Teori Gerakan Sosial

Daftar Isi
Gerakan sosial adalah suatu bentuk aksi bersama yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial, baik yang diorganisir secara rapi maupun secara cair dan informal (Kamus Sosiologi, 2010). Gerakan sosial merupakan sebuah gerakan yang dilakukan secara bersama-sama demi mencapai tujuan yang sama-sama diinginkan oleh kelompok atau dengan kata lain gerakan sosial adalah tindakan kolektif untuk mencapai keinginan yang menjadi cita-cita bersama.

Gerakan Sosial

Gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang terbangun berdasarkan prakarsa masyarakat dengan tujuan untuk melontarkan tuntutan atas perubahan dalam institusi maupun kebijakan dari pemerintah yang dirasa sudah maupun tidak sesuai lagi dengan kehendak sebagian masyarakat.

Gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap masyarakat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir dari reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Gerakan sosial merupakan gerakan yang lahir dari prakarsa masyarakat dalam menuntut perubahan dalam institusi,kebijakan atau struktur pemerintahan.

Berikut definisi dan pengertian gerakan sosial dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Anthony Giddens (Putra dkk, 2006), gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan.
  • Menurut Tarrow (1998), gerakan sosial merupakan politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat biasa yang bergabung dengan para kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh menggalang kekuatan untuk melawan para elit, pemegang otoritas, dan pihak-pihak lawan lainnya. 
  • Menurut Borgatta dan Marie (Sujatmiko, 2006), gerakan sosial adalah tindakan kolektif yang mencoba untuk mempromosikan atau menentang perubahan di dalam masyarakat atau kelompok.
  • Menurut Mirsel (2004), gerakan sosial adalah seperangkat keyakinan serta tindakan tak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan ataupun menghalangi perubahan dalam masyarakat.

Jenis-Jenis Gerakan Sosial 

Menurut Syarbaini (2013), jenis-jenis gerakan sosial adalah sebagai berikut:
  1. Gerakan perpindahan (migratory movement), yaitu arus perpindahan ke suatu tempat yang baru. Individu-individu dalam jenis gerakan ini umumnya tidak puas dengan keadaan sekarang dan bermigrasi dengan harapan memperoleh masa depan lebih baik. 
  2. Gerakan ekspresif (expresive movement), yaitu tindakan penduduk untuk mengubah sikap mereka sendiri dan bukan mengubah masyarakat. Individu-individu dalam jenis gerakan ini sebenarnya hanya merubah persepsi mereka terhadap lingkungan luar yang kurang menyenangkan dari pada mengubah kondisi luar itu sendiri. 
  3. Gerakan utopia (utopian movement), yaitu gerakan yang bertujuan menciptakan lingkungan sosial ideal yang dihuni atau upaya menciptakan masyarakat sejahtera yang berskala kecil.
  4. Gerakan reformasi (reform movement), yaitu gerakan yang berupaya memperbaiki beberapa kepincangan atau aspek tertentu dalam masyarakat tanpa memperbarui secara keseluruhan.
  5. Gerakan revolusioner (revolutionary movement), yaitu gerakan sosial yang melibatkan masyarakat secara tepat dan drastis dengan tujuan mengganti sistem yang ada dengan sistem baru.
  6. Gerakan regresif (reaksioner), yaitu gerakan yang berusaha untuk mengembalikan keadaan kepada kedudukan sebelumnya. Para individu yang bergabung dalam gerakan ini adalah orang-orang yang kecewa terhadap kecenderungan sosial yang sedang berjalan.
  7. Gerakan perlawanan (resistance movement), yaitu gerakan yang berusaha melawan perubahan sosial tertentu.
  8. Gerakan progresif (progressive movement), yaitu gerakan yang bertujuan memperbaiki masyarakat dengan cara mengadakan perubahan-perubahan positif pada lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi.
  9. Gerakan konservatif (conservative movement), yaitu gerakan yang berusaha menjaga agar masyarakat tidak berubah. Individu-individu yang mendukung gerakan ini menganggap bahwa kedudukan masyarakat pada saat sekarang sebagai kedudukan yang paling menyenangkan.

Penyebab Gerakan Sosial 

Framing (pembingkaian) adalah suatu bentuk cara pandang individu terhadap fenomena yang dipengaruhi oleh ideologi di dalam dirinya. Dengan kata lain, frame menentukan sikap individu terhadap suatu fenomena. Frame dalam gerakan sosial adalah skema interpretasi yang memberikan kemampuan individu untuk mengidentifikasi suatu fenomena yang sedang terjadi di sekitarnya. Framing dalam gerakan sosial lebih dapat dianggap sebagai cara atau strategi yang digunakan untuk menyamakan pandangan baik dari pelaku maupun dari masyarakat terhadap suatu isu tertentu.

Dalam gerakan sosial, framing digunakan untuk mendiagnosis suatu kondisi sosial yang bermasalah untuk dipecahkan, menawarkan jalan keluar, dan menawarkan alasan pembenaran untuk memotivasi dukungan bagi aksi kolektif. Hubungan antara proses framing dan suatu pemikiran tentang perubahan politik objektif yang memfasilitasi kemunculan gerakan sosial. Perubahan politik tertentu mendorong mobilisasi tidak hanya melalui pengaruh objektif yang diakibatkan oleh perubahan relasi kekuasaan tetapi juga oleh setting dalam pergerakan proses framing yang selanjutnya menggerogoti legitimasi sistem.

Suatu gerakan sosial juga bisa muncul karena kaitan resiprokal antara proses framing dan mobilisasi. Proses framing secara jelas mendorong mobilisasi ketika orang-orang berupaya mengorganisasi dan bertindak pada basis kesadaran yang berkembang tentang ketidakabsahan dan kerentanan sistem. Pada saat yang sama, potensi bagi proses framing yang kritis dikondisikan oleh akses orang-orang kepada berbagai struktur mobilisasi. Dan hal ini akan lebih mungkin terjadi dalam kondisi organisasi yang kuat daripada kondisi organisasi yang lemah. Dengan kata lain, proses framing tidak akan terjadi dalam kondisi ketiadaan organisasi, karena ketiadaan struktur mobilisasi hampir pasti akan mencegah penyebaran framing ke jumlah minimal orang yang diperlukan untuk basis tindakan kolektif.

Menurut Tarrow (1998), framing bertujuan untuk menjustifikasi, memuliakan, dan mendorong aksi kolektif. Suatu gerakan sosial membutuhkan tiga frame, yaitu:
  1. Agregate Frame, adalah proses pengartian isu sebagai masalah sosial. Individu yang mendengar frame dari peristiwa tersebut sadar bahwa isu tersebut adalah masalah bersama yang berpengaruh di setiap individu. 
  2. Consensus Frame, adalah proses definisi yang berkaitan dengan masalah sosial hanya dapat diselesaikan dengan tindakan kolektif. Hal ini mengkonstruksi perasaan dan identifikasi dari individu untuk bertindak secara kolektif. 
  3. Collective Action Frame, adalah proses yang memaparkan kenapa dibutuhkan suatu tindakan kolektif, serta tindakan kolektif apa yang harus dilakukan.

Komponen Gerakan Sosial 

Menurut Tarrow (1998), komponen dasar yang harus dimiliki dalam gerakan sosial adalah sebagai berikut:

a. Struktur 

Gerakan sosial baru memiliki struktur yang tidak kaku, bersifat mengalir, untuk menghindari bahaya oligarkisasi. Hal itu diwujudkan dengan adanya upaya rotasi kepemimpinan, melakukan voting untuk semua isu, memiliki organisasi ad-hoc yang tidak permanen. Gerakan sosial baru menciptakan struktur yang lebih responsif terhadap kebutuhan individu dalam bentuk struktur yang terbuka, terdesentralisasi, dan non-hirarkis.

b. Tantangan Kolektif (collective challenge) 

Gerakan sosial selalu ditandai adanya tantangan-tantangan untuk melawan melalui aksi langsung yang mengganggu para elit, pemegang otoritas, kelompok-kelompok lain atau aturan-aturan kultural tertentu. Tantangan kolektif juga ditandai dengan tindakan menghalangi, membuat ketidakpastian terhadap aktivitas pihak lain yang coba mereka lawan melalui gerakan sosial. Tantangan kolektif merupakan karakteristik yang paling umum dari gerakan sosial. Tantangan kolektif seringkali disimbolkan dalam bentuk, slogan, corak pakaian, perilaku pribadi, penamaan baru objek-objek yang familiar dengan simbol yang baru ataupun berbeda, dan lain-lain. Tantangan kolektif merupakan hal yang menjadi focal point (titik fokus) bagi para aktor gerakan sosial, untuk memperoleh perhatian dari pihak yang dilawan, dan menciptakan konstituen untuk diwakili.

c. Tujuan Bersama 

Terdapat banyak alasan mengapa akhirnya individu bergabung dengan gerakan sosial. Alasan-alasan tersebut berbeda-beda tergantung dengan pertimbangan individu masing-masing. Namun, jika dilihat secara konseptual alasan paling jelas mengapa individu tergabung dalam gerakan sosial adalah untuk menyusun klaim bersama menentang pihak lawan, pemegang otoritas atau para elit.

d. Solidaritas dan Iidentitas Kolektif 

Pertimbangan kepentingan bersama dari partisipan merupakan penggerak bersama (common de-nominator) dari gerakan sosial yang kemudian menjembatani perubahan yang semula hanya potensi menjadi aksi nyata. Gerakan sosial akan dapat berjalan apabila terdapat perasaan-perasaan solidaritas atau identitas, yang seringkali bersumber dari rasa nasionalisme, etnisitas, agama, ataupun kesamaan minat tertentu, misal minat terhadap isu sosial, lingkungan, HAM, Gender, dan lain-lain.

e. Memelihara politik perlawanan 

Dengan terus memelihara aksi kolektif melawan pihak tertentu, suatu tindakan perlawanan akan bisa menjadi gerakan sosial. Komponen tujuan kolektif, identitas bersama dan tantangan yang dapat diidentifikasi membantu gerakan sosial dalam upaya memelihara politik perlawanan. Aksi kolektif dalam interaksi dengan pihak lawan yang kuat menandai titik pergeseran di mana suatu penentangan (contention) berubah menjadi suatu gerakan sosial.

Tahapan Gerakan Sosial 

Menurut Dawson dan Gettys (1948), tahapan terjadinya gerakan sosial adalah sebagai berikut:
  1. Tahap kegelisahan. Dalam tahap ini terjadi ketidakpuasan akibat pergolakan sistem yang kurang baik. Tahap ini bisa meluas dan berlangsung selama beberapa tahun. 
  2. Tahap kegusaran. Setelah perhatian dipusatkan pada kondisi-kondisi yang menimbulkan kegelisahan, maka terhimpunlah sebuah kolektivitas. Kegelisahan yang muncul dalam kolektivitas ini digerakkan oleh para agitator atau pemimpin.
  3. Tahap formalisasi. Dalam tahap ini, tidak tampak adanya struktur formal yang terorganisir yang dilengkapi dengan hierarki petugas-petugas. Salah satu tugas penting adalah menjelaskan ideologi gerakan kepada anggota yang telah bersatu. Sebab-sebab terjadinya ketidakpuasan, rencana aksi dan sasaran-sasaran gerakan. 
  4. Tahap pelembagaan. Jika gerakan tersebut berhasil menarik banyak pengikut dan dapat memenagkan dukungan publik, akhirnya akan terjadi pelembagaan. Selama tahap ini, ditetapkan suatu birokrasi dan kepemimpinan yang profesional yang disiplin mengganti figur-figur kharismatik sebelumnya.

Daftar Pustaka

  • Sujatmiko, I. G. 2006. Gerakan Sosial dalam Dinamika Masyarakat. Jakarta: LP3ES Indonesia. 
  • Mirsel, Robert. 2004. Teori Pergerakan Sosial: Kilasan Sejarah dan Catatan Bibliografis. Yogyakarta: Resist Book.
  • Putra, Fadillah Dkk. 2006. Gerakan Sosial. Malang: Averrors Press.
  • Tarrow, Sidney. 1998. Power in Movement, Social Movements and Contentius Politics. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Syarbaini, Syahrial. 2013. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Gettys, W.E. dan Dawson, Carl A. 1948. An Introduction to Sociology. New York: The Ronald Press Company.