (SCM) merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, dari pengadaan material dan pelayanan jasa, kemudian mengubahnya menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, serta mendistribusikannya kepada konsumen.
- Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2009), Supply Chain Management (SCM) adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi.
Komponen Supply Chain Management (SCM)
Terdapat lima komponen utama dalam Supply Chain Management yang harus diperhatikan, yaitu:
|
Komponen Supply Chain Management |
1. Production
Tujuannya adalah menghasilkan apa keinginan pasar, pada waktu yang tepat dengan dengan volume produksi yang cukup. Untuk mencapai tujuan, perlu dipertimbangkan keterbatasan yang sesuai seperti kapasitas dan tingkat kualitas yang diinginkan serta memperhitungkan fungsi-fungsi penting lainnya seperti kapasitas beban kerja, pemeliharaan peralatan, dan sebagainya.
2. Inventory
Apa saja level persediaan dari berbagai SKU harus ditebar dalam berbagai tahap di seluruh supply chain? Tingkat persediaan bertindak sebagai buffer dan mengamankan bisnis dari fluktuasi permintaan.
3. Location
Merupakan sepanjang supply chain yang akan menjadi berbagai macam fasilitas. Mengenai pengambilan keputusan penting lainnya akan menjadi lokasi yang optimal untuk berbagai fasilitas, gudang, dan penyimpanan. Keputusan lainnya terkait tentang mendirikan fasilitas baru.
4. Transportasi
Kebutuhan untuk memindahkan inventori dari satu titik ke titik yang lain di seluruh supply chain merupakan salah satu fungsi penting dalam manajemen supply chain yang membutuhkan isu penting lainnya dalam pengambilan keputusan. Pertanyaannya adalah bagaimana barang harus dipindahkan dan jenis transportasi apa yang harus dipilih? Jawabannya dapat berbeda-beda untuk berbagai jenis produk, dan juga jenis pasar (yang terseleksi secara geografis dan berbeda menurut perlengkapan infrastuktur).
5. Informasi
Bagian ini lebih menekankan pada pengambilan keputusan tentang kebutuhkan level dalam pengumpulan data dan pembagian data. Terdapat hal-hal yang baik dalam pembuatan pembagian informasi tetapi juga menghasilkan banyak resiko terkait. Hal ini juga berlaku mengenai pengumpulan data, database yang besar yang mengarah kepada pembuatan keputusan yang lebih tepat tetapi juga dapat menjadi mahal.
Jaringan Supply Chain Management (SCM)
Terdapat lima jaringan proses pada Supply Chain Management, yaitu (Anwar, 2011):
|
Jaringan Supply Chain Management |
Chain 1: Supplier
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain.
Chain 1-2: Supplier-Manufactures
Manufaktur atau bentuk lain yang melakukan pekerjaan membuat, mempabrikasi, mengasembling, merakit dan mengkonveksikan, atau pun menyelesaikan (finishing). Hubungan kedua rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Penghematan dapat diperoleh dari inventories bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi yang berada di pihak supplier, manufacturer dan tempat transit merupkan target untuk penghematan ini.
Chain 1-2-3: Supplier-Manufactures-Distribution
Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.
Chain 1-2-3-4: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer.
Chain 1-2-3-4-5: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet-Customer
Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermarket, warung-warung dan lain-lain.
Strategi Supply Chain Management (SCM)
Tujuan utama dalam membangun rantai pasokan (Supply Chain Management) adalah untuk meminimalkan aliran bahan baku dan produk jadi di setiap titik di dalam pipa untuk meningkatkan produktivitas dan penghematan biaya Kesuksesan usaha rantai suplai yaitu mengelola beberapa elemen penting untuk bagian seperti unit bisnis individu dalam seluruh rantai pasokan. Strategi tercakup dalam aspek yang berbeda untuk memberikan kontribusi kepada keseluruhan hasil. Berikut ini dijelaskan strategi yang umumnya digunakan dalam membangun rantai pasokan:
1). Membangun hubungan pemasok
Hal ini penting untuk membangun kemitraan strategis dengan pemasok untuk kesuksesan rantai pasokan. Perusahaan telah mulai membatasi jumlah pemasok mereka dengan menerapkan program evaluasi vendor. Programprogram ini berusaha untuk menemukan pemasok dengan keunggulan operasional, sehingga pelanggan dapat menentukan pemasok yang pemasok melayani dengan baik. Kemampuan untuk memiliki hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan atau pemasok sangat penting karena pemasok akan lebih mudah untuk bekerja sama.
2). Meningkatkan respon pelanggan
Untuk tetap kompetitif, perusahaan fokus pada peningkatan upaya rantai pasokan untuk meningkatkan layanan pelanggan melalui peningkatan frekuensi pengiriman produk yang handal. Tuntutan meningkatkan tingkat layanan pelanggan menjadi arah kemitraan antara pelanggan dan pemasok. Kemampuan untuk melayani pelanggan mereka dengan tingkat yang lebih tinggi dari kualitas layanan, termasuk pengiriman cepat dari produk, adalah upaya penting. Memiliki hubungan yang sukses dengan pemasok adalah hasil dari kepercayaan dan kemampuan untuk mendorong pelanggan , kedektatan dengan pelanggan dan fokus dari pelanggan.
3). Membangun keunggulan kompetitif untuk saluran berorientasi produk
Usaha mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif dalam suatu industri tidak mudah bagi perusahaan. Banyak tekanan kompetitif memaksa perusahaan untuk tetap efisien. Beberapa keunggulan kompetitif melihat manajemen rantai pasokan untuk perusahaan yang mempekerjakan sumber daya untuk melakukan proses. Hal ini juga berfungsi untuk meningkatkan pengaruh pada saluran karena perusahaan-perusahaan ini diakui sebagai terdepan dan diperlakukan dengan hormat.
4). Memperkenalkan solusi SCM dan memungkinkan teknologi informasi
Informasi sangat penting untuk mengoperasikan rantai pasokan secara efektif. Kemampuan komunikasi suatu perusahaan ditingkatkan dengan sistem teknologi informasi.Namun, kompatibilitas sistem informasi antara mitra dagang dapat membatasi kemampuan untuk bertukar informasi. Sangat dibutuhkan sistem teknologi informasi yang ditingkatkan di mana mitra dalam saluran memiliki akses ke database umum yang diperbarui secara realtime.
Daftar Pustaka
- Christopher, Martin. 2011. Logistics and Supply Chain Management Fourth Edition. London: Prentice Hall.
- Ballou, R.H. 2004. Business Logistics: Supply Chain Management (5th ed.). New Jersey: Prentice Hall.
- Heizer, J. & Render, B. 2011. Operations Management. Tenth Edition. New Jersey: Pearson.