Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Masalah, Pendekatan dan Kegiatan Manajemen Kelas

Manajemen kelas adalah rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yaitu pengaturan tujuan pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan ruangan dan peralatan dan pengelompokan siswa. Untuk menumbuhkan, mempertahankan serta meningkatkan manajemen kelas maka perlu didukung beberapa komponen antara lain; guru, siswa, lingkungan kelas dan materi.

Masalah, Pendekatan dan Kegiatan Manajemen Kelas
Kelas

Masalah Manajemen Kelas 

Menurutt Marzano dan Pickering masalah manajemen kelas merupakan situasi-situasi dalam kelas yang dapat mengurangi intensitas pembelajaran atau situasi-situasi yang dapat menyebabkan kesedihan, baik pada siswa maupun guru (Jacobsen, 2009:62).

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan terjadinya masalah pada manajemen kelas, antara lain sebagai berikut (Djamarah, 2005:173):
  1. Kurang kesatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin. 
  2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana kemari, dan sebagainya. 
  3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh. 
  4. Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru. 
  5. Mudah bereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya. 
  6. Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain. 
  7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.

Pendekatan Manajemen Kelas 

Untuk menjalankan manajemen kelas dengan baik serta mengatasi masalah-masalah yang ditemukan, dapat dilakukan dengan salah satu atau beberapa pendekatan manajemen kelas, antara lain sebagai berikut (Wiyani, 2013:107-111) dan (Djamarah dan Zain, 2010:179-183):

a. Pendekatan kekuasaan 

Cara pandang guru yang meyakini bahwa kelas yang kondusif dapat dibentuk melalui berbagai upaya penegakan aturan-aturan di dalam kelas yang dapat menjadikan peserta didiknya memiliki kedisiplinan diri.

b. Pendekatan ancaman 

Cara pandang guru bahwa perbuatan mengancam dapat dijadikan sebagai metode atau cara untuk menciptakan kelas yang kondusif. Ancaman yang dilakukan guru bisa berbentuk melarang, mengejek, menyindir, dan memaksa.

c. Pendekatan kebebasan 

Cara pandang guru yang menyatakan bahwa kondisi kelas yang kondusif dapat dicapai jika guru sebagai seorang manajer di kelas memberikan keleluasaan kepada semua peserta didiknya untuk bergerak bebas di dalam kelas. Dalam penggunaan pendekatan kebebasan ini guru harus mampu mengendalikan perilaku peserta didik dengan memegang teguh batasan-batasan kebebasan tersebut.

d. Pendekatan resep 

Keterangan tentang cara bagaimana mengelola suatu kelas. Pendekatan resep dapat terwujud dalam berbagai aturan-aturan kelas yang dibuat dan disepakati secara bersama.

e. Pendekatan pengajaran 

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik. Dan pemecahan diperlukan bila masalah tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar dapat mencegah atau menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

f. Pendekatan pengubahan tingkah laku 

Sesuai dengan namanya pengelolaan kelas disini diartikan sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru ialah, mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.

g. Pendekatan sosio-emosional 

Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Sosio-emosional yang positif artinya adanya hubungan yang positif antara guru dan anak didik, dan anak didik dengan anak didik. Di sini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi dan peranannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.

h. Pendekatan proses kelompok 

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai suatu sistem sosial dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peran guru adalah mengusahakan agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok afektif. Proses kelompok adalah usaha mengelompokkan anak didik dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terjadi kelas yang bergairah dalam belajar.

i. Pendekatan pluralistik 

Pada pendekatan ini, pengelolaan kelas berusaha menggunakan berbagi macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses interaksi edukatif dan efisien. Jadi bebas memilih pendekatan yang sesuai dan dapat dilaksanakan.

Kegiatan Manajemen Kelas 

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan manajemen kelas yang baik antara lain adalah sebagai berikut (Mudasir, 2011:122):

1. Mengelola lingkungan kelas 

Salah satu faktor penting dalam belajar adalah lingkungan belajar, untuk itu guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan anak didiknya. Contoh pengaturan lingkungan kelas salah satunya adalah tempat duduk, yaitu diatur secara berderet menghadap ke papan tulis dengan pengaturan berdasarkan tinggi pendeknya siswa.

2. Penegakan disiplin kelas 

Disiplin adalah kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar anak didik dapat belajar. disiplin yang dimaksud adalah sebagai upaya untuk mengatur dan mengontrol perilaku anak untuk mencapai tujuan pendidikan karena ada perilaku yang harus dicegah dan ada perilaku yang harus dilarang dan sebaliknya harus dilakukan.

3. Kontrol perilaku anak didik 

Perilaku anak didik merupakan masalah karena terkait erat dengan efektif belajar dari siswa dan guru. Ketika perilaku seluruh kelas memenuhi harapan, maka pembelajaran dapat dimaksimalkan dan kegiatan pembelajaran juga menjadi terarah.

4. Manajemen konflik di dalam kelas 

Kelas merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelas yang baik adalah kelas yang di dalamnya selalu terdapat interaksi baik antara guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Beberapa hal yang menjadi timbulnya konflik adalah seperti adanya kesalahpahaman atau kegagalan komunikasi, penilaian pandangan dan tujuan, hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan, frustasi dan kejengkelan dan lain-lain.

5. Kegiatan penataan kelas 

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka, bertumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun secara fisik, intelektual maupun emosional. Syarat kelas yang baik adalah: rapi, bersih, sehat, tidak lembap, cukup cahaya yang menerangi, sirkulasi udara cukup, perabot dalam keadaan baik.

Daftar Pustaka

  • Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
  • Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 
  • Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Zanafa Publishing.
  • Jacobsen, David A. 2009. Methods For Teachy, Terjemah Ahmad Fawaid Dan Khoirul Anam. Newjersy: Preason Education.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Masalah, Pendekatan dan Kegiatan Manajemen Kelas. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2017/11/masalah-pendekatan-dan-kegiatan-manajemen-kelas.html