Pengertian, Aspek dan Komponen Kecerdasan Moral
Daftar Isi
Istilah kecerdasan moral dikenalkan oleh Robert Coles, seorang psikiater anak dan peneliti dari Harvard University dalam bukunya berjudul The Moral Intelligence of Children: How to Raise a Moral Child pada tahun 1997. Menurut Coles konsep kecerdasan moral lebih tepat untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kapasitas anak berfikir, merasakan, dan berperilaku secara norma moral atau solid character.
kecerdasan moral adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk membedakan antara hal yang benar dan yang salah dalam berfikir, berperilaku dan bertindak sesuai norma yang berlaku. Kecerdasan moral mencakup beberapa karakter utama seperti kemampuan untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak berperilaku jahat, mampu mengendalikan emosi, mendengarkan terlebih dahulu sebelum bertindak, menerima dan menghargai perbedaan, mampu memiliki rasa empati, mampu memperjuangkan keadilan, dan menunjukkan kasih sayang serta rasa hormat terhadap orang lain.
Berikut definisi dan pengertian kecerdasan moral dari beberapa sumber buku:
- Menurut Borba (2008), kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang benar dan yang salah, artinya memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat.
- Menurut Lennick dan Kiel (2005), kecerdasan moral adalah kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip universal manusia bisa diterapkan dalam nilai- nilai, tujuan dan perbuatan seseorang. Prinsip universal manusia tersebut terangkum dalam empat aspek kecerdasan moral yaitu: integritas, tanggung jawab, perasaan iba dan pemaaf.
- Menurut Coles (2003), kecerdasan moral adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan kepada sesama manusia dan alam semesta kecerdasan ini mengarahkan seseorang bertindak dengan baik, sehingga orang lain merasa tenang dan gembira kepadanya tanpa rasa sakit hati, iri hati, dendam, dengki dan angkuh.
- Menurut Syahril (2010), kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menentukan cara prinsip manusia yang seharusnya diterapkan pada nilai-nilai tujuan dan perilaku individu.
Aspek-Aspek Kecerdasan Moral
Kecerdasan moral terbangun dari empat prinsip yang membantu seseorang menghadapi tantangan dan tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dari kehidupannya. Menurut Lennick dan Kiel (2005), terdapat empat aspek kecerdasan moral yang saling terhubung satu sama lain, yaitu sebagai berikut:a. Integritas (Integrity)
Ketika seseorang berbuat dengan integritas ia bisa menyelaraskan perilaku agar sesuai dengan prinsip universal manusia. Seseorang bisa melakukan hal yang menurutnya baik, perbuatannya tetap berada dijalur yang benar dengan didasarkan prinsip dan keyakinan yang dianutnya. Orang yang memiliki integritas ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:- Berbuat dengan konsisten pada prinsip, nilai dan keyakinan. Bertindak konsisten dengan prinsip, nilai dan keyakinan berarti penuh makna/tujuan dalam apapun yang dikatakan atau apapun yang dilakukan.
- Berkata yang sebenarnya. Seseorang yang berbuat dengan jujur akan sangat tenang karena ia tahu bahwa tak ada hal yang ia sembunyikan. Sebaliknya ketika seseorang menutupi sesuatu/berbohong, energinya akan terkuras dan kegelisahanpun dialami.
- Berpegang teguh pada kebenaran. Berbuat dengan integritas berarti seseorang itu berani menerima resiko yang akan datang ketika ia berpegang pada kebenaran tersebut. Hal ini dikarenakan berpegang teguh pada kebenaran pun memiliki resiko yang kadang tak terduga.
- Memenuhi janji. Memegang janji menunjukkan bahwa seseorang bisa dipercaya untuk melakukan apa yang telah dikatakan. Ini merupakan kompetensi yang mana kebanyakan orang sulit untuk menjalankannya secara konsisten. Hal ini karena lebih mudah mengucapkan janji dari pada memenuhinya, dan bahkan seringkali seseorang lupa pada janjinya.
b. Tanggung Jawab (Responsibility)
Seseorang dikatakan memiliki tanggung jawab apabila:- Bertanggung jawab terhadap pilihan pribadi. Tanggung jawab pribadi yang utama adalah keinginan seseorang untuk menerima semua hasil dari pilihan yang diambil. Tanggung jawab berarti menerima apapun hasil dari perbuatan/keputusan yang dilakukan, meskipun setiap orang tinggal di dunia yang sulit dimana, anggota keluarga, dan teman-teman memberi tekanan.
- Mengakui kesalahan dan kegagalan. Kompetensi penting lainnya dari tanggung jawab termasuk diantaranya kemauan untuk bertanggung jawab ketika yang dilakukan itu salah. Meskipun seseorang tahu bahwa ia tak sempurna dan bisa saja berbuat kesalahan, mungkin mengakui kesalahan masih tetap menakutkan. Namun kebanyakan orang ternyata bisa mentoleransi kesalahan tersebut meskipun jelas mereka tidak senang. Lebih jauh lagi, mengakui kesalahan dan kegagalan akan lebih banyak meningkatkan reputasi kepemimpinan seseorang daripada membahayakannya.
- Berkomitmen untuk melayani sesama. Membantu sesama merupakan jalan yang tepat untuk menunjukkan integritas dan bisa mendorong orang lain untuk menirunya. Semua manusia tak bisa mencari kebahagiaan dengan sendirinya. Hampir semua dari manusia membutuhkan orang lain untuk membuat ia bahagia.
c. Perasaan Iba (Compassion)
Perasaan iba adalah sikap yang penting karena peduli terhadap sesama tidak hanya menunjukkan rasa hormat seseorang pada orang lain, tetapi juga menjadikan orang lain juga menghormatinya dan peduli pula ketika ia sedang membutuhkan. Seseorang dikatakan memiliki perasaan iba apabila: Peduli terhadap sesama secara aktif (actively caring about others). Ini berarti seseorang melakukan sesuatu yang secara aktif mendukung pilihan pribadi dari orang lain dan peduli dengan tujuan orang tersebut.d. Pemaaf (Forgiveness)
Pemaaf adalah prinsip penting karena tanpa toleransi pada kesalahan dan sikap kompromi, seseorang akan menjadi pribadi yang kaku, tidak fleksibel dan menimbulkan kesan buruk kepada sesama. Seseorang dikatakan pemaaf apabila:- Menerima kesalahan diri sendiri. Menerima kesalahan diri sendiri bukan berarti mencari-cari alasan atau pembenaran untuk kesalahan yang dilakukan, tetapi seseorang harus menghentikan penilaian buruk terhadap diri sendiri yang akan mengganggu pikiran ketika ia tidak puas dengan diri sendiri. Hal ini karena ketika sibuk menyalahkan diri sendiri dengan frustrasi, kecemasan dan penyesalan, maka tak ada ruang bagi mental seseorang untuk belajar dari kesalahan.
- Menerima kesalahan orang lain. Memaafkan orang lain bukan berarti bahwa seseorang membenarkan kesalahan orang lain. Juga bukan berarti ia mengubah cara pandang tentang keadilan. Ketika seseorang memaafkan, ia membuat rasa marah dan kekecewaan menjauh. Tanpa memaafkan, kehidupan manusia tak akan berjalan baik. Hubungan dekat dengan teman, keluarga dan rekan kerja tak akan terjadi karena sikap memaafkan.
Komponen Kecerdasan Moral
Menurut Borba (2008), kecerdasan moral terbangun dari tujuh kebajikan utama, yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat, kebaikan utama, toleransi dan keadilan. Kebajikan tersebut akan melindungi individu agar tetap berada di jalan yang benar dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak, juga melengkapi berbagai tentangan yang bertentangan dengan etika. Adapun penjelasan dari ketujuh komponen kecerdasan moral adalah sebagai berikut:a. Empati
Empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang lain. Kebajikan ini membuat anak menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntunnya memperlakukan orang dengan kasih sayang. Emosi moral yang kuat mendorong anak bertindak benar karena ia bias melihat kesusahan orang lain sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain.b. Hati nurani
Hati nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih jalan yang benar daripada jalan yang salah serta tetap berada di jalur yang bermoral; membuat dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya. Kebajikan ini membentengi anak dari pengaruh buruk dan membuatnya mampu bertindak benar meski tergoda untuk melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan ini merupakan pondasi bagi perkembangan sifat jujur, tanggung jawab, dan integritas yang tinggi.c. Rasa hormat
Rasa hormat mendorong anak bersikap baik dan menghormati orang lain. Kebajikan ini mengarahkan anak memperlakukan orang lain sebagaimana ia ingin orang lain memperlakukan dirinya, sehingga mencegah anak bertindak kasar, tidak adil, dan bersikap memusuhi. Jika anak terbiasa bersikap hormat terhadap orang lain, ia akan memperhatikan hak-hak serta perasaan orang lain, akibatnya ia juga akan menghormati dirinya sendiri.d. Kebaikan hati
Kebaikan hati membantu anak mampu menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Dengan mengembangkan kebajikan ini, anak lebih belas kasih dan tidak terlalu memikirkan diri sendiri, serta menyadari perbuatan baik sebagai tindakan yang benar, menunjukkan kepedulian, memberi bantuan kepada yang memerlukan, serta melindungi mereka yang kesulitan atau kesakitan.e. Toleransi
Toleransi membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender penampilan, budaya, kepercayaan,kemampuan atau orientasi seksual. Kebajikan ini membuat anak memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.f. Keadilan
Keadilan menuntun anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak dan adil, sehingga ia mematuhi aturan mau bergiliran dan berbagi, serta mendengarkan semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apapun. Karena kebajikan ini meningkatkan kepekaan moral anak, ia pun akan terdorong membela pihak yang diperlakukan secara tidak adil dan menuntut agar semua orang tanpa pandang suku, bangsa, budaya, status ekonomi, kemampuan, atau keyakinan diperlakukan setara.Daftar Pustaka
- Coles, Robert. 2003. Menumbuhkan Kecerdasan Moral Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Borba, Michele. 2008. Membangun Kecerdasan Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Lennick, D dan Kiel, F. 2005. Moral Inteligence, Enhancing Business Performance and Leadeership Success. New York: Dobleday.