Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Metode Bercerita

Metode bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan, dalam upaya memperkenalkan atau-pun memberikan keterangan hal baru pada anak (Depdiknas, 2004).

Metode Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi, atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan.

Metode bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar kepada anak. Cerita yang disampaikan harus mengandung pesan, nasihat, dan informasi yang dapat ditangkap oleh anak, sehingga anak dapat dengan mudah memahami cerita serta meneladani hal-hal baik yang terkandung di dalam isi cerita yang telah disampaikan.

Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita. Melalui metode bercerita anak akan dapat mengembangkan kemampuan bahasanya, dapat mengulang bahasa yang didengarnya dengan bahasa yang sederhana, sehingga metode bercerita berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak.

Berikut definisi dan pengertian bercerita dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Hartono (2005), bercerita adalah menyampaikan serangkaian peristiwa yang dialami oleh sang tokoh. Tokoh dalam cerita dapat berupa manusia, binatang, dan makhluk-makhluk lain, baik tokoh nyata maupun tokoh-tokoh rekaan. 
  • Menurut Madyawati (2016), bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, perasaan yang sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca. 
  • Menurut Ismoerdijahwati (2007), bercerita merupakan seni atau teknik budaya kuno untuk menyampaikan suatu peristiwa yang dianggap penting, melalui kata-kata, imaji dan suara-suara.
  • Menurut Gunarti dkk (2008), bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa di lakukan secara lisan dan tertulis dan merupakan sebuah metode dari suatu kegiatan pengembangan yang ditandai dengan pendidik memberikan pengalaman belajar kepada anak melalui pembacaan cerita secara lisan.

Tujuan, Fungsi dan Manfaat Metode Bercerita 

a. Tujuan metode bercerita

Metode bercerita bertujuan untuk menghibur, melatih anak berkomunikasi dengan baik, memahami pesan dari cerita dan mampu mengungkapkan ide cerita serta menambah wawasan dan pengetahuan bahasa secara luas. Menurut Mudini dan Purba (2009), tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut:
  1. Mendorong atau menstimulasi. Maksud dari mendorong atau menstimulasi yaitu apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah menimbulkan inspirasi atau membangkitkan emosi para pendengar. 
  2. Meyakinkan. Maksud dari meyakinkan yaitu apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam meyakinkan adalah argumentasi. Untuk itu, diperlukan bukti, fakta, dan contoh konkret yang dapat memperkuat argumentasi untuk meyakinkan pendengar. 
  3. Menggerakkan. Maksud dari menggerakkan apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar. Misalnya, berupa seruan persetujuan atau ketidaksetujuan, pengumpulan dana, penandatanganan suatu resolusi, mengadakan aksi sosial. Dasar dari tindakan atau perbuatan itu adalah keyakinan yang mendalam atau terbakarnya emosi. 
  4. Menginformasikan. Maksud dari menginformasikan yaitu apabila pembicara ingin memberi informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya. Misalnya seorang guru menyampaikan pelajaran di kelas, seorang dokter menyampaikan masalah kebersihan lingkungan, seorang polisi menyampaikan masalah tertib berlalu lintas, dan sebagainya.
  5. Menghibur. Maksud dari menghibur yaitu apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya. Pembicaraan seperti ini biasanya dilakukan dalam suatu resepsi, ulang tahun, pesta, atau pertemuan gembira lainnya.

b. Fungsi metode bercerita

Metode bercerita berfungsi menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan. Adapun fungsi metode bercerita antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik. Melalui metode bercerita ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal yang baik kepada anak didik. Cerita hendaknya dipilih dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran.
  2. Mengembangkan imajinasi anak. Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik alam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan mereka mampu bertindak seperti tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan oleh guru. 
  3. Membangkitkan rasa ingin tahu. Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah cerita sehingga rasa ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam menentukan sikapnya.

c. Manfaat metode bercerita

Metode bercerita bermanfaat bagi perkembangan anak. Menurut Madyawati (2016), terdapat beberapa manfaat metode bercerita yaitu sebagai berikut:
  1. Membantu pembentukan pribadi dan moral anak. Cerita sangat efektif membantu pribadi dan moral anak.Melalui cerita, anak dapat memahami nilai baik dan buruk yang berlaku di masyarakat. 
  2. Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi. Cerita dapat dijadikan sebagai media menyalurkan imajinasi dan fantasi anak.Pada saat menyimak cerita.Imajinasi yang dibangun anak saat menyimak cerita memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah secara kreatif.
  3. Memacu kemampuan verbal anak. Cerita dapat memacu kecerdasan linguistik anak.Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tata cara berdialog dan bernarasi.
  4. Kegiatan bercerita memberikan sejumlah pengetahuan sosial nilainilai moral keagamaan. Bercerita memberikan nilai-nilai sosial pada anak, seperti patuh pada perintah orangtua, mengalah pada adik, dan selalu bersikap jujur. Selain pengetahuan sosial kegiatan bercerita merupakan alat pendidikan budi pekerti yang paling mudah dicerna anak di samping teladan yang dilihat anak tiap hari.
  5. Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk melatih pendengarannya. Dalam kegiatan bercerita anak akan menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, di didengar. Dengan melatih pendengarannya akan menambah kosa kata yang dimiliki anak. 
  6. Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
  7. Memberikan pengalaman belajar yang unik dan menarik, serta dapat mengatakan perasaan, membangkitkan semangat dan menimbulkan keasyikan tersendiri.kegiatan bercerita memberikan daya tarik bagi anak sehingga akan menimbulkan semangat dan keasyikan dalam bercerita.

Bentuk dan Jenis Metode Bercerita

Menurut Dhien (2009), berdasarkan jenis media yang digunakan, metode bercerita dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

a. Bercerita tanpa alat peraga 

Bercerita tanpa alat peraga yaitu kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang diperlihatkan pada anak. Bercerita tanpa alat peraga adalah bentuk cerita yang mengandalkan kemampuan pencerita dengan menggunakan mimik (ekspresi muka), pantomim (gerak tubuh), dan vokal pencerita sehingga yang mendengarkan dapat menghidupkan kembali dalam fantasi dan imajinasinya. Guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara guru harus dapat membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.

b. Bercerita dengan alat peraga 

Metode bercerita dengan alat peraga yaitu metode bercerita menggunakan media atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang akan disampaikan. Bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah bentuk bercerita yang mempergunakan alat peraga bantu untuk menghidupkan cerita. Fungsi alat peraga ini untuk menghidupkan fantasi dan imajinasi sehingga terarah sesuai dengan yang diharapkan si pencerita. Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi menjadi dua, yaitu alat peraga langsung dan alat peraga tidak langsung.

Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya (misalnya: kelinci, kembang, piring) agar anak dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari alat tersebut.

Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung dapat berupa:
  • Bercerita dengan benda-benda tiruan. Guru menggunakan benda-benda tiruan sebagai alat peraga (misalnya: binatang tiruan, buah-buahan tiruan, sayuran tiruan). Benda-benda tiruan tersebut hendaknya mempunyai proporsi bentuk dan warna yang sesuai dengan aslinya.
  • Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar. Guru menggunakan gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya cerita. 
  • Bercerita dengan menggunakan papan flanel. Guru menggunakan papan flanel untuk menempelkan potongan-potongan gambar yang akan disajikan dalam suatu cerita. 
  • Membacakan cerita. Guru menggunakan buku cerita dengan tujuan agar minat anak terhadap buku semakin bertambah. 
  • Sandiwara boneka. Guru menggunakan berbagai macam boneka yang akan dipentaskan dalam suatu cerita.

Langkah-langkah Metode Bercerita 

Menurut Tarigan (2008), terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan metode bercerita yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan topik cerita yang menarik 

Topik merupakan pokok pikiran atau pokok pembicaraan. Pokok pikiran dalam cerita harus menarik agar pendengar tertarik dan senang dalam mendengarkan cerita. Contoh topik cerita: pendidikan, sumber daya alam, kejujuran, persahabatan dan sebagainya.

2. Menyusun kerangka cerita dengan mengumpulkan bahan-bahan 

Kerangka cerita merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu cerita. Dalam menyusun kerangka cerita, harus mengumpulkan bahan-bahan seperti dari buku, majalah, koran, makalah dan sebagainya, untuk memudahkan dalam merangkai suatu cerita. Contoh kerangka cerita dengan topik persahabatan: 1) Ada dua orang bersahabat, 2) Dua orang sahabat berselisih paham, dan 3) Penyelesaian masalah & kembali bersahabat.

3. Mengembangkan kerangka cerita 

Kerangka cerita yang sudah dibuat kemudian dikembangkan sesuai dengan pokok-pokok cerita. Contoh pengembangan kerangka cerita ada 2 orang bersahabat sejak lama. Namanya Dina dan Ely. Mereka saling membantu satu sama lain. Saat Dina sedang mengalami kesulitan, Ely selalu membantu dan menghibur Dina. Begitupun sebaliknya, saat Ely sedang mengalami kesulitan, Dina selalu membantu & menghibur Ely.

4. Menyusun teks cerita 

Penyusunan teks cerita dilakukan dengan menggabungkan poin-poin dari kerangka cerita yang telah dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan antar poin. Contohnya yaitu menggabungkan pengembangan kerangka cerita poin 1 sd 3 yang telah dijelaskan di atas sehingga menjadi sebuah teks cerita yang baik.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita 

a. Kelebihan metode bercerita

Metode bercerita memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan, yaitu sebagai berikut:
  1. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena anak didik akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut. 
  2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang terjadi pada akhir cerita.
  3. Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan merenungkan maknanya.
  4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang, sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita. 

b. Kekurangan metode bercerita 

Metode bercerita memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan, yaitu sebagai berikut:
  1. Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi oleh masalah lain.
  2. Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik. 
  3. Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.

Daftar Pustaka

  • Depdiknas. 2004. Kurikulum Taman kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal(RA). Jakarta: Direktorat Jenderal Jendidikan Dasar dan Menengah.
  • Hartono. 2005. Pelatihan Pelatihan Penulisan Cerita atau Dongeng dan Teknik Penyajiannya sebagai Media Pembelajaran Budi Pekerti bagi Guru Taman Kanak-kanak Kodya Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press.
  • Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada Media Group. 
  • Ismoerdijahwati, K. 2007. Metode Bercerita. Surakarta: FKIP UNS.
  • Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • Mudini dan Purba, Salamat. 2009. Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Depdiknas.
  • Dhien, Nurbiana, dkk. 2009. Materi Pokok Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Metode Bercerita . Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/05/metode-bercerita.html