Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Pengertian, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Potter & Perry, 2005).

Pengertian, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Istilah personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene adalah suatu aktivitas untuk menjaga serta merawat tubuh agar tubuh selalu sehat dan bersih serta mampu meningkatkan derajat kesehatan pada tubuh sehingga masalah kesehatan serta dampak negatif dari fisik maupun sosial dapat teratasi dengan baik.

Personal hygiene adalah peningkatan derajat kesehatan, memelihara kesehatan diri, memperbaiki personal hygiene, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan. Personal hygiene diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin.

Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Tujuan personal hygiene adalah untuk mempertahankan kebersihan dan dapat melatih hidup sehat/bersih dengan memperbaiki gambaran atau persepsi terhadap kesehatan dan kebersihan serta menciptakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene 

Menurut Uliyah dan Hidayat (2008), personal hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain; budaya, nilai sosial pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. Sedangkan menurut Perry dan Potter (2005), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal hygiene, yaitu sebagai berikut:
  1. Citra tubuh. Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Citra tubuh dapat berubah akibat adanya pembedahan atau penyakit fisik maka harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene. 
  2. Praktik sosial. Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
  3. Status sosio ekonomi. Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. Apakah dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodoran, sampo, pasta gigi, dan kosmestik (alat-alat yang membantu dalam memelihara hygiene dalam lingkungan rumah). 
  4. Pengetahuan. Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidak cukup, harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.
  5. Kebudayaan. Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek perawatan diri yang berbeda. 
  6. Pilihan pribadi. Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan hygiene. 
  7. Kondisi fisik. Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri.
Menurut Green (1980), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan (personal hygiene), yaitu:
  1. Faktor predisposisi. Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai budaya atau norma yang diyakini seseorang.
  2. Faktor pendukung. Yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang. Faktor pendukung di sini adalah ketersediaan sumber-sumber atau fasilitas. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat- alat kontrasepsi, jamban, air bersih dan sebagainya.
  3. Faktor pendorong atau penguat. Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku. Perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, petugas kesehatan, keluarga, pemegang kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.

Jenis-jenis Personal Hygiene 

Menurut Uliyah dan Hidayat (2008) dan Potter dan Perry (2006), jenis-jenis personal hygiene antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kebersihan kuku, kaki dan tangan 

Tangan yang kotor dapat menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti infeksi bakteri salmonella dan E. coli. Penting bagi seseorang untuk selalu menjaga kebersihan tangan. Mencuci tangan dapat dilakukan pada saat sebelum makan atau menyentuh makanan, setelah menggunakan kamar mandi, memegang hewan, sebelum dan setelah memegang orang sakit serta saat tangan terlihat kotor.

Menjaga kebersihan kuku merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Dengan demikian kuku seharusnya terlihat sehat dan bersih. Memotong kuku dapat dilakukan sekurang-kurangnya 1x dalam seminggu atau saat terlihat panjang. Dalam memotong kuku dianjurkan untuk menggunakan pemotong kuku.

Dalam menjaga kebersihan dan kesehatan pada kaki dapat dilakukan dengan menggunakan alas kaki yang lembut, aman, dan nyaman. Jenis alas kaki yang dipakai dapat mempengaruhi masalah kaki dan kuku. Selain itu yang menjadi keharusan untuk menjaga kebersihan kaki adalah dengan mencuci kaki. Mencuci kaki dapat dilakukan Setelah beraktivitas atau saat kaki terlihat kotor dan sebelum pergi tidur.

b. Kebersihan rambut 

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi proteksi dan pengatur suhu. Indikasi perubahan status kesehatan diri juga dapat dilihat dari rambut mudah rontok, sebagai akibat gizi kurang.

Dalam menjaga kebersihan rambut dapat dilakukan dengan keramas. Keramas minimal dilakukan dua kali dalam seminggu. Keramas harus lebih sering dilakukan jika seseorang melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat, seperti selesai berolahraga dan bekerja. Keramas dengan menggunakan sampo atau bahan pembersih rambut lainnya, dapat menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala. Sampo tidak hanya berfungsi membersihkan rambut tetapi juga untuk memberikan beberapa vitamin bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau.

c. Kebersihan gigi dan mulut 

Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir. Dengan menggosok gigi dapat membersihkan gigi dari plak, bakteri dan mengurangi ketidak-nyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.

Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan. Menyikat gigi merupakan salah satu cara dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Menggosok gigi secara benar dan teratur, sedikitnya di lakukan 4 kali sehari yaitu setiap selesai makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi menggunakan sikat gigi sendiri. Memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin kurang lebih 6 bulan sekali ke puskesmas atau ke dokter gigi.

d. Kebersihan mata 

Mata merupakan organ yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena sebagian besar aktivitas manusia selalu menggunakan mata. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata yang mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Dalam menjaga kesehatan dan kebersihan mata dapat dilakukan dengan cara mengusap kotoran pada mata dari sudut mata bagian dalam ke sudut mata bagian luar mata mengunakan kain yang lembut dan bersih serta selalu melindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran.

e. Kebersihan telinga 

Telinga berfungsi sebagai pendengaran. Sangat penting bagi seseorang untuk selalu menjaga kebersihan telinga, karena apabila telinga terdapat serumen ataupun kotoran yang menumpuk dan tidak dibersihkan, maka akan mengganggu fungsi pendengaran. Dalam menjaga kebersihan telinga dapat dilakukan secara rutin sekitar 1-2x dalam seminggu. Pada saat membersihkan harus dilakukan dengan hati-hati menggunakan alat yang bersih dan aman. Tidak diperbolehkan menggunakan alat yang tajam seperti peniti untuk membersihkan serumen yang ada pada telinga.

f. Kebersihan hidung 

Hidung berfungsi sebagai indra pembau dan sebagai jalan nafas. Lubang hidung terdapat bulu-bulu hidung dan lendir yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang masuk bersama udara yang dihirup. Dalam menjaga kebersihan hidung dapat dilakukan dengan menggunakan kapas, sapu tangan atau tisu yang bersih dengan cara mengangkat sekresi hidung secara lembut.

g. Kebersihan kulit 

Kulit merupakan salah satu bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari kuman dan trauma, sehingga diperlukan perawatan yang adekuat (cukup) dalam mempertahankan fungsinya. Dalam menjaga perawatan kulit dapat dilakukan dengan melakukan mandi, karena dengan mandi setiap hari dapat menghilangkan kotoran, bau badan, keringat dan membuat rasa nyaman. Mandi sebaiknya dilakukan secara rutin minimal 2 kali sehari dan selalu menggunakan sabun.

Mengganti pakaian secara teratur merupakan salah satu cara menjaga kebersihan kulit. Dalam mengganti pakaian, minimal dilakukan 1x dalam sehari. Seseorang perlu mengganti pakaian lebih sering apabila dalam beraktivitas banyak berkeringat.

Daftar Pustaka

  • Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC.
  • Hidayat dan Uliyah. 2008). Praktikum keterampilan dasar praktik klinik: Aplikasi dasar-dasar praktik kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
  • Green, Lawrence. 1980. Health Education: A Diagnosis Approach. Maryland‎: The John Hopkins University, Mayfield Publishing Co.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Pengertian, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/02/pengertian-jenis-dan-faktor-yang-mempengaruhi-personal-hygiene.html