Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Big Five Personality (Kepribadian Lima Besar)

Big five personality adalah kepribadian individual yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor yang memiliki hubungan langsung dengan faktor keturunan biologis atau alam. Semua orang dapat digambarkan dengan kelima domain kepribadian tersebut tetapi beberapa orang dicirikan dengan nilai ekstrem pada salah satu dari dimensi tersebut, dengan kata lain diantara kelima faktor tersebut, manusia cenderung memiliki salah satu faktor yang dominan (Cervone dan Pervin, 2012).

Big Five Personality (Kepribadian Lima Besar)

Big five personality merupakan suatu kepribadian yang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku. Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor, yaitu; extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experiences.

Dimensi Big Five Personality

The big five sering digambarkan sebagai kerangka yang bersifat universal untuk mengukur kepribadian individu secara komperhensif. Menurut McCrae dan Costa (1997), lima dimensi sifat kepribadian (Big Five Personality), adalah sebagai berikut:

a. Extraversion (E) 

Extraversion merupakan taksiran kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat atau level aktivitasnya, kebutuhan untuk mendapat stimulasi dan kemampuan untuk berbahagia. Dimensi ini berhubungan dengan tingkat kenyamanan dalam sebuah hubungan, seseorang dengan kepribadian ekstrovet cenderung suka berteman, tegas dan ramah, sedangkan orang yang introvet cenderung pendiam, pemalu dan tenang.

Sifat extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic dan ramah terhadap orang lain.

Seseorang yang memiliki tingkat Ektraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman dari pada seseorang yang memiliki tingkat ektraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup, mudah bosan. Sedangkan seseorang dengan tingkat extraversion rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya.

b. Agreeableness (A) 

Agreeableness mendeskripsikan kualitas orientasi interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran, perasaan dan tindakan. Agreeableness dapat berkarateristik mampu beradaptasi sosial yang baik mengindikasikan individu yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari sebuah konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.

Individu dengan tipe kepribadian agreeableness mempercayai orang lain dan jarang mencurigai niat yang tersembunyi. Saat individu yang agreeableness mempercayai orang lain, maka ia pun akan menjadi individu yang dipercayai orang lain, ini ditandai oleh kejujuran serta keterusterangan (straightforwardness). Agreeableness merupakan sifat kepribadian yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, lebih suka menghindari konflik dan memilki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.

Seseorang yang memiliki agreeableness yang tinggi digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan penyayang. Agreeableness cenderung tidak mementingkan diri sendiri, sebagaimana yang tercermin dalam kebijaksanaan serta keinginan mereka untuk membantu orang lain (Altruism). Individu yang agreeableness pada dasarnya lembut dan mau mengalah demi orang lain.

c. Conscientiousness (C) 

Conscientiousness mendeskripsikan perilaku tugas dan arah tujuan, menilai kemampuan individu dalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi, dan secara sosial membutuhkan impuls kontrol. Conscientiousness disebut juga Lack of Impulsivity orang yang tinggi dalam dimensi conscientiousness umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur dan bertanggung jawab. Orang yang rendah dalam dimensi conscientiousness atau impulsif cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan.

Seseorang dengan conscientiousness digambarkan dengan seseorang yang mempunyai kontrol terhadap lingkungan sosial, mampu berpikir sebelum bertindak, dapat menunda kepuasan, mampu mengikuti peraturan dan norma, memiliki rencana yang terorganisir dan memprioritaskan tugas.

Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness menunjukkan ciri rasional dan berfikir bahwa diri mereka mempunyai kompetensi yang tinggi (competence). Sebagian dari kesuksesan mereka berasal dari kemampuan mereka dalam organisasi yang baik serta keteraturan yang tinggi (order). Kedua hal ini yang membuat mereka bekerja dengan efisien.

Individu yang conscientiousness memegang teguh tugas (dutifulness), memiliki kebutuhan akan pencapaian prestasi yang tinggi (achievement striving), dan menggapai kesempurnaan dalam segala sesuatu hal yang mereka lakukan demi pencapaian prestasi, memiliki disiplin diri yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan mereka (self-discipline), mereka umumnya menunjukkan ciri pertimbangan (deliberation), berpikir penuh dengan kehati-hatian sebelum bertindak dan membuat rencana di awal bukan dengan cara yang tiba-tiba.

d. Neuroticism (N) 

Neuroticism merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Dari dimensi ini dapat diidentifikasi kecenderungan individu, apakah mudah tertekan tertekan secara psikologis, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, keinginan atau dorongan yang berlebihan, dan kegagalan untuk memberikan respons-respons yang tepat. Neuroticism dapat dicirikan dengan kepemilikan emosi yang negatif seperti rasa khawatir, cemas, rasa tidak aman, dan labil.

Secara emosional mereka dianggap labil dan suka mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Mereka akan kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi ini kepribadiannya mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.

Seseorang dengan tingkat neuroticism rendah cenderung merasa lebih bahagia dan puas terhadap hidupnya dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Sementara itu, seseorang dengan tingkat neuroticism yang tinggi adalah pribadi yang mudah mengalami kecemasan, marah, depresi dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Tingkat neurotism tinggi juga dapat membuat individu kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, serta memiliki tingkat self esteem yang rendah.

e. Openness to experience (O) 

Openness to experience mendeskripsikan luas, kedalaman, kerumitan mental individu dan pengalaman hidup. Dimensi ini menilai individu dari usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri dan bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Dimensi ini erat kaitannya dengan keterbukaan wawasan dan orisinilitas ide, mereka senang dengan informasi baru, dan juga mengacu pada bagaimana individu bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru, mudah bertoleransi, memiliki kapasitas untuk menyerap informasi, fokus dan kreatif dan artistik.

Sifat openness to experience merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan. Hal tersebut dikarenakan faktor ini tidak memiliki arti yang sejalan dengan bahasa yang digunakan. Openness mengarah pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu idea atau situasi yang baru. Dimensi ini mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan inovasi ia akan cenderung menjadi imajinatif, cenderung kreatif, ingin tahu dan sensitif terhadap hal-hal yang bersifat seni.

Seseorang dengan sifat openness mempunyai ciri­-ciri mudah bertoleransi, mempunyai kapasitas besar untuk menyerap informasi, sangat fokus, serta waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi dideskripsikan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness, dana world of beauty. Sementara itu, seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama. Tingkat openness yang rendah juga menggambarkan pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menghendaki adanya perubahan.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Big Five Personality (Kepribadian Lima Besar). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/02/big-five-personality-kepribadian-lima-besar.html