Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Aspek, Ciri, Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

Kematangan emosi adalah suatu keadaan, kondisi atau reaksi perasaan yang stabil pada tingkat kedewasaan dan perkembangan diri, dimana individu mampu mengarahkan, mengendalikan dan mengontrol emosi, serta mampu mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku berdasarkan suatu pertimbangan sehingga dapat diterima oleh diri sendiri dan orang lain.

Aspek, Ciri, Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi

Kematangan emosi merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan yang ada dalam diri secara yakin dan berani yang diimbangi dengan pertimbangan akan perasaan dan keyakinan individu lain. Seorang anak dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.

Kematangan emosi itu adalah suatu kondisi emosional dimana tingkat kedewasaan individu yang terkendali, tidak kekanak-kanakan, amarah yang meluap-luap, dan mampu mengungkapkan emosi sesuai kondisi yang ada yang mana individu dapat menilai situasi secara kritis sebelum bereaksi secara emosional dan peduli terhadap perasaan orang lain. Untuk mencapai kematangan emosi, seorang remaja harus mempunyai pandangan luas terhadap situasi-situasi yang menimbulkan reaksi-reaksi emosional yang hebat. hal ini bisa diperoleh bila remaja bersedia untuk membicarakan problem-problemnya dengan orang lain.

Berikut definisi dan pengertian kematangan emosi dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Murray (1997), kematangan emosi adalah suatu kondisi mencapai perkembangan pada diri individu dimana individu mampu mengarahkan dan mengendalikan emosi yang kuat agar dapat diterima oleh diri sendiri dan orang lain. 
  • Menurut Dariyo (2006), kematangan emosi merupakan keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosi sehingga individu tidak lagi menampilkan pola emosional yang tidak pantas. 
  • Menurut Kartono (2007), kematangan emosi adalah suatu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari segi perkembangan emosional, oleh karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan emosional seperti pada masa kanak-kanak. 
  • Menurut Hurlock (2000), kematangan emosi merupakan suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu obyek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana hati ke dalam suasana hati yang lain. 
  • Menurut Caplin (1997), kematangan emosi merupakan suatu keadaan atau kondisi tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional, dan karena itu pribadi yang bersangkutan tidak lagi menampilkan pola emosional yang pantas bagi anak-anak. 
  • Menurut Al-Uqshari (2005), kematangan emosi adalah kemampuan individu untuk bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri sendiri, perasaan mau menerima dirinya sendiri dan orang lain serta mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif.

Aspek-aspek Kematangan Emosi 

Menurut Casmini (2007), aspek-aspek kematangan emosi pada individu adalah sebagai berikut:
  1. Sikap untuk belajar. Bersikap terbuka untuk menambah pengetahuan, jujur, mempunyai keterbukaan serta motivasi diri yang tinggi bisa memahami agar bermakna bagi dirinya.
  2. Memiliki rasa tanggung jawab. Memiliki rasa tanggung jawab untuk mengambil keputusan untuk menanggung risikonya, individu yang matang tidak menggantungkan hidup sepenuhnya kepada individu lain karena individu yang matang tahu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sehari-hari. 
  3. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif. Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, memiliki apa yang akan dilakukan, mengemukakan pendapat. 
  4. Memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial. Individu yang matang, mampu melihat kebutuhan individu yang lain dan memberikan individu yang matang mampu menunjukkan ekspresi cintanya kepada individu lain.
Sedangkan menurut Wardani (2011), aspek-aspek kematangan emosi adalah:
  1. Realitas. Berbuat sesuai dengan kondisi, mengetahui dan menafsirkan permasalahan tidak hanya satu sisi. 
  2. Mengetahui mana yang harus di dahulukan. Mampu menimbang dengan baik diantara beberapa hal dalam kehidupan. Mengetahui mana yang terpenting diantara yang penting. Tidak mendahulukan permasalahan yang kecil dan mengakhiri masalah yang besar. 
  3. Mengetahui tujuan jangka panjang. Diwujudkan dengan kemampuan mengendalikan keinginan atau kebutuhan demi kepentingan yang lebih penting ada masa yang akan datang. 
  4. Menerima tanggung jawab dan menunaikan kewajiban dengan teratur. Optimis dalam melakukan tugas, dan mampu hidup di bawah aturan tertentu. 
  5. Menerima kegagalan. Bisa menyikapi kegagalan dan dewasa dalam menghadapi segala kemungkinan yang tidak menentu guna mencapai sebuah kemakmuran, serta mencurahkan segala potensi guna mencapai tujuan.
  6. Hubungan emosional. Seseorang tidak hanya mempertimbangkan diri sendiri tapi mulai membiarkan perhatiannya pada orang lain. Pencarian yang serius tentang jati diri serta komunitas sosial.
  7. Bertahap dalam memberikan reaksi. Mampu mengendalikan saat kondisi kejiwaan memuncak.

Karakteristik Kematangan Emosi 

Menurut Murray (1997), seseorang dikatakan telah memiliki kematangan emosi bila telah memiliki karakteristik atau ciri-ciri kematangan emosi berikut ini:

a. Mudah mengalirkan cinta dan kasih sayang 

Individu yang matang emosinya mampu menunjukkan rasa kasih sayang secara terbuka, mereka memiliki kemampuan untuk mempercayai orang lain serta percaya diri, dapat memberi cinta serta kasih sayang kepada orang yang disayanginya dan mereka juga tidak memiliki hambatan dalam kepribadian.

b. Mampu untuk menghadapi kenyataan 

Individu yang matang emosinya melihat situasi dalam hidup seperti apa adanya dan tidak berfikir kebenaran menurut diri mereka sendiri. Mereka selalu bersemangat dalam menghadapi kenyataan hidup dan tidak takut untuk menghadapi situasi yang sulit. Sedangkan, orang yang belum matang emosinya berusaha menghindari kenyataan di dalam hidup dan takut akan kesulitan.

c. Mampu belajar dari pengalaman hidup 

Individu yang matang emosinya merasa mudah untuk belajar dari pengalaman hidup mereka, mereka mampu untuk melihat situasi yang terjadi dalam segi positif dan menerima kenyataan hidup, sedangkan orang yang belum matang emosinya tidak pernah belajar dari kehidupan dan selalu menyesali situasi dalam kehidupannya.

d. Mampu berfikir positif mengenai diri pribadi 

Individu yang matang emosinya memandang positif pengalaman hidup dan menikmati hidup. Ketika mereka menghadapi masalah mengenai diri pribadi, mereka berusaha untuk menerima dan berpikiran positif mengenai masalah kehidupannya.

e. Penuh harapan 

Orang yang matang emosinya berharap dalam hidup dan selalu berharap yang terbaik, mereka melihat positif dalam segala hal dan tidak pesimis akan kemampuan diri mereka. Hal ini membuat mereka menjadi orang yang percaya diri dan selalu siap untuk menghadapi kehidupan dengan keyakinan diri yang kuat.

f. Ketertarikan untuk memberi 

Individu yang matang emosinya akan mempertimbangkan kebutuhan orang lain dan memberikan dari sumber daya pribadinya meskipun ia sedang mengalami kekecewaan. Sumber daya yang diberikan dapat berbentuk uang, waktu atau usaha untuk meningkatkan kualitas hidup orang-orang yang dicintainya.

g. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman 

Kemampuan untuk menghadapi kenyataan dan berfikir positif terhadap pengalaman hidup berasal dari kemampuan untuk belajar dari pengalaman. Orang yang belum matang emosinya tidak mampu menghadapi kenyataan yang terjadi di dalam hidupnya. Tingkat kematangan individu dapat dilihat dari bagaimana menghadapi masalah atau menghindar dari masalah.

h. Kemampuan menangani permusuhan secara konstruktif 

Individu yang tidak matang emosinya akan mencari seseorang untuk disalahkan atas suatu masalah yang sedang dihadapinya sedangkan individu yang matang emosinya mencari solusi akan masalah tersebut. Orang yang belum matang emosinya menggunakan kemarahannya untuk menyerang sehingga menjadikan perkelahian, sedangkan orang yang matang emosinya menggunakan kemarahannya sebagai sumber energi untuk mencari solusi bagi masalahnya.

i. Berfikir terbuka 

Orang yang matang emosinya tidak mengkhawatirkan hal-hal yang negatif, mereka berpikiran cukup terbuka untuk mendengarkan pendapat orang lain, mereka percaya pada perkataan teman mereka sendiri dari pada perkataan orang lain yang belum jelas kepastiannya.

Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi 

Menurut Soeparwoto (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi pada seseorang, yaitu:
  1. Perubahan Jasmani. Perubahan segi meliputi pertumbuhan cepat dari badan. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu yang mengakibatkan postur tubuh atau jasmani tidak seimbang. 
  2. Perubahan dalam hubungannya dengan orang tua. Sikap orang tua dalam mendidik anak, misalnya secara otoriter, memanjakan anak, sikap acuh tak acuh, penuh kasih sayang. Sikap-sikap tersebut dapat menyebabkan ketegangan dan ketidak-tegangan yang semuanya berpengaruh terhadap perkembangan mental remaja termasuk perkembangan emosi.
  3. Perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman. Pada usia kurang lebih 17-18 tahun, biasanya remaja mulai jatuh cinta dengan teman lawan jenis atau dengan kenakalan-kenakalan lain. Gejala seperti ini sehat, tetapi kemungkinan terjadinya konflik juga ada. Gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi akibat cinta yang tidak terbalas atau karena pemutusan hubungan dari satu pihak, hal ini akan mendatangkan kecemasan bagi orang tua dan bagi diri sendiri. 
  4. Perubahan pandangan luar. Pandangan luar dapat menyebabkan konflik yang disebabkan karena sikap dunia luar terhadap remaja tidak konsisten, dan dunia luar masih mempunyai nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. 
  5. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Remaja sering terbentur nilai-nilai yang tidak dapat diterima atau bertentangan dengan nilai-nilai yang menarik bagi remaja, maka timbullah idealisme untuk mengubah lingkungannya.
Sedangkan menurut Hurlock (2000), faktor-faktor yang menjadi penghambat kematangan emosi pada seseorang adalah sebagai berikut:
  1. Dasar yang buruk. Remaja yang tidak dapat membentuk dasar yang baik selama masa kanak-kanak tidak akan menguasai tugas perkembangan masa remaja. perkembangan optimal dalam masa remaja bergantung pada keberhasilan tugas perkembangan dalam masa bayi dan masa kanak-kanak. 
  2. Terlambat matang. Remaja yang terlambat matang tidak mempunyai waktu untuk menguasai banyak perkembangan masa remaja dibandingkan remaja yang matang lebih awal atau anak yang matangnya normal. Banyak diantara remaja yang terlambat matang baru menyelesaikan perubahan masa pubertas pada saat remaja hampir habis. 
  3. Terlalu lama diperlakukan seperti anak-anak. Remaja yang terlambat matang sering diperlakukan seperti anak- anak pada saat teman-teman sebayanya diperlakukan sebagai orang yang hampir dewasa. Akibatnya, remaja mengembangkan perasaan kurang mampu untuk memikul hak, keistimewaan, dan tanggung jawab sejalan dengan kedewasaannya. 
  4. Perubahan peran. Remaja yang bekerja setelah sekolah atau berhenti bersekolah akan memperoleh perubahan peran yang drastis, ia menggunakan peran dewasa terlebih dahulu dibandingkan teman-teman sebaya yang melanjutkan pendidikan.
  5. Ketergantungan yang terlampau lama. Keadaan ketergantungan yang terlalu lama terjadi pada saat seorang remaja menjalankan pendidikan sampai kepada masa dewasa awal. Sehingga hal tersebut menjadi sulit bagi remaja untuk melakukan peralihan ke masa dewasa karena masih mengalami ketergantungan. Hal ini sering terjadi pada remaja perempuan.

Daftar Pustaka

  • Murray, dkk. 2007. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.
  • Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.
  • Dariyo, Agoes. 2006. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
  • Hurlock, Elizabeth, B. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
  • Chaplin, J.P. 1997. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raya Grafindo Persada.
  • Al-Uqshari, Yusuf. 2005. Percaya Diri Pasti. Jakarta: Gema Insani Press.
  • Casmini. 2007. Emotional Parenting, Dasar-dasar Pengasuhan Kecerdasan Emosi Anak. Yogyakarta: Pilar Media.
  • Wardani, Dani. 2011. Bermain Sambil Belajar. Jakarta: Edukasia.
  • Soeparwoto. 2004. Evaluasi Layanan Bimbingan Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Aspek, Ciri, Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Emosi. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/11/aspek-ciri-karakteristik-dan-faktor-yang-mempengaruhi-kematangan-emosi.html