Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Metode Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study)

Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah salah satu metode pembelajaran yang aktivitas belajarnya berlangsung di luar kelas/sekolah seperti; taman, perkampungan, kebun dan lain-lain dengan tujuan untuk melibatkan pengalaman langsung serta menantang semangat petualangan siswa agar lebih akrab terhadap lingkungan dan masyarakat.

Metode Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study)

Metode pembelajaran di luar kelas merupakan upaya mengajak lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar.

Berikut definisi dan pengertian pembelajaran di luar kelas dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Vera (2012), pembelajaran di luar kelas merupakan kegiatan belajar antara guru dan siswa, namun tidak dilakukan di dalam kelas, tetapi dilakukan di luar kelas atau alam terbuka sebagai kegiatan pembelajaran siswa. 
  • Menurut Husamah (2013:19), pembelajaran di luar kelas merupakan aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/sekolah dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan. 
  • Menurut Rustam dan Santoso (2015), pembelajaran di luar kelas adalah metode dimana guru mengajak peserta didik belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan peserta didik dengan lingkungannya.

Tujuan dan Manfaat Pembelajaran di Luar Kelas 

Menurut Vera (2012), tujuan pembelajaran di luar kelas adalah sebagai berikut:
  1. Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif personal. 
  2. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap. 
  3. Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya dapat berkembang optimal. 
  4. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung terhadap materi yang disampaikan. 
  5. Memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan luar kelas. 
  6. Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan guru-murid yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas.
  7. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung. 
  8. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas sekitar untuk pembelajaran.
Menurut Sudjana (2011), pembelajaran di luar kelas dapat memberikan beberapa manfaat yaitu sebagai berikut:
  1. Kegiatan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. 
  2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami. 
  3. Bahan-bahan yang dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat.
  4. Kegiatan pembelajaran lebih komprehensif dan lebih aktif serta dapat dilakukan dengan berbagai cara.
  5. Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam.
  6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungan.

Jenis-jenis Pembelajaran di Luar Kelas 

Menurut Vera (2012), pembelajaran di luar kelas terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
  1. Education Training Plus. Education training plus merupakan sebuah aktivitas pendidikan yang mengintegrasikan kurikulum formal, alam dan karakter. Kurikulum Diknas pelajaran seperti; art, science dan lain-lain dengan pola mengenal alam sambil bermain-main. Kurikulum karakter lebih kepada pembentukan kepribadian dan akhlak, sedangkan kurikulum alam meliputi pelajaran berkebun dan mengenal tumbuhan, beternak dan mengenal hewan, agar mengasah kemandirian dan mental para peserta didik.
  2. Gathering Plus. Gathering Plus merupakan suatu bentuk wisata di alam terbuka yang dirancang dalam suasana rekreasi, santai dan gembira dengan muatan edukatif. 
  3. Taman Bermain dan Wisata Alam. Taman bermain dan wisata alam merupakan rangkaian rintangan permainan yang dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menjadi simulasi kegiatan alam terbuka. Kegiatan ini membuka potensi diri yang selama ini belum diketahui sehingga melalui aktifitas Low dan High Rope ini muncul rasa percaya diri.
  4. Eksperiental Base Study. Eksperiental Base Study merupakan kemasan kegiatan berupa pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diaplikasikan dengan menggunakan alam terbuka sebagai media. Proses pengenalan diri, minat dan bakat berbasiskan kurikulum sekolah sehingga program ini sangat efektif untuk para peserta karena mereka terlibat untuk melihat, mendengar dan langsung berbuat (Eksperiental Learning). 
  5. Knowledge Management. Knowledge Management merupakan kemasan pendistribusian sejumlah pengetahuan yang akan menjadi pembelajaran bersama. Knowledge management ini telah diformulasikan sebagai sumber pengetahuan bersama dan dapat diimplementasikan dengan makna berguru pada alam.

Tahapan Pembelajaran di Luar Kelas 

Menurut Baharudin dan Wahyuni (2010), tahapan atau langkah-langkah pembelajaran di luar kelas adalah sebagai berikut:

a. Tahap Pengalaman Nyata 

Pada tahap paling awal dalam proses belajar adalah seorang mampu atau dapat mengalami suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceritakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya, namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakekat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami proses mengapa proses peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap paling awal dalam proses belajar.

b. Tahap Obsevasi Reflektif 

Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia mulai berupaya untuk mencari jawaban dan memikirkan kejadian tersebut. Ia melakukan refleksi terhadap peristiwa yang dialaminya, dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu mesti terjadi. Pemahamannya terhadap peristiwa yang dialaminya semakin berkembang. Kemampuan inilah yang terjadi dan dimiliki seseorang pada tahap kedua dalam proses belajar.

c. Tahap Konseptualisasi 

Tahap ketiga dalam proses belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek penelitiannya. Berpikir induktif banyak dilakukan untuk memuaskan suatu aturan umum atau generalisasi dari berbagai contoh peristiwa yang dialaminya. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.

d. Tahap Implementasi 

Tahap terakhir dari proses belajar adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. Pada tahap ini seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan. Ia mampu menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran di Luar Kelas 

Menurut Husamah (2013), pembelajaran di luar kelas memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:

a. Kelebihan 

Kelebihan atau keunggulan pembelajaran di luar kelas adalah:
  1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
  2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami.
  3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya akurat. 
  4. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta, dan lain-lain. 
  5. Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.
  6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan.

b. Kekurangan 

Kekurangan atau kelemahan pembelajaran di luar kelas adalah:
  1. Siswa akan kurang konsentrasi.
  2. Pengelolaan siswa akan lebih sulit terkondisi.
  3. Waktu akan tersita (kurang tepat waktu).
  4. Penguatan konsep kadang terkontaminasi oleh siswa lain atau kelompok lain.
  5. Guru lebih intensif dalam membimbing. 
  6. Akan muncul minat yang semu.

Daftar Pustaka

  • Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas (Outdoor study). Yogyakarta: DIVA Press.
  • Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi.
  • Rustam, Suparjo dan Santoso, Apik Budi. 2015. Penerapan Metode Outdoor Study pada Pembelajaran Geografi Kelas X IPS MA Al Bidayah Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2014/2015. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
  • Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  • Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Metode Pembelajaran di Luar Kelas (Outdoor Study). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/09/metode-pembelajaran-di-luar-kelas.html