Personal Adjustment (Penyesuaian Diri)
Daftar Isi
Personal adjustment merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri dengan lingkungannya. Individu yang mampu menyesuaikan diri akan siap menghadapi situasi baru serta bisa menyelaraskan dirinya sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan tersebut.
Personal adjustment merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam melakukan personal adjustment, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya.
Berikut definisi dan pengertian personal adjustment dari beberapa sumber buku:
- Menurut Weiten dan Lloyd (2006), personal adjustment adalah sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan orang tersebut berusaha untuk mengatasi demand dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
- Menurut Tuttle (2004), personal adjustment adalah sebuah proses dimana seseorang berusaha menyeimbangkan kondisi diri sendiri dengan kondisi yang diharapkan dari lingkungan.
- Menurut Patosuwido (1993), personal adjustment merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat.
- Menurut Colhoun & Acocella (1990), personal adjustment adalah interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan sistem behavioral, kognisi, dan emosional.
- Menurut Wijaya (2015), personal adjustment adalah kemampuan seseorang untuk mereaksi kenyataan-kenyataan, situasi-situasi, hubungan-hubungan sosial dalam lingkungannya guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
Aspek-aspek Personal Adjustment
Personal adjustment merupakan usaha untuk menyeimbangkan kondisi lingkungan dengan kondisi diri sendiri. Proses tersebut bermula dari bagaimana seorang individu mengidentifikasi diri sendiri, kemudian mengidentifikasi kondisi lingkungan, hingga akhirnya individu tersebut berusaha menyeimbangkan kedua hal tersebut. Menurut Weiten dan Lloyd (2006), terdapat tiga aspek personal adjustment, yaitu:- Stress dan coping stress. Stress sebagai sebuah suatu hal yang dipersepsikan mengancam well being seseorang dan mengharuskan seseorang tersebut menggunakan kemampuan mereka dalam mengatasi stress tersebut. Ketika individu menghadapi sebuah stimulus yang dianggap menimbulkan stress, maka individu tersebut akan berusaha melakukan penilaian terhadap stimulus tersebut. Ketika individu telah selesai melakukan penilaian terhadap situasi yang dianggap menimbulkan stress, maka orang tersebut akan melakukan proses coping. Coping stress sebagai sebuah upaya untuk memanajemen ketidakseimbangan antara demand lingkungan dengan resource yang dimiliki.
- Interpersonal realm. Interpersonal realm adalah salah satu aspek personal adjustment dimana seseorang dalam proses penyesuaian dirinya berusaha untuk membangun hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Interpesonal realm mengacu pada hubungan yang dimiliki individu dengan individu yang lain.
- Developmental transition. Developmental Transition merupakan perubahan yang terjadi selama seorang individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada beberapa hal, diantaranya adalah perubahan dalam peran gender dan perilaku, transisi dalam dunia pekerjaan dan perubahan dalam kehidupan seksual.
- Kontrol terhadap emosi yang berlebihan. Aspek ini menekankan kepada adanya kontrol dan ketenangan emosi individu yang memungkinkannya untuk menghadapi permasalahan secara cermat dan dapat menentukan berbagai kemungkinan pemecahan masalah ketika muncul hambatan. Bukan berarti tidak ada emosi sama sekali, tetapi lebih kepada kontrol emosi ketika menghadapi situasi tertentu.
- Mekanisme pertahanan diri yang minimal. Aspek ini menjelaskan pendekatan terhadap permasalahan lebih mengindikasikan respon yang normal dari pada penyelesaian masalah yang memutar melalui serangkaian mekanisme pertahanan diri yang disertai tindakan nyata untuk mengubah suatu kondisi. Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Individu dikatakan mengalami gangguan penyesuaian jika individu mengalami kegagalan dan menyatakan bahwa tujuan tersebut tidak berharga untuk dicapai.
- Frustrasi personal yang minimal. Individu yang mengalami frustrasi ditandai dengan perasaan tidak berdaya dan tanpa harapan, maka akan sulit bagi individu untuk mengorganisir kemampuan berpikir, perasaan, motivasi dan tingkah laku dalam menghadapi situasi yang menuntut penyelesaian.
- Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri. Individu memiliki kemampuan berpikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi pikiran, tingkah laku, dan perasaan untuk memecahkan masalah, dalam kondisi sulit sekalipun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu tidak mampu melakukan penyesuaian diri yang baik apabila individu dikuasai oleh emosi yang berlebihan ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan konflik.
- Kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman masa lalu. Penyesuaian normal yang ditunjukkan individu merupakan proses belajar berkesinambungan dari perkembangan individu sebagai hasil dari kemampuannya mengatasi situasi konflik dan stres. Individu dapat menggunakan pengalamannya maupun pengalaman orang lain melalui proses belajar. Individu dapat melakukan analisis mengenai faktor-faktor apa saja yang membantu dan mengganggu penyesuaiannya.
- Sikap realistik dan objektif. Sikap yang realistik dan objektif bersumber pada pemikiran yang rasional, kemampuan menilai situasi, masalah dan keterbatasan individu sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Jenis-jenis Personal Adjustment
Menurut Schneiders (2008), terdapat dua jenis personal adjustment, yaitu:- Personal adjustment pribadi, yaitu bentuk personal adjustment yang diarahkan kepada diri sendiri, seperti personal adjustment fisik dan emosi, personal adjustment seksual, dan personal adjustment moral dan religius.
- Personal adjustment sosial, yaitu bentuk personal adjustment terhadap lingkungan, seperti rumah, sekolah, dan masyarakat; yang merupakan aspek khusus dari kelompok sosial. Hal ini berarti melibatkan pola hubungan di antara kelompok yang ada dan saling berhubungan secara integral di antara ketiganya.
- Adaptive. Merupakan bentuk personal adjustment bersifat fisik, artinya perubahan-perubahan dalam proses fisiologis untuk menyesuaikan kebutuhan diri terhadap lingkungan.
- Adjustive. Merupakan bentuk personal adjustment bersifat psikis, artinya personal adjustment, baik emosi dan tingkah laku terhadap lingkungan yang memiliki norma sosial.
Proses Personal Adjustment
Menurut Sunarto (1998), proses atau tahapan personal adjustment pada individu adalah sebagai berikut:- Mula-mula individu di satu sisi merupakan dorongan keinginan untuk memperoleh makna dan eksistensi dalam kehidupannya dan di sisi lain mendapat peluang atau tuntutan dari luar dirinya sendiri.
- Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan.
- Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya.
- Kemampuan bertindak secara dinamis, luwes dan tidak kaku sehingga menimbulkan rasa aman tidak dihantui oleh kecemasan atau ketakutan.
- Dapat bertindak sesuai dengan potensi positif yang layak dikembangkan sehingga dapat menerima dan diterima lingkungan, tidak disingkirkan oleh lingkungan maupun menentang dinamika lingkungan.
- Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran, selalu menunjukkan perilaku hormat sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta dapat mengerti dan menerima keadaan orang lain meskipun sebenarnya kurang serius dengan keadaan dirinya.
- Kesanggupan merespon frustasi, konflik, dan stress secara wajar, sehat dan profesional, dapat mengontrol dan mengendalikannya sehingga dapat memperoleh manfaat tanpa harus menerima kesedihan yang mendalam.
- Kesanggupan bertindak secara terbuka dan sanggup menerima kritik dan tindakannya dapat bersifat murni sehingga sanggup memperbaiki tindakan-tindakan yang sudah tidak sesuai lagi.
- Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh lingkungannya serta selaras dengan hak dan kewajiban.
- Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, orang lain dan segala sesuatu di luar dirinya sehingga tidak pernah merasa tersisih dan kesepian.
Daftar Pustaka
- Schneider, A.A. 2008. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holtt
- Gunarsa, S.D. dan Gunarsa, Y.S. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- Weiten, W. dan Lloyd, M.A. 2006. Psychology Applied Modern Life: Adjustment In The 21 st Century. California: Thomson Higher Education.
- Tuttle, Dean dan Naomi R. Tuttle. 2004. Self-esteem and Adjusting with Blindness: The Process of Responding to Life's Demands. Illnois: Charles C Thomas Publisher.
- Patosuwido, S.R. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa dalam Kaitannya dengan Konsep Diri Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal Psikologi.
- Acocella, J.R. dan Calhoun, J.F. 1990. Psychology of adjustment human Relationship. New York: Mc Graw-Hill.
- Wijaya, B.O. 2015. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Kemandirian Pada Mahasiswa Yang Merantau Fakultas Teknik industri Universitas Bina Darma Angkatan 2014/2015 Palembang. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang 2015.
- H, Sunarto. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.