Pengertian, Jenis dan Penyebab Terjadinya Erosi
Daftar Isi
Erosi bisa terjadi akibat interaksi antara faktor iklim, topografi, tanah, vegetasi dan manusia. Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap erosi yaitu intensitas curah hujan. Kecuraman dan panjang lereng merupakan faktor topografi yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi tanah. Luas kemiringan lereng, luas lahan kritis, luas tanah berkedalaman rendah sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan sedimentasi (Arsyad, 2012).
Berikut definisi dan pengertian erosi dari beberapa sumber buku:
- Menurut Hardjowigeno (1995), erosi adalah suatu proses di mana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahkan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin, sungai atau gravitasi.
- Menurut Suripin (2002), erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin.
- Menurut Arsyad (2012), erosi adalah proses hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain.
- Menurut Effendi (2006), erosi adalah suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari satu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh pergerakan air, angin,dan es.
- Menurut Kartasapoetra (2010), erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan/perbuatan manusia.
Jenis-jenis Erosi
Menurut Asdak (2010), terdapat beberapa jenis erosi, yaitu sebagai berikut:- Erosi Percikan (Splash erosion). Erosi Percikan adalah proses terkelupasnya partikel-prtikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos.
- Erosi Kulit (Shet Erosion). Erosi Kulit adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
- Erosi Alur (rill erosion). Erosi Alur adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air.
- Erosi Parit (gully erosion). Erosi Parit adalah sama dengan erosi alur, sehingga pada mulanya erosi parit ini dianggap sebagai kelanjutan dari erosi alur. Proses terjadinya erosi parit dikarenakan awal mulanya pembentukan depresi pada lereng sebagai akibat adanya bagian lahan atau tanaman penutupnya jarang akibat dari pembakaran atau perumputan.
- Erosi Tebing Sungai (streambank erosion). Erosi Tebing Sungai adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran air sungai.
- Erosi Internal Sungai (Internal or subsurfacace erosion). Erosi Internal adalah proses terangkutnya partikel-partikel tanah ke bawah masuk celah-celah atau pori-pori akibat adanya aliran bawah permukaan. Akibat erosi ini tanah menjadi kedap air dan udara, sehingga menurunkan kapasitas infiltrasi dan meningkatkan aliran permukaan atau erosi alur.
- Tanah Longsor (land slide). Tanah Longsor merupakan bentuk erosi dimana pengangkutan atau gerakan masa tanah terjadi pada suatu saat dalam volume yang relatif besar. Berbeda dengan jenis erosi yang lain, pada tanah longsor pengangkutan tanah terjadi sekaligus dalam jumlah yang besar.
Faktor Penyebab Terjadinya Erosi
Terjadinya erosi dapat disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor alam dan faktor non alam. Faktor alam adalah faktor yang sudah ada di alam seperti iklim, kemiringan dan panjang lereng, sifat fisik tanah, tersedianya vegetasi penutup tanah. Sedangkan faktor non alam adalah faktor yang disebabkan oleh adanya campur tangan manusia.a. Faktor Iklim
Intensitas hujan yang cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Tetesan butiran-butiran hujan yang jatuh ke atas tanah mengakibatkan pecahnya agregat-agregat tanah yang diakibatkan oleh tetesan butiran hujan yang memiliki energi kinetik yang cukup besar. Jumlah hujan yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat dapat menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujan hanya sedikit. Jika jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi.b. Topografi
Unsur topografi yang mempengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan panjang lereng. Makin besar kemiringan lereng, intensitas erosi air makin tinggi. Hal ini berkaitan dengan energi kinetik aliran limpas yang semakin besar sejalan dengan semakin besar kemiringan lereng. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah kepekaan tanah atau erodibilitas tanah. Nilai erosi akan semakin besar dengan semakin besarnya nilai erodibilitas suatu tanah.c. Vegetasi
Vegetasi merupakan lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan tanah. Suatu vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput yang tebal atau rimba yang lebat akan menghilangkan pengaruh hujan dan topografi terhadap erosi. Penebangan hutan (pepohonan) secara serentak atau tebang habis mengakibatkan kerusakan tanah khususnya di lapisan permukaan dengan ditandai antara lain penurunan kadar bahan organik, penurunan laju infiltrasi dan penurunan jumlah ruangan pori makro.d. Tanah
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisika tanah seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, dan meningkatnya kepadatan serta ketahanan penetrasi tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi tanah serta kemampuan tanah menahan air.e. Manusia
Kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan perubahan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi, misalnya perubahan penutupan tanah akibat penggundulan atau pembabatan hutan untuk pemukiman, lahan pertanian, atau gembalaan. Perubahan topografi secara mikro akibat penerapan terasering, penggemburan tanah dengan pengolahan, serta pemakaian stabiliter dan pupuk yang berpengaruh pada struktur tanah.Daftar Pustaka
- Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
- Hardjowigeno, S. 1995. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan PertanianDaerah Rekreasi dan Bangunan. Bogor: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat IPB.
- Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: PenerbitAndi.
- Pasandaran, Effendi. 2006. Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Sawah Beririgasi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian Volume 25 No.4 Tahun 2006.
- Kartasapoetra, A.G, dan Sutedjo, M.M. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta.
- Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.