Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Penyebab, Tingkatan dan Perawatan Luka Bakar

Luka bakar adalah luka, cidera atau trauma yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi atau sumber panas seperti: panas kering (api), panas lembap (uap atau cairan panas), kimiawi (bahan-bahan korosif), barang-barang elektrik (aliran listrik atau lampu), friksi atau energi elektromagnetik dan radian.

Penyebab, Tingkatan dan Perawatan Luka Bakar

Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-keseimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernapasan serta fungsi saraf (Adibah dan Winasis, 2014).

Berikut definisi dan pengertian luka bakar dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Nugroho (2012), luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan rasiasi. 
  • Menurut Jong (2011), luka Bakar adalah luka yang terjadi akibat paparan secara langsung maupun tidak langsung, serta pajanan suhu tinggi dari matahari, bahan kimia berbahaya serta sengat listrik tegangan tinggi.
  • Menurut Rahayuningsih (2012), luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
  • Menurut Dorland (2014), luka bakar adalah cedera/diskontinuitas terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, panas kering (api), panas lembap (uap atau cairan panas), kimiawi (bahan-bahan korosif), barang-barang elektrik (aliran listrik atau lampu), friksi, atau energi elektromagnetik dan radian.

Penyebab Luka Bakar 

Menurut Fitriana (2014) dan Rahayuningsih (2012) terdapat empat kelompok penyebab terjadinya luka bakar, yaitu:

a. Luka Bakar Termal 

Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas.

b. Luka Bakar Kimia 

Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.

c. Luka Bakar Elektrik 

Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh.

d. Luka Bakar Radiasi 

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

Tingkat Luka Bakar 

Menurut Moenadjat (2010), tingkat luka bakar dapat dilihat dari derajat seberapa dalam luka bakarnya dan seberapa luasnya, yaitu sebagai berikut:

a. Luka bakar derajat I 

Luka bakar derajat I yaitu dengan kerusakan terbatas pada bagian superfisial epidermis, tidak melepuh, kemerahan, kulit kering, dan nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi. Luka bakar ini dapat sembuh dalam waktu 5-10 hari.

b. Luka bakar derajat II 

Luka bakar ini terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, terjadi reaksi inflamasi akut yang disertai proses eksudat, melepuh, dasar luka berwarna merah dan pucat, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
  1. Luka bakar derajat II dangkal (Superficial). Luka bakar ini mengenai bagian superfisial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut dan kelenjar keringat. Luka bakar jenis ini dapat sembuh dalam waktu 10-14 hari. 
  2. Luka bakar derajat II dalam (deep). Luka bakar ini mengalami kerusakan hampir seluruh bagian dermis, apendises kulit, kelenjar keringat, kelenjar sebasea. Luka bakar jenis ini dapat sembuh dalam waktu lebih dari 1 bulan.

c. Luka bakar derajat III 

Kerusakan jaringan pada luka bakar derajat III meliputi seluruh ketebalan lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam menuju ke subkutan ataupun tulang, apendises kulit seperti kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, warna kulit abu-abu atau coklat, kering, dan letaknya lebih rendah dari kulit disekitarnya karena terjadi koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak terasa nyeri karena telah merusak syaraf nyeri keseluruhan, proses penyembuhan pada luka bakar derajat III akan berlangsung lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.

Luas Luka Bakar 

Ukuran luas luka bakar ditentukan dengan persentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar. Patokan yang masih dipakai dan diterima luas adalah Rules of Nines. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi ke dalam bagian-bagian anatomi, dimana setiap bagian mewakili 9% kecuali daerah genitalia 1%. Adapun pembagian dan persentase luas luka bakar menurut metode Rules of Nines digambarkan sebagai berikut (Gurnida dan Lilisari, 2011).

Rules of Nines
Rules of Nines
Keterangan:
  • Kepala dan leher = 9% 
  • Lengan (masing-masing 9%) = 18% 
  • Badan Depan = 18% 
  • Badan Belakang 18% = 36% 
  • Tungkai (Masing-masing 18%) = 36% 
  • Genitalia/perineum = 1% 
  • Total = 100%

Perawatan Luka Bakar 

Menurut Hidayat (2008), terdapat dua jenis perawatan luka bakar, yaitu:
  1. Perawatan terbuka (exposure method) adalah mudah dan murah, permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila digunakan obat tertentu, misalnya mitras argenti, alas tidur menjadi kotor. 
  2. Perawatan tertutup (occlusive dressing method) adalah dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi.
Sedangkan menurut Holmes & Heimbach (2005), terdapat beberapa jenis penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakarnya, yaitu sebagai berikut:
  1. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan. 
  2. Luka bakar derajat II (superfisial), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra). 
  3. Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting).

Daftar Pustaka

  • Adibah dan Winasis. 2014. Pertolongan Pertama Luka Bakar. Online: udoctor.co.id.
  • Nugroho, Taufan. 2012. Mengungkap Tentang Luka Bakar dan Artritis Reumatoid. Yogyakarta: Nuha Medika.
  • Jong, De dan Sjamsuhidajat. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran.
  • Rahayuningsih, T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). Jurnal Profesi Volume 08/Februari-September 2012.
  • Dorland, WAN. 2014. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
  • Fitriana, R.N. 2014. Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama Luka Bakar Pada Anak Usia PraSekolah Di Desa Jombor Bendosari Sukoharjo. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.
  • Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta: Universitas Indonesia.
  • Gurnida, DA., dan Lilisari, M. 2011. Dukungan Nutrisi pada Penderita Luka Bakar. Bandung: Universitas Padjadjaran.
  • Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
  • Holmes, James H. dan Heimbach, David M. 2005. Burns, in: Schwartz’sPrinciples of Surgery. New York: McGraw-Hill.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Penyebab, Tingkatan dan Perawatan Luka Bakar. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/04/penyebab-tingkatan-dan-perawatan-luka-bakar.html