Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Pengungkapan diri atau self disclosure adalah bentuk komunikasi interpersonal dalam bentuk membagi informasi diri pribadi berupa ide, perasaan dan fantasi serta mengungkapkan reaksi dan tanggapan terhadap suatu situasi yang umumnya disembunyikan namun disampaikan sehingga orang lain mengetahui apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan.

Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Pengungkapan diri yang dilakukan secara tepat merupakan indikasi dari kesehatan mental seseorang. Dimana salah satu aspek penting dalam keterampilan sosial adalah pengungkapan diri. Pengungkapan diri haruslah dilandasi dengan kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi, atau dengan kata lain apa yang disampaikan kepada orang lain hendaklah bukan merupakan suatu topeng pribadi atau kebohongan belaka sehingga hanya menampilkan sisi yang baik saja.

Pengungkapan diri dapat bersifat deskriptif maupun evaluatif. Pengungkapan diri deskriptif yaitu seseorang melukiskan berbagai fakta mengenai dirinya yang mungkin belum diketahui oleh pendengar, seperti pekerjaan, tempat tinggal, dan sebagainya. Pengungkapan diri evaluatif yaitu seseorang mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya, seperti perasaannya menyukai orang-orang tertentu, merasa cemas karena terlalu gemuk, tidak suka bangun pagi, dan sebagainya.

Berikut definisi dan pengertian pengungkapan diri dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Supratiknya (1995), pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. 
  • Menurut Gainau (2009), pengungkapan diri adalah tindakan seseorang dalam memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain secara sukarela dan disengaja untuk maksud memberi informasi yang akurat tentang dirinya. 
  • Menurut Barker dan Gaut (1996), pengungkapan diri adalah kemampuan seseorang menyampaikan informasi kepada orang lain yang meliputi pikiran atau pendapat, keinginan, perasaan maupun perhatian. 
  • Menurut Papu (2002), pengungkapan diri adalah pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi ini dapat mencakup berbagai hal seperti pengalaman hidup, perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan sebagainya. 
  • Menurut Karina dan Suryanto (2012), pengungkapan diri adalah kesediaan individu dalam mengungkapkan informasi yang bersifat pribadi tentang diri sendiri kepada orang lain secara sukarela dalam rangka mengembangkan kedekatan (intimacy) terhadap lawan interaksinya.

Tujuan dan Fungsi Pengungkapan Diri 

Menurut Taylor dkk (2000), pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi dan tujuan yaitu sebagai berikut:
  1. Ekspresi. Kadang-kadang individu membicarakan perasaannya untuk pelampiasan. Mengekspresikan perasaan adalah salah satu alasan untuk penyingkapan diri. 
  2. Penjernihan diri. Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman dengan orang lain, individu mungkin mendapat self-awareness dan pemahaman yang lebih baik. Bicara kepada teman mengenai masalah dapat membantu individu untuk mengklarifikasi pikirannya tentang situasi yang ada. 
  3. Keabsahan sosial. Dengan melihat bagaimana reaksi pendengar pada pengungkapan diri yang dilakukan, individu mendapat informasi tentang kebenaran dan ketepatan pandangannya. 
  4. Kendali sosial. Individu mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan informasi tentang dirinya, sama seperti arti dari kontrol sosial. Individu mungkin menekan topik, kepercayaan atau ide yang akan membentuk pesan yang baik pada pendengar. Dalam kasus yang ekstrem, individu mungkin dengan sengaja berbohong untuk mengeksploitasi orang lain.
  5. Perkembangan hubungan. Saling berbagi informasi dan saling mempercayai merupakan sarana yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban.

Aspek-aspek Pengungkapan Diri 

Menurut Devito (1997), aspek-aspek pengungkapan diri atau self disclosure adalah sebagai berikut:
  1. Amount, yaitu kuantitas dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi dengan siapa individu mengungkapkan diri dan durasi dari pesan self-disclosing atau waktu yang diperlukan untuk mengutarakan statemen self disclosure individu tersebut terhadap orang lain. 
  2. Valence, Valensi merupakan hal yang positif atau negatif dari penyingkapan diri. Individu dapat menyingkapkan diri mengenai hal-hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan mengenai dirinya, memuji hal-hal yang ada dalam dirinya atau menjelek-jelekkan diri individu sendiri. Faktor nilai juga mempengaruhi sifat dasar dan tingkat dari pengungkapan diri. 
  3. Accuracy/Honesty, yakni ketepatan dan kejujuran individu dalam mengungkapkan diri. Ketepatan dari pengungkapan diri individu dibatasi oleh tingkat dimana individu mengetahui dirinya sendiri. Pengungkapan diri dapat berbeda dalam hal kejujuran. Individu dapat saja jujur secara total atau dilebih-lebihkan, melewatkan bagian penting atau berbohong. 
  4. Intention, yaitu seluas apa individu mengungkapkan tentang apa yang ingin diungkapkan, seberapa besar kesadaran individu untuk mengontrol informasi-informasi yang akan dikatakan pada orang lain. 
  5. Keakraban/Intimacy, yaitu individu dapat mengungkapkan detail yang paling intim dari hidupnya, hal-hal yang dirasa sebagai periperal atau impersonal atau hal yang hanya bohong.

Tingkapan Pengungkapan Diri 

Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2006), pengungkapan diri terdiri dari beberapa tingkapan, yaitu:
  1. Basa-basi, merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat keterbukaan diantara individu, tetapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomunikasi basa-basi hanya untuk kesopanan. 
  2. Membicarakan orang lain, yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang di luar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak mengungkapkan diri. 
  3. Menyatakan gagasan atau pendapat, sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain, walaupun hanya sebatas pendapat mengenai hal-hal tertentu saja. 
  4. Perasaan, setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan pertemanan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan menyatakan perasaan-perasaan yang mendalam.
  5. Hubungan puncak, pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

Resiko Pengungkapan Diri 

Menurut Taylor, dkk (2000), pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan hubungan, namun demikian pengungkapan diri juga mengandung resiko, yaitu sebagai berikut:
  1. Pengabaian, terkadang self disclosure kita dibalas dengan Self disclosure orang lain dan hubungan pun berkembang. Tetapi, terkadang kita menyadari orang lain tak peduli pada self disclosure kita dan sama sekali tidak tertarik untuk mengenal kita. 
  2. Penolakan, informasi diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan penolakan sosial. 
  3. Hilangnya kontrol, terkadang orang bisa saja memanfaatkan informasi yang kita berikan kepada mereka untuk menyakiti kita atau untuk mengontrol perilaku kita. 
  4. Pengkhianatan, ketika kita mengungkapkan informasi personal kepada seseorang, kita sering berasumsi, atau bahkan secara tegas meminta agar informasi itu dirahasiakan. Sayangnya, terkadang orang itu berkhianat.

Daftar Pustaka

  • Supratiknya. 1995. Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.
  • Gainau, M.B. 2009. Keterbukaan diri (self disclosure) siswa dalam perspektif budaya dan implikasinya bagi konseling. Jurnal ilmiah widya warta, Vol.33, No.1.
  • Barker, L.L. dan Gaut, D.A. 1996. Communication. Massachussets: Allyn and Bacon.
  • Papu, Johanes. 2002. Pengungkapan Diri. Jakarta: Team e-psikologi.
  • Karina S.M. dan Suryanto. 2012. Pengaruh Keterbukaan Diri Terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan Terhadap Dunia Maya Sebagai Intervening Variabel. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol.1, No.02.
  • Taylor C, Lillis C, Le More P. 2000. Fundamentals of nursing the art and scienceof nursing care B. Philadhelpia: Lippincott.
  • Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Jakarta: Professional Books.
  • Dayakisni, T dan Hudaniah. 2006. Psikologi Sosial. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengungkapan Diri (Self Disclosure). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/08/pengungkapan-diri-self-disclosure.html