Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Fungsi, Jenis dan Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah suatu indikator untuk mengukur kondisi suatu perusahaan dalam melunasi kewajiban (utang) jangka pendek dalam waktu yang tidak terlalu lama, termasuk utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun yang bersangkutan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

Pengertian, Fungsi, Jenis dan Rasio Likuiditas

Likuiditas merupakan salah satu aspek keuangan yang penting untuk dianalisis, karena merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu perusahaan yang dilihat dari seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.

Likuiditas menjadi salah satu faktor yang menentukan sukses atau gagalnya perusahaan. Penyediaan kebutuhan uang tunai dan sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah perusahaan itu menanggung risiko.

Berikut definisi dan pengertian likuiditas dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Amrin (2009), likuiditas adalah suatu kondisi dari suatu perusahaan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam jangka pendek dan dalam waktu yang tidak terlalu lama atau selalu siap jika suatu saat akan ditagih. 
  • Menurut Syamsuddin (2000), likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
  • Menurut Mardiyanto (2009), likuiditas adalah indikator yang digunakan mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban (utang) jangka pendek tepat pada waktunya, termasuk melunasi bagian utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun bersangkutan. 
  • Menurut Riyanto (2001), likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi. 
  • Menurut Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2014), likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai. 

Fungsi dan Tujuan Likuiditas 

Menurut Kasmir (2012), rasio likuiditas memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut:
  1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan mambayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). 
  2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan aktiva lancar. 
  3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah. 
  4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 
  5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 
  6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang. 
  7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode. 
  8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar. 
  9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Jenis-jenis Likuiditas 

Menurut Pandia (2012), terdapat dua jenis likuiditas berdasarkan sumber dana dan penggunaannya, yaitu:

a. Deposit liquidity 

Likuiditas deposito adalah likuiditas dalam menghadapi penarikan titipan. Ini sangat sensitif terhadap tingkat kepercayaan masyarakat. Jika seorang penyimpan dana akan mengambil kembali uangnya dan yang diberi titipan tidak mampu memenuhi atau membayarkannya, maka dapat menimbulkan kekecewaan dan keresahan para nasabah, yang pada akhirnya akan mengurangi kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini likuiditas lebih ditujukan kepada bagaimana bank mengusahakan agar mampu memenuhi/melayani nasabah sewaktu menarik simpanannya.

b. Portofolio liquidity 

Likuiditas portofolio adalah likuiditas dalam kaitannya dengan proyeksi pemberian pinjaman. Walaupun kurang peka terhadap tingkatan kepercayaan masyarakat. Apabila bank tidak memiliki alat likuiditas yang cukup untuk memberikan pinjaman, berarti kemungkinan memperoleh laba kurang.

Jenis-jenis likuiditas berdasarkan kebutuhan jangka waktunya yaitu:
  1. Kebutuhan likuiditas harian, yaitu dengan memberikan perhatian kepada bagaimana mengatur kebutuhan likuiditas dari hari ke hari.
  2. Kebutuhan likuiditas jangka pendek, yakni likuiditas yang memberikan faktor-faktor yang bersifat musiman seperti pengaruh hari Natal, hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru, masa liburan dan masa tanam usaha. 
  3. Kebutuhan likuiditas jangka panjang, merupakan kebutuhan likuiditas yang dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap waktu-waktu mendatang, misalnya pengaruh terhadap kebijakan pemerintah, pertumbuhan ekonomi atau tingkat perputaran dunia usaha.

Rasio Likuiditas 

Menurut Kasmir (2013), jenis-jenis rasio likuiditas adalah sebagai berikut:

a. Rasio lancar (current ratio) 

Rasio lancar adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Rasio lancar dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Current Ratio (Rasio Lancar)
Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat. Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.

Utang lancar adalah kewajiban perusahaan jangka pendek maksimal satu tahun. Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

b. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio) 

Rasio sangat lancar adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan. Untuk mencari quick ratio, diukur dengan total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan. Rasio sangat lancar dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Quick Ration (Rasio Sangat Lancar)

c. Rasio kas (cash ratio) 

Rasio kas adalah alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan dari bank. Rasio kas dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Cash Ratio (Rasio Kas)

d. Rasio perputaran kas 

Rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal bersih yang dimiliki perusahaan, sementara itu, modal kerja kotor atau modal kerja saja merupakan jumlah dari aktiva lancar. Rasio perputaran kas dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Rasio Perputaran Kas

Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut :
  1. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya. 
  2. Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang sedikit.

d. Inventory to net working capital 

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Inventory to Net Working Capital dirumuskan sebagai berikut:

Rumus Inventory to net working capital

Daftar Pustaka

  • Amrin, Abdullah. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
  • Syamsuddin, Lukman. 2000. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa. 
  • Mardiyanto, Handono. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
  • Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
  • Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Mengelola Kredit Secara Sehat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  • Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana dan Kesehatan Bank. Jakarta: Rineka Cipta.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Fungsi, Jenis dan Rasio Likuiditas. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/10/pengertian-fungsi-jenis-dan-rasio-likuiditas.html