Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Unsur, Pembentukan dan Faktor yang Mempengaruhi Moralitas

Moral adalah tata cara, adat istiadat, kebiasaan, akhlak, kelakuan, kesusilaan, berupa nilai yang sebenarnya bagi manusia yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang ditimbulkan dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tindakan tersebut (Daradjat, 1997).

Unsur, Pembentukan dan Faktor yang Mempengaruhi Moralitas

Istilah moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau kebiasaan (Gunarsa, 2004). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008), moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima oleh umum. Terdapat beberapa istilah yang dikaitkan dengan moral dengan arti yang sama, yaitu: akhlak, karakter, etika, budi pekerti dan susila.

Berikut ini adalah beberapa definisi dan pengertian yang berkaitan dengan moral:
  • Menurut Sjarkawi (2008), moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan.
  • Menurut Mini (2008), perilaku moral adalah perilaku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain yang mengacu pada seperangkat peraturan, kebiasaan, dan prinsip-prinsip tertentu yang berdampak pada kesejahteraan manusia.
  • Menurut Ali dan Asrori (2006), moral diartikan sebagai standar baik dan buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. 
  • Menurut Nurdin (1993), akhlak atau moral adalah seperangkat nilai yang dijadikan tolok ukur untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan, atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap dan tindakan manusia.

Aspek dan Unsur Moralitas 

Menurut Daradjat (1992), perilaku moral yang baik pada seseorang dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
  1. Berkata jujur, yaitu berani mengungkapkan perkataan yang sesuai dengan apa yang terjadi.
  2. Berbuat benar, yaitu perbuatan yang sesuai dengan aturan dan kaidah yang telah ditetapkan oleh masyarakat.
  3. Berlaku adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya.
  4. Berani, yaitu kesiapan fisik dan mental untuk menghadapi suatu peristiwa dan membenarkan jika peristiwa tersebut tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Durkheim (1961), terdapat tiga unsur moralitas yaitu sebagai berikut (Abdullah & Leeden, 1986):
  1. Semangat disiplin. Disiplin meliputi tindakan yang konsisten dan peri laku yang dapat diandalkan, menghormati norma-norma sosial, dan arti otoritas. Disiplin membebaskan kita dari kebutuhan untuk merancang setiap solusi untuk setiap situasi dari awal. 
  2. Keterikatan pada kelompok sosial dan semangat altruisme. Moralitas merupakan kegiatan sosial atau interpersonal. Tindakan mementingkan diri sendiri atau egois tidak pernah dianggap sebagai moral. Kita adalah makhluk yang bermoral hanya karena kita adalah makhluk sosial. Dengan demikian, moralitas mengharuskan kita terikat pada atau terhubung dengan kelompok.
  3. Otonomi atau penentuan nasib sendiri. Esensi ketiga dari moralitas adalah otonomi. Masyarakat merupakan otoritas tertinggi, tetapi apakah akan mengikuti aturan masyarakat harus dipilih sendiri secara bebas. Perilaku yang dikendalikan bukanlah perilaku yang baik, meskipun dua elemen pertama, yakni semangat disiplin dan keterikatan pada kelompok sosial menekankan kualitas pemaksaan hubungan sosial.

Proses Pembentukan Moralitas 

Menurut Gunarsa (2004), proses pembentukan perilaku moral pada seseorang dapat dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut:
  1. Melalui pengajaran langsung atau melalui instruksi-instruksi. Pembentukan perilaku moral disini melalui penanaman pengertian tentang apa yang betul dan apa yang salah oleh orang tua atau beberapa orang yang ada di sekitarnya. 
  2. Melalui identifikasi. Seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan orang atau model, maka orang tersebut cenderung untuk mencontoh pola-pola perilaku moral dari model tersebut. 
  3. Melalui proses coba dan salah. Seorang anak ataupun remaja belajar mengembangkan perilaku moralnya dengan mencoba-coba suatu perilaku. Anak atau remaja melihat apakah dengan ia berperilaku tertentu, lingkungan akan menerimanya atau menolaknya.
Sedangkan menurut Kurtines dan Gerwitz, proses pembentukan perilaku moral dapat dilakukan melalui empat proses berikut ini (Azizah, 2014):
  1. Menginterpretasikan situasi dalam rangka memahami dan menemukan tindakan apa yang mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya terhadap keseluruhan masalah yang ada. 
  2. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan nilai moral pada situasi tertentu dengan tujuan untuk menetapkan suatu perilaku moral.
  3. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk memutuskan apa yang secara aktual akan dilakukan,.
  4. Melakukan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral.

Faktor yang Mempengaruhi Moralitas 

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi moralitas seseorang yaitu sebagai berikut (Santrock, 2003):

a. Modeling

Seseorang yang dihadapkan pada model yang bertingkah laku secara moral, mereka cenderung meniru tingkah laku model tersebut. Selain itu, efektivitas meniru model tergantung pada karakteristik model itu sendiri, misalnya kekuasaan, kehangatan, keunikan dan lain-lain. Kehadiran proses kognitif, seperti kode simbolik dan perumpamaan untuk meningkatkan ingatan mengenai tingkah laku moral.

b. Situasional

Moral dan tingkah laku seseorang tergantung pada situasinya, seperti faktor lingkungan dan kesenjangan antara pemikiran moral dan tindakan moral. Seseorang cenderung tidak menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi sosial yang berbeda-beda.

c. Lingkungan

Kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula halnya dengan moral dimana nilai-nilai moral yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang diperoleh dari luar dirinya. Seseorang diajarkan oleh lingkungannya mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku yang baik dan tingkah laku yang tidak baik atau salah. Lingkungan ini dapat berarti orang tua, saudara, teman-teman, guru dan sebagainya.

d. Diri

Landasan motivasional bagi perilaku moral berada pada tuntutan internal untuk perealisasian konsistensi diri secara psikologis. Self atau diri adalah pengorganisasian mengenai informasi keterhubungan diri dimana terdapat banyak elemen yang tergabung di dalamnya dan membentuk beberapa konsistensi psikologis.

Daftar Pustaka

  • Daradjat, Zakiah. 1997. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
  • Daradjat, Zakiah. 1992. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.
  • Gunarsa, Singgih D. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung
  • Mulia.
  • Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Sjarkawi. 2008. Membentuk Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara. 
  • Mini, Rose. 2008. Perilaku anak usia dini kasus dan pemecahannya. Yogyakarta: Kansius.
  • Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Nurdin, Muslim. 1993. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: Alfabeta.
  • Azizah, Nur. 2014. Perilaku Moral dan Religiusitas Siswa Berlatar Belakang Pendidikan Umum dan Agama. Jurnal Psikologi.
  • Abdullah, Taufik dan Leeden, A.C. Vander. 1986. Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  • Santrock. 2003. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Unsur, Pembentukan dan Faktor yang Mempengaruhi Moralitas. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2018/12/unsur-pembentukan-dan-faktor-yang-mempengaruhi-moralitas.html