Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Penyakit Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu gangguan atau penyakit metabolik ditandai dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.

Penyakit Diabetes Melitus (DM)

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun mengandung karbohidrat.

Seseorang dapat didiagnosa menderita penyakit diabetes melitus apabila mempunyai gejala seperti poliuria, polidipsi dan polifagi disertai dengan kadar gula darah sewaktu = 200 mg/dl dan gula darah puasa = 126 mg/dl.

Kurangnya hormon insulin yang dikeluarkan dari sel ß pankreas di dalam tubuh maka akan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan juga lemak, karena kadar glukosa dalam darah sangat erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme sehingga hal ini menyebabkan gangguan yang signifikan.

Berikut definisi dan pengertian diabetes melitus dari beberapa sumber buku:
  • Menurut American Diabetes Association (Henderina, 2010), diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. 
  • Menurut Ditjen Bina Farmasi dan Alkes (2005), diabetes mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. 3. Menurut Animesh (2006), diabetes melitus adalah sindrom klinis yang biasanya ditandai dengan hiperglikemia akibat dari defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. 
  • Menurut Sulistria (2013), diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sehingga menyebabkan hiperglikemia. 
  • Menurut Smeltzer dan Bare (2002), diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja insulin.

Jenis-jenis Diabetes Melitus 

Menurut Ulya (2012), terdapat beberapa jenis diabetes melitus, yaitu:

a. Diabetes tipe 1 

Suatu keadaan dimana tubuh sama sekali tidak dapat memproduksi hormon insulin. Penderita penyakit diabetes harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula darahnya. Sebagian besar penderita penyakit diabetes ini adalah anak-anak dan remaja.

b. Diabetes tipe 2 

Penyakit diabetes ini terjadi karena penderita tidak kekurangan insulin akan tetapi, insulin tidak dapat digunakan dengan baik (resistensi insulin). Tipe penyakit diabetes ini merupakan yang terbanyak diderita saat ini (90% lebih), dan sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk dan mempunyai riwayat penyakit diabetes dalam keluarga.

c. Diabetes gestasional 

Merupakan diabetes yang timbul selama masa kehamilan karena pada kehamilan terjadi perubahan hormonal dan metabolik sehingga ditemukan jumlah atau fungsi insulin yang tidak optimal yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang meliputi preeklampsia, kematian ibu, abortus spontan, kelainan kongenital, prematuritas, dan kematian neonatal. DM gestasional meliputi 2-5 % dari seluruh diabetes.

d. Diabetes lainnya 

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik.

Gejala Diabetes Melitus 

Menurut Subekti (2009), gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit diabetes melitus antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Pengeluaran urin (Poliuria). Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala diabetes melitus dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa. 
  2. Timbul rasa haus (Polidipsia). Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan. 
  3. Timbul rasa lapar (Polifagia). Pasien diabetes melitus akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi. 
  4. Peyusutan berat badan. Penyusutan berat badan pada pasien diabetes melitus disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi.

Penyebab Diabetes Melitus 

Menurut Kowalak (2011), diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Hereditas. Peningkatan kerentanan sel-sel beta pancreas dan perkembangan antibodi autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta.
  2. Lingkungan (makanan, infeksi, toksin, stress). Kekurangan protein kronik dapat mengakibatkan hipofungsi pancreas. Infeksi virus coxsakie pada seseorang yang peka secara genetic. Stress fisiologis dan emosional meningkatkan kadar hormon stres (kortisol, epinefrin, glucagon, dan hormon pertumbuhan), sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.
  3. Perubahan gaya hidup. Pada orang secara genetik rentan terkena diabetes melitus karena perubahan gaya hidup, menjadikan seseorang kurang aktif sehingga menimbulkan kegemukan dan beresiko tinggi terkena diabetes melitus. 
  4. Kehamilan. Kenaikan kadar estrogen dan hormon plasental yang berkaitan dengan kehamilan, yang mengantagoniskan insulin.
  5. Usia. Usia diatas 65 tahun cenderung mengalami diabetes melitus.
  6. Obesitas. Obesitas dapat menurunkan jumlah reseptor insulin di dalam tubuh. Insulin yang tersedia tidak efektif dalam meningkatkan efek metabolic. 
  7. Antagonisasi efek insulin yang disebabkan oleh beberapa medikasi, antara lain diuretic thiazide, kortikosteroid adrenal, dan kontraseptif hormonal.

Pengobatan Diabetes Melitus 

Pengobatan diabetes melitus dilakukan terlebih dahulu dengan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dalam langkah pertama belum tercapai, dapat dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya. Menurut Perkeni (2015) dan Kowalak (2011), langkah-langkah pengobatan diabetes melitus adalah sebagai berikut:
  1. Edukasi. Edukasi bertujuan untuk promosi kesehatan supaya hidup menjadi sehat. Hal ini perlu dilakukan sebagai upaya pencegahan dan bisa digunakan sebagai pengelolaan diabetes melitus secara holistic. 
  2. Terapi nutrisi medis (TNM). Pasien diabetes melitus perlu diberikan pengetahuan tentang jadwal makan yang teratur, jenis makanan yang baik beserta jumlah kalorinya, terutama pada pasien yang menggunakan obat penurun glukosa darah maupun insulin. 
  3. Latihan jasmani atau olahraga. Pasien diabetes melitus harus berolahraga secara teratur yaitu 3 sampai 5 hari dalam seminggu selama 30 sampai 45 menit, dengan total 150 menit per minggu, dan dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Jenis olahraga yang dianjurkan bersifat aerobik dengan intensitas sedang yaitu 50 sampai 70% denyut jantung maksimal seperti: jalan cepat, sepeda santai, berenang, dan joging. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara: 220 dikurangi usia pasien. 
  4. Terapi insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel ß pankreas dalam merespon glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.
  5. Obat Antidiabetik Oral. Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.

Daftar Pustaka

  • Henderina. 2010. DM Pada Lansia, Kasus Besar Interna. Online: www.scribd.com.
  • Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk penyakit Diabetes Melitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
  • Sulistria, Y.M. 2013. Tingkat self care pada pasien rawat jalan Diabetes Melitus di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol.2, No.2.
  • Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Terjemahan oleh Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.
  • Ulya, A.Z. 2012. Cegah Diabetes Dengan Rempeyek Lidah Mertua. Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, Vol.2, No.1.
  • Subekti, I. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam - Neuropati Diabetik. Jakarta: Universitas Indonesia.
  • Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
  • PERKENI. 2015. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Penyakit Diabetes Melitus (DM). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/07/penyakit-diabetes-melitus-dm.html