Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ergonomi (Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup dan Faktor Resiko)

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu, seni dan teknologi berupa informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental terhadap pekerjaannya sehingga dapat dilakukan optimasi, efisiensi, kenyamanan, kesehatan dan keselamatan di tempat kerja untuk mencapai kualitas hidup menjadi lebih baik.

Ergonomi (Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup dan Faktor Resiko)

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergos yang berarti bekerja dan Nomos yang berarti hukum alam, sehingga secara keseluruhan dapat diartikan studi tentang aspek-aspek manusia dan lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 1996).

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik secara EASNE (Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien).

Ergonomi bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan lingkungan kerja, selain itu ergonomi memiliki tujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan saat bekerja dan meningkatkan produktifitas dan efisiensi dalam suatu proses produksi.

Pendekatan utama ergonomi adalah penerapan yang sistematis dari informasi yang relevan mengenai karakteristik dan tingkah laku manusia untuk mendesain peralatan fasilitas dan lingkungan yang dibuat oleh manusia. Ergonomi digunakan oleh berbagai macam ahli/professional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri.

Berikut definisi dan pengertian ergonomi dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman. 
  • Menurut Suma'mur (2009), ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. 
  • Menurut Tarwaka (2004), ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.

Tujuan dan Manfaat Ergonomi 

Menurut Tarwaka (2004), tujuan penerapan ergonomi di dunia kerja adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 
  2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah produktif. 
  3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis, ekonomis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Menurut Pheasant (2003), terdapat beberapa manfaat ergonomi dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
  1. Peningkatan hasil produksi, artinya menguntungkan secara ekonomi karena disebabkan oleh: efisiensi waktu kerja yang meningkat, meningkatnya kualitas kerja, kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif rendah. 
  2. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan. Hal ini disebabkan karena mengurangi biaya pengobatan yang tinggi dan mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat darurat.
  3. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau didesain pakaian kerja, workspace, lingkungan kerja, peralatan atau mesin dan consumer product.

Ruang Lingkup Masalah Ergonomi 

Permasalahan ergonomi dibagi dalam beberapa kelompok ruang lingkup, yaitu:
  1. Anthtropometric. Antropometri berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat dan volume. Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain dari ruang kerja. Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan. 
  2. Cognitive. Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan infomasi beban kerja di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi sebaik pengembangan pekerjaan.
  3. Musculoskeletal. Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia. 
  4. Cardiovaskular. Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung. Akibatnya adalah jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahannya yaitu mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan. 
  5. Psychomotor. Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.

Faktor Resiko Ergonomi 

Menurut University of Caucasian Lost Among Asians-Labor Occupational Safety and Health (UCLA-LOSH), terdapat beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan ergonomi, yaitu sebagai berikut:

a. Pengaturan kerja yang buruk (Poor Work Organization) 

Pengaturan kerja yang buruk adalah suatu setting atau pengaturan kerja yang dilakukan secara kurang baik sehingga menimbulkan kerugian atau masalah kesehatan. Sebagai contoh misalnya beban kerja yang sudah terjadwal porsinya tetapi seseorang lembur atau memaksakan diri, waktu kerja yang begitu padat sehingga jeda istirahat kurang. Sebuah penelitian mengenai jam kerja yang melampaui 8 jam dapat menimbulkan keluhan LBP (Low Back Pain) lebih tinggi dibandingkan proporsi kerja normal. Seseorang yang merasa bosan dan mengalami kejenuhan sehingga menimbulkan stress akibat pekerjaan yang dilakukan memicu timbulnya nyeri punggung bawah.

b. Pengulangan berkelanjutan (Continual Repetition) 

Pengulangan berkelanjutan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Aktivitas berulang-ulang yang dilakukan akan menjadikan otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh relaksasi. Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan, kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan penggunaan usaha yang terlalu besar.

c. Gaya berlebih (Excessive Force) 

Gaya berlebih adalah usaha mengekspor tenaga dalam tubuh untuk menjangkau atau menggerakkan suatu benda. Peregangan otot yang berlebihan terjadi pada saat pekerja melakukan aktivitasnya dengan mengerahkan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik menahan beban yang berat. Peregangan otot ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kegiatan optimum otot. Apabila aktivitas tersebut sering dilakukan maka akan mempunyai risiko besar terjadinya cedera otot skeletal.

d. Postur janggal (Awkward Posture) 

Postur janggal adalah keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan mekanisme posisi sehat dan dapat beresiko menimbulkan musculoskeletal disorders. Memperpanjang pencapaian dengan tangan, twisting, berlutut, jongkok. Postur janggal lawan dari posisi netral. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko kejadian keluhan otot skeletal. Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching (mencapai suatu benda), twisting (berputar), bending (membungkuk), kneeling (berlutut), squatting (jongkok), working overhead (bekerja pada pencapaian benda diatas) dengan tangan maupun lengan, dan menahan benda dengan posisi yang tetap.

e. Posisi tidak bergerak (Stationary Positions) 

Posisi tidak bergerak adalah posisi statis dengan tubuh sedikit sampai tidak melakukan pergerakan. Perawat ruang bedah dimana sedang melakukan tindakan pembedahan akan berdiri cukup lama hal ini dapat kontraksi otot dan cepat lelah. Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat, pengerutan suplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya, dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot. Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan. Penumpukan Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot, dengan dampak sakit dan letih.

Daftar Pustaka

  • Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya
  • Sutalaksana, I.Z. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB.
  • Suma’mur. 2009. Hiegiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto.
  • Tarwaka, Sholichul. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.
  • Pheasant, Stephen. 2003. Bodyspace: Antropometry, Ergonomics and the Design of Work. USA: Taylor & Francis.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Ergonomi (Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup dan Faktor Resiko). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/01/ergonomi-pengertian-tujuan-ruang-dan-faktor-resiko.html