Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jenis, Prinsip Penggunaan dan Efek Samping Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari mikro-organisme, jamur dan aktinomises yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri, bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah perkembangbiakan bakteri). Contoh antibiotik adalah penisilin, sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lain-lain.

Jenis, Prinsip Penggunaan dan Efek Samping Antibiotik

Berdasarkan cara memperolehnya, antibiotik dibagi menjadi tiga jenis, yaitu antibiotika yang diperoleh secara alami dari mikroorganisme disebut antibiotik alami, antibiotik yang disintesis di laboratorium disebut antibiotik sintetis dan antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan dimodifikasi di laboratorium dengan menambahkan senyawa kimia disebut antibiotik semisintetis (Subronto dan Tjahajati, 2011).

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi antibiotik dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Tjay dan Rahardja (2007), antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. 
  • Menurut Ganiswara (2001), antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
  • Menurut Harmita dan Radji (2008), antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh mikroorganisme, yang dalam jumlah kecik dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. 
  • Menurut Subronto dan Tjahajati (2001), antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh berbagai jasad renik bakteri, jamur dan aktinomises, yang dapat berkhasiat menghentikan pertumbuhan atau membunuh jasad renik lainnya.

Jenis-jenis Antibiotik 

Antibiotik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya, berdasarkan mekanisme aksinya dan berdasarkan struktur kimianya (Pratiwi, 2008). Penjelasan masing-masing kategori antibiotik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Antibiotik berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya

  1. Antibiotik berspektrum sempit (narrow spektrum), yaitu antibiotik yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja atau gram positif saja. Contoh: penisilin, streptomisin, neomisin, basitrasin.
  2. Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif. Contoh: tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.

b. Antibiotik berdasarkan mekanisme aksinya

  1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel, yaitu antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri gram positif maupun Gram negatif. Contoh: penisilin, monobaktam, sefalosporin, karbapenem, basitrasin, vankomisin dan isoniazid (INH).
  2. Antibiotik yang merusak membran plasma, yaitu antibiotik yang bersifat merusak membran plasma umum terdapat pada antibiotik golongan polopeptida yang bekerja dengan mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri. Contoh: polimiksin B, amfoterisin B, mikonazol, dan ketokonazol.
  3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein, yaitu golongan antibiotik ini bekerja dengan menghambat sintesis protein melalui kerja pada ribosom bakteri. Contoh: Aminoglikosida, Tetrasiklin, Kloramfenikol dan Makrolida.
  4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA), yaitu pengambatan pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi dan replikasi mokroorganisme. Contoh: antibiotik golongan kuinolon dan rifampin. 
  5. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial, yaitu penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara lain dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu subtansi yang secara kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme, karena memiliki stuktur yang mirip dengan substrat normal bagi enzim metabolisme. Contoh: antimetabolit sulfanolamid (sulfa drug) dan PABA (para amino benzoic acid).

c. Antibiotik berdasarkan struktur kimianya

  1. Antibiotika ß-laktam dan penghambat sintesis dinding sel lainnya. Contohnya adalah penicillin, cephalosporin, obat-obat ß-laktam (monobactam, inhibitor beta-laktamase dan carbapenem) dan penghambat sintesis dinding sel yang lain (vacomycin, teicoplanin, fosfomycin, bacitracin, dan cycloserine). 
  2. Chloramphenicol, Tetracycline, Macrolides, Clindamycin dan Streptogramin. Golongan antibiotik ini bekerja sebagai penghambat sintesis protein pada tingkat ribosom. Contohnya adalah Chloramphenicol, macrolides, clindamycin dan streptogramin mengikat diri pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S. 
  3. Aminoglycoside dan Spectinomycin. Aminoglycoside adalah golongan antibiotik bakteriosid yang memiliki sifat-sifat kimiawi, antimikroba, farmakologis dan toksik yang karakteristik. Contohnya adalah Streptomycin, Neomycin, Kanamycin, Amikacin, Gentamicin, Tobramycin, Sisomicin, Netilmicin dan sebagainya. 
  4. Sulfonamide, Trimethoprim, dan Quinolone. Sulfonamide merupakan analog struktural PABA yang dapat menghambat dihydropteroate synthase secara kompetitif, dengan cara menyekat sintesis asam folat secara reversibel. Contohnya adalah Sulfasitin, sulfamethoksazole, sulfisoksazole, sulfamethizole, sulfadiazine, sulfapiridin, sulfadoxine dan golongan pirimidin.

Prinsip Penggunaan Antibiotik 

Penggunaan antibiotik harus berdasarkan pada pemahaman dari banyak aspek penyakit infeksi. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah pertahanan tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan mikroorganisme, farmakokinetika dan farmakodinamika dari antibiotik. Pada fasilitas pelayanan kesehatan, antibiotik digunakan pada keadaan sebagai berikut (Kemenkes, 2011):
  1. Terapi empiris. Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif pada pendekatan buta (blind) sebelum mikroorganisme penyebab diidentifikasi dan antibiotik yang sensitif ditentukan. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. 
  2. Terapi definitif. Pemberian antibiotik untuk mikroorganisme spesifik yang menyebabkan infeksi aktif atau laten. Penggunaan antibiotik untuk terapi definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya. Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif adalah sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi. 
  3. Terapi profilaksis. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya infeksi. Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Efek Samping Antibiotik 

Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak tepat dosis, dapat menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat menimbulkan bahaya seperti (Tjay dan Rahardja, 2007):
  1. Resistensi, yaitu tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik yang merupakan suatu mekanisme alami untuk bertahan hidup. Ini dapat terjadi apabila antibiotik diberikan atau digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau masa terapi yang tidak tepat. 
  2. Suprainfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika pengobatan terhadap infeksi primer sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul berbeda dengan infeksi primer.

Daftar Pustaka

  • Tjay, T.H., dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo.
  • Ganiswara. S. G., 2001. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya baru. 
  • Harmita dan Radji, M., 2008. Kepekaan Terhadap Antibiotik. Jakarta: EGC, 
  • Subronto dan Tjahajati, I . 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Yogyakarta: UGM Press.
  • Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
  • Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Jenis, Prinsip Penggunaan dan Efek Samping Antibiotik. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2018/12/jenis-prinsip-penggunaan-dan-efek-samping-antibiotik.html