Altruisme (Pengertian, Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi)
Daftar Isi
Istilah altruisme berasal dari bahasa Spanyol, yaitu autrui yang mempunyai arti orang lain. Dalam bahasa Latin, kata altruisme berasal dari kata alter yang berarti yang lain atau lain. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata altruisme disebut altruism yang artinya mementingkan kepentingan orang lain. Menurut kamus ilmiah, istilah altruisme memiliki arti suatu pandangan yang menekankan kewajiban manusia memberikan pengabdian, rasa cinta, dan tolong-menolong terhadap sesama/orang lain (Agustin, 2010).
Penggunaan istilah altuisme pertama kali digunakan oleh Auguste Comte. Menurut Comte dalam memberikan pertolongan, manusia memiliki dua motif (dorongan), yaitu altruis dan egois. Kedua dorongan tersebut sama-sama ditujukan untuk memberikan pertolongan. Perilaku menolong yang egois tujuannya justru memberi manfaat untuk diri si penolong atau dia mengambil manfaat dari orang yang ditolong. Sedangkan perilaku menolong altruis yaitu perilaku menolong yang ditujukan semata-mata untuk kebaikan orang yang ditolong (Desmita, 2008).
Berikut definisi dan pengertian altruisme dari beberapa sumber buku:
- Menurut Taufik (2012), altruisme adalah pertolongan yang diberikan secara murni, tulus, tanpa mengharap balasan apapun dari orang lain dan tidak memberikan manfaat apapun untuk dirinya.
- Menurut Nashori (2008), altruisme adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharap imbalan apapun kecuali telah memberikan suatu kebaikan.
- Menurut Glasman dkk (2009), altruisme adalah konsep perilaku menolong seseorang yang didasari oleh keuntungan atau manfaat yang akan diterima pada kemudian hari dan dibandingkan dengan pengorbanan yang ia lakukan saat ini untuk menolong orang tersebut.
- Menurut Baron dan Byrne (2005), altruisme adalah kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain.
- Menurut Myers (2012), altruisme adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
Aspek-aspek Altruisme
Altruisme tidak dapat diukur secara kuantitatif (angka atau bilangan), namun bisa analisis melalui perbuatan-perbuatan yang dilakukan secara nyata. Menurut Myers (2012), terdapat beberapa aspek atau karakteristik seseorang yang memiliki sifat altruisme, yaitu:- Empati. Perilaku altruistis akan terjadi dengan adanya empati dalam diri seseorang. Seseorang yang paling altruis merasa diri mereka paling bertanggung jawab, bersifat sosial, selalu menyesuaikan diri, toleran, dapat mengontrol diri, dan termotivasi untuk membuat kesan yang baik.
- Belief on a just world (meyakini keadilan dunia). Seorang yang altruis yakin akan adanya keadilan di dunia (just world), yaitu keyakinan bahwa dalam jangka panjang yang salah akan dihukum dan yang baik akan dapat hadiah. Orang yang keyakinannya kuat terhadap keadilan dunia akan termotivasi dengan mudah menunjukkan perilaku menolong.
- Sosial responsibility (tanggung jawab sosial). Setiap orang bertanggung jawab terhadap apapun yang dilakukan orang lain, sehingga ketika ada orang lain yang membutuhkan pertolongan orang tersebut harus menolongnya.
- Kontrol diri secara internal. Karakteristik dari perilaku altruistik selanjutnya adalah mengontrol dirinya secara internal. Hal-hal yang dilakukan dimotivasi oleh kontrol dari dalam dirinya (misalnya kepuasan diri).
- Ego yang rendah. Seseorang yang altruis memiliki keegoisan yang rendah. Dia lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri.
- Cooperative (kerja sama). Individu yang memiliki sifat altruis lebih senang melakukan pekerjaan secara bersama-sama, karena mereka berfikir dengan bekerja sama tersebut mereka dapat lebih bersosialisasi dengan sesama manusia dan dapat mempercepat menyelesaikan pekerjaannya.
- Helping (menolong). Individu yang memiliki sifat altruis senang membantu orang lain dan memberikan sesuatu yang berguna ketika orang lain sedang membutuhkan pertolongan karena hal tersebut dapat menimbulkan perasaan positif dalam diri si penolong.
- Honesty (kejujuran). Individu yang memiliki sifat altruis memiliki suatu sikap yang lurus hati, tulus serta tidak curang karena mereka mengutamakan nilai kejujuran dalam dirinya.
- Gonerosity (kedermawanan). Individu yang memiliki sifat altruis memiliki sikap suka beramal dan murah hati terhadap orang lain.
Faktor yang Mempengaruhi Altruisme
Menurut Sarwono (1999), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan altruisme kepada orang lain, yaitu sebagai berikut:a. Pengaruh Situasi (Eksternal)
Pengaruh situasi merupakan pengaruh eksternal yang diperlukan sebagai motivasi untuk menimbulkan tindakan altruisme pada seseorang, yaitu:- Kehadiran orang lain. Faktor yang berpengaruh pada perilaku menolong atau tindakan menolong orang lain yang kebetulan berada bersama kita ditempat kejadian. Semakin banyak orang lain, semakin kecil kecenderungan orang untuk menolong. Begitu juga sebaliknya, orang yang sendirian cenderung lebih bersedia menolong.
- Menolong jika orang lain menolong. Sesuai dengan prinsip timbal balik dalam teori norma sosial, adanya individu yang sedang menolong orang lain akan lebih memicu kita untuk ikut menolong.
- Desakan waktu. Biasanya orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung untuk tidak menolong, sedangkan orang yang santai lebih besar kemungkinannya untuk memberi pertolongan kepada yang memerlukan.
- Kemampuan yang dimiliki. Bila individu merasa mampu dalam melakukan pertolongan, ia akan cenderung menolong. Sebaliknya bila seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menolong, ia tidak akan melakukan perbuatan menolong.
b. Pengaruh dari dalam diri individu (Internal)
Pengaruh dari dalam diri individu sangat berperan dalam perilaku individu dalam menumbuhkan tindakan altruisme. Terdapat beberapa pengaruh internal yang menjadi faktor altruisme pada seseorang, yaitu sebagai berikut:- Empati. Empati adalah kontributor afektif yang penting terhadap altruisme. Empati merupakan tanggapan manusia yang universal yang dapat diperkuat atau ditekan oleh pengaruh lingkungan. Manusia memiliki dorongan alamiah untuk mengesampingkan motif pribadi dalam membantu dan meringankan penderitaan orang lain.
- Faktor personal dan situasional. Faktor personal dan situasional sangat mungkin berpengaruh dalam perilaku menolong, seseorang lebih suka menolong orang yang disukainya, memiliki kesamaan dengan dirinya dan membutuhkan pertolongan, faktor-faktor diluar diri suasana hati, pencapaian reward pada perilaku sebelumnya dan pengamatan langsung tentang derajat kebutuhan yang ditolong.
- Nilai-nilai agama dan moral. Faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk menolong sangat tergantung dari penghayatan terhadap nilai- nilai agama dan moral yang mendorong seseorang dalam melakukan pertolongan.
- Norma tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial (sosial-responsibility norm) adalah keyakinan bahwa seseorang harus menolong mereka yang membutuhkan pertolongan, tanpa memperdulikan adanya timbal-balik.
- Suasana hati. Orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan apabila mereka berada dalam suasana hati yang baik.
- Norma timbal balik. Satu kode moral yang bersifat universal adalah norma timbal balik (reciprocity norm), yaitu bagi mereka yang telah menolong kita, kita harus membalas pertolongannya, bukan dengan kejahatan.
Daftar Pustaka
- Agustin, Risa. 2010. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya: Serba Jaya.
- Nashori, Fuad. 2008. Psikologi Sosial Islami. Jakarta: Refika Aditama.
- Taufik. 2012. Empati: Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo
- Glassman, W.E., dan Hadad, M. 2009. Approaches to Psychology. New York: McGraw-Hill Componies.
- Baron, R.A., dan Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
- Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.
- Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Myers, David G. 2012. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
- Sarwono, Sarlito. 1999. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.