Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tujuan, Jenis, Metode dan Kerangka Pidato

Pidato adalah seni berbicara di hadapan massa, audiens atau orang banyak untuk menyampaikan dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan yang dapat memengaruhi dengan maksud dan tujuan untuk meyakinkan pendengarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990:681), pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak.

Tujuan, Jenis, Metode dan Kerangka Pidato

Pidato merupakan salah satu The art of persuasion yaitu seni membujuk atau memengaruhi audience. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengarnya. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, teknik dan etika dalam berpidato.

Penyajian lisan berupa pidato tidak hanya sekadar berbicara di depan umum dan mementingkan penguasaan bahasa yang baik tetapi juga harus mampu menguasai massa dan berhasil memasarkan gagasan mereka sehingga dapat diterima oleh orang lain (Keraf, 2004:35).

Berikut ini beberapa pengertian pidato dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Arsjad dan Mukti (1988:53), pidato adalah penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari pembicara kepada khalayak ramai dan bermaksud meyakinkan pendengarnya. 
  • Menurut Rakhmat (2009:78), pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah, yakni pembicara harus memperhatikan lawan bicaranya, walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan.
  • Menurut Juanda (2007:95), pidato adalah penyajian lisan kepada sekelompok massa. Seorang berbicara secara langsung di atas podium atau mimbar dan isi pembicaraannya diarahkan kepada orang banyak. 
  • Menurut Badudu (2012:9), pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan.
  • Menurut Syam (2004:7), pidato adalah teknik pemakaian kata-kata atau bahasa secara efektif yang berarti keterampilan atau kemahiran dalam memilih kata yang dapat memengaruhi komunikan.

Tujuan dan Fungsi Pidato

Menurut Tarigan (2008:16), pidato memiliki empat tujuan yaitu sebagai berikut:
  1. Menyampaikan informasi (informative), yaitu pidato yang bertujuan memberikan laporan atau pengetahuan atau sesuatu yang menarik untuk pendengar. Contoh: pidato penyuluhan cara pemakaian kompor gas.
  2. Meyakinkan dan memengaruhi sikap pendengar (persuasive), yaitu pidato yang berisi tentang usaha untuk mendorong, meyakinkan dan mengajak pendengar untuk melakukan suatu hal. Contoh: pidato calon legislatif. 
  3. Menghibur pendengar (rekreatif), yaitu pidato yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan pendengar. Contoh: pidato di posko bencana, pidato dalam acara bakti sosial. 
  4. Menekankan aspek-aspek pendidikan (educative), yaitu pidato yang berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Contoh: pidato keagamaan.
Menurut Yanuarita (2012:10), fungsi-fungsi pidato adalah sebagai berikut:
  1. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain. 
  2. Mempermudah komunikasi antara atasan dan bawahan dalam sebuah organisasi. 
  3. Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.
  4. Memengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
  5. Menenangkan massa atau khalayak ramai.
  6. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

Jenis-jenis Pidato 

Menurut Hendrikus (2009:48), terdapat empat jenis pidato yaitu sebagai berikut:

a. Pidato Bidang politik 

Tujuan umum pidato politis pada umumnya bukan mengajar, tetapi mempengaruhi; bukan meyakinkan, tetapi membakar semangat. Seorang pembicara politis yang baik harus sanggup membimbing massa untuk mengambil keputusan, meskipun hanya dengan menggunakan kata-kata. Jenis pidato politis yang lazim dibawakan adalah pidato kenegaraan, pidato parlemen, pidato perayaan nasional, pidato demonstrasi, dan pidato kampanye.

b. Pidato Kesempatan Khusus 

Suasana pertemuan semacam ini pada umumnya akrab, sebab para peserta sudah saling mengenal. Bentuk pidato yang dibawakan biasanya disebut kata sambutan, lamanya antara 3-5 menit. Pidato ini lebih diarahkan untuk menggerakkan hati pendengar. Jenis pidato yang dibawakan pada kesempatan ini adalah pidato ucapan selamat datang, pidato untuk memberi motivasi, pidato ucapan syukur, pidato pembukaan, dan pidato penutup.

c. Pidato Kesempatan Resmi 

Pidato ini tergolong dalam suasana resmi yang berdurasi singkat meskipun disampaikan secara bebas. Bentuk pidato ini juga disebut kata sambutan. Sasarannya lebih untuk menggerakkan perasaan dan bukan untuk menanamkan pengertian rasional. Jenis pidato yang dibawakan pada kesempatan ini adalah pidato HUT, pidato pernikahan, pelantikan, pidato pesta perak, dan pesta emas.

d. Pidato Pertemuan Informatif 

Pidato yang dibawakan pada kesempatan ini juga bersifat sungguh-sungguh, ilmiah, objektif, dan rasional. Konsentrasi pembeberannya lebih pada penalaran rasional. Jenis-jenis pidato informatif adalah kuliah, ceramah, referat/makalah, pengajaran, wejangan informatif.

Metode Pidato 

Menurut Tarigan (2008:25), terdapat empat jenis metode dalam pidato, yaitu sebagai berikut:
  1. Metode menghafal, yaitu membuat suatu rencana pidato lalu menghapalnya kata per kata. Pembicara mempersiapkan pidato yang akan disampaikan secara lengkap sebelum menyampaikan pidato, kemudian dihafal kata demi kata. Metode ini dapat melatih pembicara untuk melatih pemahaman sebelum menghafal teks pidato yang akan disampaikan. Selain itu, metode ini akan membuat pembicara lebih terfokus dengan teks yang telah dihafal dan audience yang dihadapi. 
  2. Metode serta-merta, yaitu membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan. Metode ini dilakukan berdasarkan kebutuhan sesaat. Pembicara sebelum berbicara tidak melakukan persiapan sama sekali, melainkan secara serta merta berbicara berdasarkan kemampuannya dan pengetahuannya yang dikaitkan dengan situasi dan kepentingan saat itu.
  3. Metode naskah, yaitu berpidato dengan menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya dan umumnya dipakai pada pidato-pidato resmi. Pembicara menyampaikan pidato dengan membacakan naskah yang telah ditulis, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
  4. Metode tanpa persiapan naskah (ekstemporan), yaitu metode tanpa persiapan naskah yang lengkap. Pembicara masih mempunyai kesempatan untuk membuat persiapan khusus berupa kerangka pembicaraan/catatan penting. Metode ini sangat dianjurkan sebagai jalan tengah. Uraian yang akan dibawakan pada metode ini direncanakan dengan cermat dan dibuat catatan yang penting, yang sekaligus menjadi urutan bagi uraian itu. Catatan-catatan ini hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan idenya.

Kerangka Pidato 

Menurut Yanuarita (2012:32), terdapat empat kerangka penyusun sebuah pidato yaitu:
  1. Pendahuluan. Diawali salam pembuka untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas. Pada bagian pendahuluan perlu juga sedikit menggambarkan mengenai isi dari pidato yang dibawakan. 
  2. Isi. Inti dari pidato sedapat mungkin ringkas dan mudah dipahami.Usahakan jangan menyimpang dari tema. Susunlah materi atau isi pidato secara sistematis: maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah.
  3. Pembahasan. Bagian ini adalah kesatuan yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi.
  4. Penutup. Menutup pidato dengan membuat rangkuman atau kesimpulan. Menceriterakan secara singkat yang menarik. Dan, terakhir adalah salam penutup.

Daftar Pustaka

  • Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah.
  • Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
  • Juanda, D dan Resmini N. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS.
  • Badudu, J. S, dan Sutan Mohammad Zain. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
  • Syam, Hanis Yunus. 2004. Kiat Sukses Berpidato. Yogyakarta: Medi Jenius Lokal.
  • Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Retorika Modern (Pendekatan Praktis). Bandung: Remaja Rosdakarya. 
  • Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
  • Yanuarita, Andri. 2012. Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC. Yogyakarta: Teeranova Books.
  • Hendrikus, Dori Wuwur. 2009. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Beargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Tujuan, Jenis, Metode dan Kerangka Pidato. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2018/10/tujuan-jenis-metode-dan-kerangka-pidato.html