Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mentoring (Pengertian, Fungsi, Unsur, Jenis dan Tahapan Kegiatan)

Apa itu Mentoring? 

Mentoring adalah sebuah proses pembelajaran dalam bentuk hubungan saling mendukung dan pengawasan, diantara dua orang atau lebih dimana seseorang dianggap memiliki kemahiran dan kemampuan lebih dari yang lain yang disebut mentor menjadi model, guru, sponsor, konsultan dan pendorong kepada peserta mentoring yang disebut mantee dalam rangka mentransfer pengetahuan dan pemikiran agar kompetensi mantee menjadi lebih berkembang.

Mentoring (Pengertian, Fungsi, Unsur, Jenis dan Tahapan Kegiatan)

Istilah mentoring berasal dari bahasa Inggris, yang berarti pembimbingan. Sedangkan kata bimbingan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu, tuntunan, pimpinan. Mentoring memiliki kata dasar mentor, dalam KBBI memiliki arti berperan sebagai adviser, role model, consellor tutor dan atau guru (Badudu dan Zein, 1994).

Mentoring merupakan sebuah proses interaksi antara seorang yang lebih tua yang berperan sebagai mentor dengan orang yang lebih muda yang berperan sebagai mentee yang tidak mempunyai hubungan darah dimana didalamnya terdapat proses pembinaan dan bimbingan dan memiliki hubungan emosional yang kuat yang dilandasi atas dasar kepercayaan, saling menghargai, dan mengasihi dan mentor memberikan dukungan, dorongan, bimbingan dan semangat yang bertujuan untuk membentuk pertumbuhan, perkembangan, kompetensi dan karakter mentee ke arah yang positif.

Mentoring adalah proses umpan balik yang terus menerus dan dinamis antara dua individu untuk membangun hubungan antara individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, informasi dan dengan fokus pada pengembangan profesional dan pribadi. Mentoring merupakan sarana yang di dalamnya terdapat kegiatan pembelajaran. Mentoring bertujuan memberikan dukungan kepada individu sehingga mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara menguatkan dan mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan yang adaptif, sehingga mampu mencari tingkat kemandirian yang lebih tinggi serta mampu mengambil keputusan secara otonom (Romansah, 2017).

Berikut definisi dan pengertian mentoring dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Kasper (2002), mentoring adalah hal khusus berkaitan dengan pengawasan, hubungan yang saling mendukung atau partnership di antara dua orang yang didasarkan ada kepercayaan dan saling menghargai. 
  • Menurut DuBois dan Karche (2005), mentoring merupakan bentuk hubungan yang dilandasi rasa kepercayaan yang terstruktur yang melibatkan remaja dimana proses ini menawarkan bimbingan, dukungan dan memberikan semangat yang bertujuan mengembangkan kompetensi dan karakter mentee. 
  • Menurut Anderson dan Shannon (1998), mentoring adalah sebuah proses alami dimana seseorang yang lebih banyak memiliki kemampuan dan pengalaman melayani sebagai peran model, guru, sponsor, pendorong,konsultan dan teman kepada seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman masih sedikit. 
  • Menurut Kurniawati (2015), mentoring merupakan proses pembelajaran, dimana mentor mampu membuat mentee (peserta mentoring) yang tadinya tergantung menjadi mandiri. Mentoring adalah bantuan secara tersembunyi (offline help) dari mentor ke mentee untuk transfer pengetahuan, pemikiran dalam kerja secara signifikan. 
  • Menurut Hasan dan Chien (2003), mentoring adalah proses yang menggunakan berbagai aspek termasuk kemahiran oleh orang yang berpengalaman melalui bimbingan, pendidikan dan latihan kepada remaja bagi tujuan pembelajaran.

Fungsi Mentoring 

Fungsi kegiatan mentoring adalah sebagai berikut:

a. Fungsi remedial atau rehabilitatif 

Secara historis mentoring atau bimbingan lebih memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi oleh psikologi klinik dan psikis. Peranan remedial berfokus pada masalah; 1) penyesuaian diri, 2) menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi, dan 3) mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

b. Fungsi edukatif atau pengembangan 

Fungsi ini berfokus kepada masalah: 1) membantu meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam hidup, 2) mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, 3) membantu meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan, 4) untuk keperluan jangka pendek, konseling membantu individu-individu menjelaskan nilai-nilai, menjadi lebih tegas, mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan, komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi kesepian dan semacamnya.

c. Fungsi preventif atau pencegahan 

Fungsi ini membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah-masalah kejiwaan karena kurangnya perhatian. Upaya preventif meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

Unsur-unsur Mentoring 

Pelaksanaan mentoring terdiri dari dua pelaku utama yaitu mentor dan mentee. Mentor adalah penasehat utama dalam kelompok mentoring sedangkan mentee adalah peserta mentoring. Adapun penjelasan mentor dan mantee adalah sebagai berikut (DuBois dan Karche, 2005):

a. Mentor 

Mentor merupakan seorang yang bijak dan seorang konselor atau guru yang dapat dipercaya. Mentor adalah seorang dewasa, yang lebih berpengalaman yang mengetahui lebih jauh perkembangan karakter dan kompetensi remaja dengan membimbing remaja untuk dapat menguasai bakat dan tugas dimana mentor sudah menguasainya terlebih dahulu. Mentoring dapat dicapai melalui demonstrasi, instruksi, tantangan, dan dorongan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.

Seorang mentor tidak hanya berperan sebagai seorang pembimbing saja tetapi ia memiliki multi fungsi yaitu selain sebagai seorang guru (teacher) bagi mentee-nya, juga seorang pendukung (sponsor), pendorong (encourage), konselor (counselor), dan sahabat (befriend). Untuk itu seorang mentor harus memiliki kriteria tertentu guna mencapai tujuan dari pelaksanaan mentoring.

b. Mentee 

Mentoree atau mentee adalah sebutan untuk seseorang yang mengikuti kegiatan mentoring. Suksesnya pelaksanaan mentoring tidak hanya bergantung pada karakteristik mentor saja, tetapi juga karakteristik mentee. Adapun karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh seorang mentee adalah mempunyai keinginan untuk belajar, mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tim, sabar, mampu mengambil resiko dan bersikap positif.

Aspek-aspek Mentoring 

Seorang mentor bertujuan untuk menolong, memberi pengalaman yang positif, memiliki reputasi yang baik untuk mengembangkan orang lain, waktu dan energi, serta memberi pengetahuan yang up-to-date. Berikut adalah aspek-aspek mentoring yang membentuk mentoring menjadi program yang solid dan baik:
  1. Proses belajar yang terprogram. Tugas mentor adalah untuk meningkatkan proses belajar yang disengaja (intentional learning), termasuk membangun kapasitas melalui metode seperti instruksi, coaching, memberikan pengalaman, modelling dan memberi saran. 
  2. Kegagalan dan kesuksesan adalah guru yang tangguh. Mentor sebagai pemimpin dari suatu proses belajar, tentu perlu untuk membagi cerita bagaimana cara saya melakukannya sehingga berhasil. Mereka juga perlu untuk membagi pengalaman mereka tentang kegagalan. Kedua pengalaman ini adalah pelajaran yang kuat yang memberikan kesempatan yang berharga untuk menganalisa realitas individu dan organisasi. 
  3. Pemimpin perlu menceritakan pengalaman mereka. Pengalaman pribadi maupun contoh kasus harus diceritakan karena memberi hikmah yang bernilai dan sering kali tak terlupakan. Mentor yang bisa bicara tentang diri mereka sendiri dan tentang pengalaman mereka akan membentuk suatu rapot yang menjadikan mereka learning leaders.
  4. Proses pengembangan akan matang sejalan dengan waktu. Mentoring jika berhasil akan menjadi proses belajar yang berkelanjutan. Yang akan menjadi pengalaman, observasi, pelajaran dan analisa yang berlangsung terus menerus.
  5. Mentoring adalah sebuah kerjasama. Mentoring yang sukses berarti membagi tanggung jawab untuk belajar, tanpa menghitung fasilitas, materi, waktu dan semua variabel yang ada. Mentoring yang sukses dimulai dengan menentukan kontrak untuk belajar, dimana mentor. Mentee dan manajer lini yang terkait ikut terlibat.

Jenis-jenis Mentoring 

Menurut Martoredjo (2015), terdapat beberapa model atau jenis-jenis mentoring, yaitu:

a. Mentoring Jarak Jauh 

Menggunakan teknologi sebagai media seperti internet, email, dan sebagainya. Hal ini akan sangat menarik karena dapat menjangkau tempat-tempat yang sulit dan praktis dari segi waktu. Meskipun begitu, model ini membutuhkan prasarana yang cukup memadai dan keterampilan khusus dalam menggunakan media teknologi. Selain itu, model ini kurang bersifat spontan dan hubungan interpersonal yang dibangun kurang efektif.

b. Mentoring Lintas Budaya 

Model ini secara luas dimaksudkan sebagai kemitraan yang melibatkan perbedaan gender, usia, ras/etnik, ataupun kebangsaan. Mentoring lintas budaya terasa makin dibutuhkan mengingat lingkungan kerja makin beragam dalam hal gender, usia, etnik atau kebangsaan. Setiap orang harus dapat bekerja dengan lingkungan yang berbeda dengannya. Menyiapkan pasangan dalam hubungan lintas budaya yang berhasil menjadi tantangan bagi pelaksanaan mentoring yang baik.

c. Mentoring Kelompok 

Dalam situasi suatu organisasi memiliki lebih banyak mentee daripada mentor atau ada ketertarikan mengawali proses mentoring dalam skala yang lebih besar Ada dua pendekatan mentoring kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran para anggota, yaitu action-learning dan komunitas praktik. Dalam action-learning, dibentuk kelompok yang melakukan pembelajaran secara bersama dalam mengatasi kesulitan dan mencari pemecahan masalah dengan cara bertemu bersama untuk membahas kesulitan-kesulitan yang dialami, bereksperimen, dan berefleksi. Kegiatan ini dilengkapi fasilitator yang kompeten untuk membantu memecahkan masalah. Sementara itu komunitas praktik dimaksudkan sebagai sekelompok orang yang ingin mempelajari sesuatu berkolaborasi dengan suatu kelompok baik secara real maupun virtual. Orang-orang ini memiliki tujuan atau minat yang sama dan belajar satu sama lain dengan berbagi pengalaman dan informasi.

d. Mentoring Sesama 

Mentoring sesama adalah posisi atau kedudukan mentor dan mentee berada pada level yang sama atau kurang lebih sama. Kesulitan mendapatkan mentor yang lebih berpengalaman, kendala waktu, demografi, serta banyaknya turnover menjadikan mentoring sesama diperlukan sebagai alternatif. Mentoring sesama ini terjadi ketika individu pada tingkat tanggung jawab yang sama dengan kemitraannya ingin meningkatkan efektivitas satu sama lainnya. Meskipun efektif dalam jangka pendek, mentoring sesama ini kurang efektif dalam jangka panjang. Mentoring sesama ini dapat berbalik menjadi konflik apabila organisasi berubah menjadi makin berkembang.

e. Mentoring Organisasi 

Dalam mentoring organisasi terjadi hubungan antara bisnis ke bisnis, misalnya dalam kasus lingkungan. Mentoring lingkungan menjadi pendekatan untuk pengalihan pengetahuan manajemen lingkungan. Mentoring lingkungan mempunyai fokus pada penanaman kinerja lingkungan yang makin baik melalui interaksi antara sesama pelaku bisnis. Aneka model mentoring ini telah berkembang sebagai respons terhadap beragam kebutuhan yang muncul dalam organisasi.

Tahapan dan Langkah-langkah Mentoring 

Kegiatan mentoring terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap persiapan (preparing), negosiasi (negotiating), kemungkinan (enabling) dan penutupan (closure). Adapun penjelasan ke empat tahapan mentoring tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Tahap persiapan (preparing). Tahap persiapan dalam proses mentoring adalah tahap yang bersifat kritis untuk membangun dan mensukseskan kegiatan mentoring. Fase ini meliputi situasi awal kerja untuk mencapai hubungan baik antara mentor dan mentee dan focus pada persiapan mentor untuk peran barunya dan persiapan memulai hubungan dengan mentee.
  2. Tahap negosiasi (negotiating). Dalam tahap ini terjadi dialog antara mentor dan mentee untuk menentukan waktu pelaksanaan mentoring. 
  3. Tahap kemungkinan (enabling). Selama tahap ini mentor harus mengatur hubungan ini dan belajar aktif mendukung, memelihara semangat dalam proses pembelajaran dengan monitoring dan proses evaluasi, dan mendorong dilanjutkannya perkembangan dan bergerak dengan menggambarkan membantu memelihara serta menilai kemajuan terhadap tujuan pembelajaran. 
  4. Penutup (coming to closure). Penutup adalah bagian yang tak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan mentoring karena mentoring adalah sebuah tujuan yang berorientasi pada proses, yang mana didorong oleh tentunya pencapaian kompetensi yang profesional.

Daftar Pustaka

  • Badudu, J.S dan Zain, S.M. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
  • Romansah, Tatang. 2017. Implementasi Kegiatan Mentoring Keagamaan dalam Pembinaan Karakter Islami. Jurnal Atthulab, Vol. II No.1.
  • Kurniawati, R.D. 2015. Skripsi: Penerapan Metode Mentoring Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Religiusitas Dimensi Ibadah Pada Siswa SMK Negeri 1 Panjatan Kulon Progo Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
  • Kasper, Michael. 2002. Information Packet: Mentoring, National Resource Center For Foster Care & Permanency Planning. New York 
  • DuBois, D.L., dan Karcher, M.J. 2005. Handbook of Youth Mentoring. California: Sage Publishing. 
  • Anderson, E. dan Shannon, A. 1998. Toward a Conceptualization of Mentoirng. Journal of Teacher Education.
  • Martoredjo, N.T. 2015. Peran Dimensi Mentoring dalam Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jurnal Humaniora, Vol.6, No.4.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Mentoring (Pengertian, Fungsi, Unsur, Jenis dan Tahapan Kegiatan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2019/12/mentoring-pengertian-fungsi-unsur-jenis-dan-tahapan-kegiatan.html