Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kandungan, Jenis dan Proses Pembuatan Pupuk Organik

Pupuk organik adalah hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai (dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Supartha, 2012).

Kandungan, Jenis dan Proses Pembuatan Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan bahan yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, seperti pupuk kandang, kompos, pupuk hijau, jerami, dan bahan lain yang dapat berperan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Soedardjo dan Mashuri, 2000).

Pupuk organik bukanl untuk menggantikan peran pupuk kimia melainkan sebagai pelengkap fungsi pupuk kimia. Pupuk organik dan pupuk kimia akan lebih optimal dan lebih efisien penggunaannya bila dimanfaatkan secara bersama-sama. Penambahan pupuk organik dapat mengurangi dampak negatif pupuk kimia serta memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah secara bersamaan (Wahyono dkk, 2011).

Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah. Selain itu Pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang ada di alam, misalnya sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sumber bahan organik lainnya adalah hewan ternak, unggas, dan lain sebagainya. Limbah atau kotoran hewan ternak merupakan bahan organik yang bermanfaat bagi tanah pertanian.

Kandungan Pupuk Organik 

Menurut Hadiswito (2007), dalam pupuk organik terkandung berbagai jenis unsur-unsur hara yang sangat penting bagi tanaman, antara lain yaitu:
Kandungan pupuk organik

a. Nitrogen 

Unsur nitrogen atau N merupakan unsur hara di dalam tanah yang sangat berperan bagi pertumbuhan tanaman. Perilaku nitrogen di dalam tanah sulit diperkirakan karena transformasinya sangat kompleks. Lebih dari 98% N di dalam tanah tidak tersedia untuk tanaman karena terakumulasi dalam bahan organik atau terjerat dalam mineral liat. Oleh karena itu, bahan organik yang sudah di tranformasikan menjadi pupuk dapat menyediakan N bagi tanaman. Suplai unsur N melalui pemupukan lebih di utamakan untuk tanaman karena N merupakan unsur yang paling banyak hilang dari lahan setelah di panen.

b. Fospor 

Selain unsur N, bahan organik juga membantu menyediakan unsur fospor atau P. Unsur P merupakan zat yang penting, tetapi selalu berada dalam keadaan kurang di dalam tanah. Unsur P sangat penting sebagai sumber energi. Oleh karena itu kekurangan P dapat menghambat pertumbuhan dan reaksi-reaksi metabolisme tanaman. Sementara itu kandungan fospor pada tanaman membantu dalam pertumbuhan bunga, buah dan biji, serta mempercepat pematangan buah.

c. Kalsium 

Air yang di butuhkan tanaman untuk hidup, penyerapannya sangat di bantu oleh kalsium. Kalsium juga berperan dalam mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang. Kalsium Bisa di gunakan untuk menetralkan kondisi senyawa dan kondisi tanah yang merugikan. Kekurangan unsur ini dapat menghambat pertumbuhan pucuk, ranting, dan batang tanaman. Bahkan jika kekurangannya parah, ujung akar dan akar rambut akan mati sehingga pada akhirnya tanaman juga mati.

d. Kalium 

Kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat, selain itu, unsur ini juga berperan penting dalam pembentukan antibodi tanaman untuk melawan penyakit. Ciri fisik tanaman yang kekurangan kalium yaitu, daun tampak keriting, dan mengkilap. Lama kelamaan, daun akan menguning di bagian pucuk dan pinggirnya.

e. Belerang 

Belerang merupakan unsur penting kedua setelah nitrogen dalam pembentukan asam amino. Unsur ini juga membantu proses pertumbuhan lainnya, seperti pembentukan bintil akar, pertumbuhan tunas, dan pembentukan hijau daun (klorofil). Tanaman yang kekurangan unsur ini, daun mudanya mengkilap agak keputihan, selanjutnya akan berubah menjadi kuning hijau. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Bahkan, tanaman akan tampak kerdil, kurus, dan batangnya pendek.

f. Magnesium

Umumnya magnesium berfungsi membantu proses pembentukan hijau daun atau klorofil. Selain itu juga berfungsi membantu proses transportasi fosfat dalam tanaman. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan pucuk bagian di antara jari-jari daun tampak tidak berwarna. Kondisi ini akan tampak pertama kali di bagian bawah daun, kemudian meningkat ke bagian atas. Sementara itu, daun akan berbentuk tipis, tampak mongering, dan melengkung ke atas.

Jenis-jenis Pupuk Organik 

Menurut Susetya (2012), terdapat bermacam-macam pupuk organik, yaitu sebagai berikut:
  1. Kompos. Pupuk kompos adalah pupuk yang dibuat dengan cara membusukkan sisa-sisa tanaman. Pupuk jenis ini berfungsi sebagai pemberi unsur-unsur hara yang berguna untuk perbaikan struktur tanah. 
  2. Pupuk hijau. Pupuk hijau adalah bagian tumbuhan hijau yang mati dan tertimbun dalam tanah. Pupuk organik jenis ini mempunyai imbangan C/N rendah, sehingga dapat terurai dan cepat tersedia bagi tanaman. Pupuk hijau sebagai sumber nitrogen cukup baik di daerah tropis, yaitu sebagai pupuk organik sebagai penambah unsur mikro dan perbaikan struktur tanah. 
  3. Pupuk kandang. Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Kandungan hara dalam pupuk kandang rata-rata sekitar 55 % N, 25 5 P2O5, dan 5 % K2O. Makin lama pupuk kandang mengalami proses pembusukan, makin rendah perimbangan C/N nya.

Proses Pembuatan Pupuk Organik Kompos

Menurut Hasim dan Hedianto (2010), langkah-langkah proses pembuatan pupuk organik kompos adalah sebagai berikut:
  1. Pemilahan sampah. Sampah haruslah dipisahkan antara sampah organik (bahan dasar kompos) dan anorganik (plastik, kaca, kaleng). Kualitas kompos yang baik adalah kompos yang tidak tercampur dengan sampah anorganik, karena jika tercampur dengan sampah anorganik hasilnya tidak akan maksimal. 
  2. Pencacahan bahan organik. Sampah organik dicacah atau dipotong-potong sehingga menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, proses ini dilakukan agar sampah dapat dengan mudah dan cepat terurai menjadi kompos. 
  3. Penyusunan. Penyusunan bahan dasar kompos bisa bervariasi, bahan dasar kompos biasanya disusun dengan komposisi sampah organik sebagai bahan dasar sebanyak 70 sd 80 persen, tanah 10 sd 15 persen dan bahan tambahan 10 sd 15 persen, bahan tambahan ini dapat berupa gabah, dedak, kotoran ternak atau kompos yang sudah jadi sebelumnya. 
  4. Pencampuran/pengadukan. Proses ini dilakukan setiap satu minggu sekali, dengan cara membalikkan sampah yang ada pada lapisan bawah ke bagian atas kemudian mengaduknya hingga rata. Hal ini berguna untuk membuang panas berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan, meratakan proses pelapukan, meratakan pemberian air dan membantu menghancurkan bahan organik secara efektif. 
  5. Penyiraman. Tumpukan kompos harus terjaga dalam kondisi kelembaban yang cukup, maka dari itu dilakukanlah proses penyiraman ketika tumpukan kompos terlalu kering. Cara mengecek kelembaban kompos hanya dengan menggenggamnya, jika ketika diperas tidak mengeluarkan air maka tumpukan bahan kompos tersebut harus disiram air secukupnya. Menyiram menggunakan air cucian beras akan lebih baik karena dapat menambah unsur glukosa dalam kompos.
  6. Pematangan. Proses pematangan kompos beragam tergantung bahan dasar organik pembuat kompos, cuaca dan pengolahan yang dilakukan. Proses pematangan berkisar antara 20 sd 40 hari dengan menggunakan aktivator, sedangkan sekitar 2 sd 6 bulan jika ditimbun secara alami. Ketika tumpukan bagian atas terlihat mulai lapuk, volume sampah akan menyusut kurang lebih 30 sd 40 persen dari volume awal dan kompos berwarna kehitaman, jika ciri-ciri kompos yang baik sudah terlihat maka kompos sudah siap di panen.
  7. Penyaringan. Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara bahan jadi dengan bahan yang belum terurai. 
  8. Kompos siap digunakan. Kompos yang baik adalah kompos yang terurai dengan sempurna, tidak berbau den berwarna cokelat kehitaman seperti tanah juga berefek baik jika diaplikasikan pada tanah.

Daftar Pustaka

  • Supartha, I.N.Y., Wijana, G. dan Adnyana, G.M. 2012. Aplikasi jenis pupuk organik pada tanaman padi sistem pertanian organik. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika.
  • Susetya, Darma. 2012. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik (Untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan). Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
  • Soedardjo, M. dan Mashuri, A.G. 2000. Peningkatan Produktivitas, Kualitas dan Efisiensi Sistem Produksi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Menuju Ketahanan Pangan dan Agribisnis. Bogor: PUSLITBANGTAN.
  • Wahyono, Sri, dkk. 2011. Membuat pupuk organik granul dari aneka limbah. Jakarta: Agromedia.
  • Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka.
  • Hasim, F. dan Hedianto, Y.E. 2010. Gerakan 3R, pembentukan masyarakat peduli daur ulang. Bandung: Indonesia Education Promoting Foundation.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kandungan, Jenis dan Proses Pembuatan Pupuk Organik. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/09/kandungan-jenis-dan-proses-pembuatan-pupuk-organik.html