Penularan, Pencegahan, Pemeriksaan dan Pengobatan Toxoplasma
Daftar Isi
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908 sebagai salah satu protozoa dalam jaringan hewan Ctenodactylus gundi, yaitu sejenis hewan pengerat seperti hamster. Baru kemudian pada tahun 1923 Toxoplasma gondii ditemukan pada pada manusia.
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa obligat intraselular yang menginfeksi burung dan beberapa jenis mamalia terutama kucing. Infeksi toxplasma gondii pada manusia dapat terjadi apabila mengkonsumsi patogenini dalam bentuk kista (bradozoit) dalam daging yang telah terinfeksi dan tak dimasak dengan baik, lewat kontak dengan sel-sel oosit dalam feses kucing/binatang lain yang terinfeksi atau diperoleh secara kongenital lewat transfer transplasental (Juanda,2006).
Siklus Hidup Toxoplasma
Siklus hidup Toxoplasma gondii digambarkan dengan penjelasan sebagai berikut (Krahenbuhl dan Remington, 1982):- Kucing merupakan hospes definitif dari Toxoplasma gondii. Di dalam usus kecil kucing, sporozoit akan menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Kemudian, inti trofozoit membelah menjadi banyak membentuk skizon. Skizon yang matang akan pecah menghasilkan banyak merozoit (skizogoni).
- Merozoit akan masuk ke dalam sel epitel dan selanjutkan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang akan berkembang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan akan terbentuk ookista, yang kemudian akan dikeluarkan bersama tinja kucing.
- Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan matang membentuk dua sporokista yang setiap sporokistanya mengandung empat sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi, kambing, tikus, serta ayam dan burung, maka ookista masuk ke dalam fase di dalam tubuh hospes perantara.
- Di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang akan menghasilkan takizoit. Takizoit kemudian akan membelah dengan cepat dan kecepatan membelah takizoit ini akan berukurang secara berangsur yang kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit.
Cara Penularan Toxoplasma
Penularan toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang terinfeksi toxoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan biasanya sangat sedikit dan mempunyai risiko penularan yang sangat kecil.Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma. Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan tersebut akan menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan atau manusia. Kista tersebut dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan berbagai hewan lainnya.
Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau manusia tersebut memakan daging mentah atau daging setengah matang yang mengandung kista toxoplasma. Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam jangka waktu tertentu (bisa sampai 18 bulan). Dari tanah ini toxoplasma dapat menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan atau sayuran yang kontak dengan kista tersebut.
Toxoplasma ditularkan dari berbagai cara, antara lainy adalah sebagai berikut (Gandahusada,2006):
- Tertelannya ookista infektif yang berasal dari kucing.
- Tertelanya kista jaringan atau kelompok takizoid yang terdapat di dalam daging mentah atau pun yang dimasak kurang sempurna.
- Melalui placenta.
- Kecelakan di laboratorium karena terkontaminasi melalui luka.
- Penyuntikan merozid secara tidak sengaja.
- Tranfusi leukosit penderita toxoplasma.
Pencegahan, pemeriksaan dan Pengobatan Toxoplasma
Toxoplasma dapat dicegah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:- Hindari mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, serta buah dan sayuran yang belum dicuci.
- Hindari menggosok mata atau menyentuh muka ketika sedang menyiapkan makanan.
- Cuci alas memotong, piring, serta alat memasak lainnya dengan air panas dan berbusa setelah kontak dengan daging mentah.
- Masak air sampai mendidih serta hindari meminum susu yang belum di-pasteurisasi.
- Sedapat mungkin kendalikan serangga-serangga yang dapat menyebarkan kotoran kucing seperti, lalat dan kecoak.
- Jika memiliki hewan peliharaan kucing, jangan biarkan berkeliaran di luar rumah yang memperbesar kemungkinan kontak dengan toxoplasma.
- Secara rutin membersihkan kucing termasuk memandikannya, mencuci kandang dan tempat makannya.
- Beri makan kucing dengan makanan yang sudah dimasak dengan baik.
- Lakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan kucing.
- Gunakan sarung tangan plastik ketika harus membersihkan kotoran kucing.
- Cuci tangan sebelum makan dan setelah berkontak dengan daging mentah, tanah atau kucing.
- Gunakan sarung tangan plastik jika berkebun terutama jika terdapat luka pada tangan.
Berapa tingginya kadar antibodi untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi toxoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara penerapan yang dipakai dan kendali mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh Wahyu S dkk. (1998), yang menyatakan seorang ibu yang tergolong positif apabila titer IgGnya 2.949 IU/mL atau IgM 0.5 IU/mL, sedangkan tergolong negatif jika titer IgG < 2.0 IU/mL atau IgM < 0.5 IU/ml.
Pengobatan toxoplasma hanya efektif terhadap bentuk takizoit dan tidak dapat menghilangkan bentuk kista. Berikut adalah obat-obat yang cukup efektif terhadap toksoplasmosis, yaitu (Iskandar, 1999):
- Pirimetamin (Daraprim, Fansidar) dengan dosis 1 mg/kg berat badan/hari per oral. Obat ini dapat menyebabkan depresi sumsum tulang, maka harus diberikan asam folinat 3-10 mg IM/hari. Obat ini diberikan setiap hari selama 2 minggu dan tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena mempunyai efek samping teratogenesis.
- Sulfadiasin per oral, dosis dewasa 3-6 g/hari dan dosis anak 150 mg/kg berat badan/hari. Efek samping dari obat ini ialah dapat sebabkan gangguan ginjal.
- Spiramisin per oral, dosis dewasa 2-3 g/hari dan dosis anak 50 mg/kg berat badan/hari. Efek samping obat ini ringan serta aman diberikan kepada wanita hamil.
- Terkadang kortikosteroid perlu diberikan, seperti prednison dengan dosis 1-2 mg/kg berat badan/hari per oral. Diberikan dua kali selama masa peradangan, kemudian dosis dapat diturunkan.
Daftar Pustaka
- Hassan, W. 2005. Info Kesehatan Masyarakat. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
- Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
- Juanda, HA. 2006. TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan Herpes) Akibat dan Solusinya. Jakarta: Tiga Serangkai.
- Krahenbuhl, J.L., dan Remington, J.S. 1982. The immunology of Toxoplasma and toxoplasmosis. In: S. Cohen and K. S. Waren (eds). Immunology of Parasitic Infection. Boston: Blackwell Secientific Publications.
- Gandahusada, S. dkk. 2006. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: FKUI
- Iskandar, Tolibin. 1999. Tinjauan tentang Toksoplasmosis pada Hewan dan Manusia. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.