Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick
Daftar Isi
Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Menurut Kurniasih dan Sani (2015:82), model pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pelajaran.
Menurut Maufur (2009:88), Talking Stick merupakan sebuah model pembelajaran yang berguna untuk melatih keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain. Sedangkan penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media untuk merangsang siswa bertindak cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick
Menurut Kurniasih dan Sani (2015:83), langkah-langkah yang dijalankan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick yaitu sebagai berikut:- Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada saat itu.
- Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
- Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
- Setelah itu, materi yang akan dipelajari kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran tersebut dalam waktu yang telah ditentukan.
- Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
- Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
- Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
- Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
- Setelah semuanya mendapat giliran, guru membuat kesimpulan dan melakukan evaluasi, baik individu atau pun secara berkelompok. Dan setelah itu menutup pelajaran.
- Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang.
- Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
- Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
- Memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
- Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
- Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru mempersilakan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
- Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
- Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
- Ketika stick bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya sebaiknya diiringi musik atau lagu.
- Guru memberikan kesimpulan.
- Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
- Guru menutup pembelajaran.
Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Setiap model pembelajaran pastinya memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Shoimin (2014:83), Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick adalah sebagai berikut:- Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
- Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.
- Memacu agar peserta didik untuk lebih giat belajar, karena peserta didik tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada gilirannya.
- Peserta didik berani mengemukakan pendapat.
- Membuat peserta didik senam jantung.
- Peserta didik yang tidak siap tidak bisa menjawab.
- Membuat peserta didik tegang.
- Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
Daftar Pustaka
- Kurniasih dan Sani. 2015. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kata Pena.
- Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Maufur, Hasan Fauzu. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan. Semarang: Sindur Press.
- Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.