Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Jenis, Penyebab dan Bahaya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah suatu proses pembakaran yang menyebar secara bebas dan mengkonsumsi bahan bakar hutan seperti serasah, rumput, humus, ranting ,kayu mati, gulma, semak, dedaunan serta pohon-pohon besar untuk tingkat terbatas (Syaufina, 2008). Menurut FAO (2007), kebakaran hutan adalah keadaan api yang tidak terkontrol di kawasan hutan yang menyebabkan terbakarnya vegetasi hutan seperti pohon, gambut dan rumput.

Jenis, Penyebab dan Bahaya Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan terjadi dengan disengaja maupun tanpa disengaja. Menurut penelitian 90% terjadinya kebakaran hutan diakibatkan oleh faktor kesengajaan manusia melalui beberapa kegiatan, seperti perladangan, perkebunan, penyiapan lahan untuk ternak dan sebagainya (Purbowaseso, 2004).

Beberapa faktor seperti cuaca, struktur tanah dapat memengaruhi sifat api dan efek asap kebakaran. Secara umum, cuaca berangin membuat konsentrasi asap lebih rendah, karena asap akan bercampur dengan udara yang dapat menyebabkan api kebakaran menyebar lebih cepat serta dampak yang timbul akan lebih besar. Intensitas panas, khususnya saat awal kebakaran akan membawa asap ke udara dan menetap, kemudian turun jika suhu menurun. Asap kebakaran pertama biasanya langsung terbawa angin sehingga menjadi prediksi area yang terbakar (Faisal dkk, 2012).

Jenis-jenis Kebakaran Hutan 

Menurut Syaufina (2008), kebakaran hutan dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu:
  1. Kebakaran bawah (Ground Fire). Kebakaran bawah yaitu situasi dimana api membakar bahan organik di bawah permukaan serasah. Penjalaran api yang perlahan dan tidak dipengaruhi oleh angin menyebabkan tipe kebakaran seperti ini sulit untuk dideteksi dan dikontrol. Kebakaran bawah adalah tipe kebakaran yang umum terjadi di lahan gambut. 
  2. Kebakaran permukaan (Surface fire). Kebakaran permukaan yaitu situasi dimana api membakar serasah, tumbuhan bawah, bekas limbah pembalakan dan bahan bakar lain yang terdapat di lantai hutan. Kebakaran permukaan adalah tipe kebakaran yang umum terjadi di semua tegakan hutan. 
  3. Kebakaran tajuk (Crown fire). Kebakaran tajuk yaitu situasi dimana api menjalar dari tajuk pohon satu ke tajuk pohon yang lain yang saling berdekatan. Kebakaran tajuk sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin. Kebakaran tajuk sering terjadi di tegakan hutan konifer dan api berasal dari kebakaran permukaan.

Faktor Penyebab Kebakaran Hutan 

Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:

a. Biofisik 

Kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh faktor biofisik antara lain seperti petir, letusan gunung berapi, atau batu bara yang terbakar. Di negara subtropis kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh faktor alam sering terjadi. Petir merupakan penyebab kebakaran tertinggi di negara subtropis (Syaufina 2008).

Hutan di Indonesia merupakan hutan tropis yang sulit terbakar secara alami, tetapi dengan meningkatnya gangguan pada hutan oleh manusia, kebakaran hutan akan sering terjadi. Kejadian petir yang sering terjadi di Indonesia tidak dapat menimbulkan kebakaran karena datangnya petir di Indonesia selalu dibarengi dengan datangnya hujan. Sehingga percikan api dari petir yang mengenai bahan bakar tidak dapat berkembang, menjalar lebih luas.

Daerah yang berdekatan dengan gunung berapi yang masih aktif, merupakan daerah yang masih mempunyai risiko terhadap bahaya kebakaran karena udara yang dihasilkan dapat mengeringkan bahan bakar, sehingga kemampuan bahan bakar untuk terbakar semakin tinggi.

Kejadian kebakaran hutan dan lahan juga dipengaruhi oleh tipe tanah, misalnya tanah gambut yang akan menjadi kering akibat pemanfaatan dan pembukaan lahan gambut yang membuat tanah gambut menjadi cenderung padat. Kebakaran di lahan gambut adalah kebakaran yang berbahaya karena tipe kebakaran di lahan gambut adalah kebakaran tipe kebakaran bawah (ground fire). Bahan bakar utama pada lahan gambut adalah lapisan gambut yang berada di permukaan. Kebakaran yang terjadi di permukaan gambut merambat ke dalam hingga membakar lapisan organik.

b. Aktifitas Manusia 

Penyebab utama deforestasi hutan di berbagai negara adalah kebakaran hutan. Permasalahan ekonomi dan sosial merupakan faktor utama pendorong terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Penyiapan lahan dengan cara membakar masih dianggap cara yang paling murah dan praktis dengan alasan lebih ekonomis masih melakukan sistem ini (Syaufina, 2008).

Lahan merupakan kesatuan berbagai sumber daya dataran yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem struktural dan fungsional. Proses ini berinteraksi dengan penduduk setempat atau dengan orang-orang yang menaruh perhatian terhadap daerah tersebut, terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka, aspirasi, dan keinginannya pada masa mendatang (Hardjowigeno, 2003).

Salah satu alasan dari perubahan penggunaan suatu hutan menjadi non hutan adalah karena semakin terbatasnya lahan yang ada dan didorong dengan pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi. Salah satu permasalahan dalam perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi non hutan adalah pembukaan hutan dengan cara dibakar secara tidak terkendali dengan asumsi pembakaran hutan untuk pembukaan lahan lebih praktis dan efisien.

c. Suhu dan Kelembaban Udara 

Suhu udara merupakan faktor yang selalu berubah dan memengaruhi suhu bahan bakar serta kemudahanya untuk terbakar. Suhu udara tergantung pada intensitas panas atau penyinaran matahari. Daerah dengan suhu tinggi akan menyebabkan cepat terjadinya pengeringan bahan bakar dan memudahkan terjadinya kebakaran. Hal ini terutama terjadi pada musim kemarau yang panjang (Wardhana, 2001).

Kelembaban udara berasal dari evaporasi badan-badan air, tanah serta tranpirasi tumbuh-tumbuhan. Kelembaban udara di hutan akan sangat mempengaruhi mudah tidaknya bahan bakar mongering dan terbakar, hal ini terjadi karena kelembaban udara dapat menentukan jumlah kandungan air dalam bahan bakar (Wardhana, 2001).

d. Emisi Karbondioksida 

Efek dari kandungan karbondioksida yang meningkat secara global di atmosfer dan dianggap sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Umumnya karbon menyusun 45-50 % bahan kering dari tanaman. Hutan gambut merupakan salah satu hutan yang memiliki potensi dalam penyimpanan karbon. Salah satu faktor yang dapat mengubah fungsi gambut tersebut adalah kebakaran gambut. Proses kebakaran dapat meningkatkan emisi CO2 karena terbakarnya salah satu atau gabungan dari biomasa tanaman, nekromasa dan lapisan gambut.

Karbondioksida terdapat pada atmosfer bumi dalam kepekatan 0,003%. Walaupun pada kepekatan yang rendah, karbondioksida memainkan peranan yang penting dalam iklim bumi. Radiasi sinar matahari yang masuk mengandung panjang gelombang yang berbeda-beda tetapi pada saat mengenai permukaan bumi sebagian energi diubah menjadi radiasi inframerah. Karbondioksida merupakan penyerap inframerah yang kuat dan sifat ini membantu mencegah radiasi inframerah meninggalkan bumi. Dengan demikian CO2 memainkan peranan penting dalam mengatur suhu permukaan bumi. Efek rumah kaca ini dipengaruhi oleh proporsi karbondioksida dalam atmosfer bumi.

Bahaya Asap Kebakaran Hutan 

Asap merupakan campuran antara karbon dioksida, air, zat yang terdifusi di udara, zat partikulat, hidrokarbon, zat kimia organik, nitrogen oksida dan mineral. Komposisi asap tergantung dari banyak faktor yaitu jenis bahan pembakar, kelembaban, temperatur api, kondisi angin dan hal lain yang mempengaruhi cuaca, baik asap tersebut baru atau lama. Asap merupakan perpaduan atau campuran karbon dioksida (CO2), air, karbon monoksida (CO), particulate matter, nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon, zat kimia organik dan mineral. Selain itu, asap kebakaran hutan mengandung volatile organic compounds (VOCs) seperti benzene, formaldehid dan akrelein yang dilepaskan ke atmosfer (Perwitasari, 2012).

Dari beberapa komponen gas yang terkandung dalam asap kebakaran, terdapat gas yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yaitu CO. Selain sifat gas tersebut yang potensif racun juga memiliki ukuran partikel 0,5–1µm yang apabila terinhalasi dapat masuk sampai ke saluran napas bawah. Efek yang ditimbulkan dari paparan CO dengan konsentrasi dan durasi paparan yang melebihi konsentrasi normal dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan yaitu gangguan pada sistem kardiologi, hematologi, neurologi dan respirologi.

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) yang keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Gas SO2 terbukti menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) di dalam paru, tetapi efek yang ditimbulkan dari SO2 memerlukan konsentrasi yang tinggi. Efek yang ditimbulkan dalam waktu cepat berupa bronkokonstriksi.

Gas NO2 merupakan radikal bebas yang terdapat pada polusi udara dalam ruangan maupun luar ruangan yang dihasilkan dari proses pembakaran seperti kendaraan bermotor ataupun kebakaran hutan. Pada manusia, NO2 dengan konsentrasi di atas 5 ppm dapat menyebabkan gangguan pada paru berupa Acute Lung Injury dan memicu terjadinya asma pada sebagian besar anak. Adanya NO2 terinhalasi memicu respon tubuh untuk mengeluarkan sitokin pro inflamasi yang menyebabkan kerusakan pada alveolar berupa kerusakan dinding alveolar, adanya hipersekresi mukus dan infiltrasi sel radang.

Particulate Matter (PM) atau partikulat debu merupakan bagian penting dalam asap kebakaran untuk pajanan jangka pendek (jam atau mingguan). Materi partikulat merupakan campuran partikel solid dan droplet cair atau disebut juga dengan partikel tersuspensi. Pada sistem respirologi, partikulat meter yang masuk ke tubuh melalui inhalasi memiliki kemampuan untuk menghasilkan radikal bebas atau ROS dalam sistem biologis dan untuk mengaktifkan jalur stres oksidatif di dalam sel epitel paru. Pelepasan ROS menyebabkan inaktivasi myeloperoxidase alfa 1-antitripsin, yang merupakan enzim antiprotease paling penting di dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk mencegah proteolitik yang dapat menyebabkan kerusakan paru dan emfisema.

Volatile Organic Compounds (VOCs) adalah senyawa yang mengandung karbon yang mudah menguap pada suhu ruang. Paparan jangka pendek VOCs menyebabkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan, sakit kepala, mual, muntah dan gangguan pernafasan. Sedangkan, paparan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati, kerusakan ginjal, serta efek pada sistem lain seperti sistem respirasi, saraf, reproduksi, gangguan mental dan kanker.

Daftar Pustaka

  • Syaufina, L. 2008. Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, Perilaku api, Penyebab dan dampak kebakaran. Malang: Bayumedia publishing.
  • Food and Agriculture Organization (FAO). 2007. Fire management globalassessment 2006. A Thematic Study Prepared in the Framework of the Global Forest Resource Assessment 2005.
  • Purbowaseso, B. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Faisal, F., Yunus F., dan Harahap, F. 2012. Dampak Asap Kebakaran Hutan pada Pernafasan. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Vol.39 no.01.
  • Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Ediyatama Sarana Perkasa.
  • Wardhana, A.W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
  • Perwitasari, D. Sukana, B. 2012. Gambaran Kebakaran Hutan Dengan Kejadian Penyakit Ispa dan Pneumonia di Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi Tahun 2008. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.11, No.2.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Jenis, Penyebab dan Bahaya Kebakaran Hutan. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/09/jenis-penyebab-dan-bahaya-kebakaran-hutan.html