Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sosialisasi (Pengertian, Tujuan, Jenis, Proses dan Hambatan)

Sosialisasi adalah sebuah proses yang dilalui individu untuk memperoleh nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat berperan secara efektif dalam masyarakat melalui cara berpikir, berperasaan dan berperilaku mengikuti norma-normal sosial untuk berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya.


Sosialisasi (Pengertian, Tujuan, Jenis, Proses dan Hambatan)
Sosialisasi merupakan proses yang dialami individu dari masyarakatnya mencakup kebiasaan, sikap, norma, nilai-nilai, pengetahuan, harapan, ketrampilan yang dalam proses tersebut ada kontrol sosial yang kompleks sehingga anak terbentuk menjadi individu sosial dan dapat berperan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakatnya. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan, atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.

Melalui proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah pekerti apakah yang harus dilakukan dan yang harus tidak dilakukan (terhadap dan sewaktu berhadapan dengan orang lain) di dalam masyarakat. Sosialisasi warga masyarakat menjadi saling mengetahui peranan masing-masing dan kemudian dapat bertingkah pekerti sesuai dengan peranan sosial sebagaimana yang diharapkan oleh norma-norma sosial yang ada.

Sosialisasi mencakup pemeriksaan lingkungan kultural dan lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Sosialisasi merupakan mata rantai paling penting di antara sistem-sistem sosial lainnya, karena dalam sosialisasi adanya keterlibatan individu-individu sampai dengan kelompok-kelompok dalam satu sistem untuk berpartisipasi.

Berikut definisi dan pengertian sosialisasi dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Ihrom (2004), sosialisasi adalah adalah proses belajar yang di alami seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya.
  • Menurut Goode (2007), sosialisasi adalah proses yang harus dilalui manusia muda untuk memperoleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai kelompoknya dan belajar mengenai peran sosialnya yang cocok dengan kedudukannya di situ.
  • Menurut Giddens (2007), sosialisasi adalah sebuah proses yang terjadi ketika seorang bayi yang lemah berkembang secara aktif melalui tahap demi tahap sampai akhirnya menjadi pribadi yang sadar akan dirinya sendiri pribadi yang berpengetahuan dan terampil akan cara hidupnya dalam kebudayaan tempat ia tinggal. 
  • Menurut Sutaryo (2004), sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan sampai tingkat tertentu norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain. 
  • Menurut Zanden (1990), sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat.

Tujuan Sosialisasi 

Menurut Karsidi (2008), secara umum terdapat sosialisasi memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Penguasaan diri 

Masyarakat menuntut penguasaan diri pada anggota-anggotanya. Proses mendidik anak untuk menguasai diri ini dimulai pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Ini merupakan tuntutan sosial pertama yang dialami anak untuk latihan penguasaan diri. Tuntutan penguasaan diri ini berkembang dari yang bersifat fisik ke penguasaan diri secara emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara-saudaranya. Tuntutan sosial yang menuntut agar anak menguasai diri merupakan pelajaran yang berat bagi anak.

b. Nilai-nilai 

Bersama-sama dengan proses berlatih penguasaan diri ini anak diajarkan nilai-nilai. Misalnya adalah melatih anak menguasai diri agar mau meminjamkan barang kepada temannya, maka di sini muncul suatu makna tentang arti dari kerja sama.

c. Peran-peran sosial 

Mempelajari peran-peran sosial ini terjadi melalui interaksi sosial dalam keluarga. Setelah dalam diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya.

Sedangkan tujuan sosialisasi yang lain adalah sebagai berikut:
  1. Mengetahui nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam suatu masyarakat sebagai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak di tengah-tengah masyarakat di mana individu tersebut sebagai anggota masyarakat. 
  2. Mengetahui lingkungan sosial budaya baik lingkungan sosial tempat individu bertempat tinggal termasuk juga di lingkungan sosial yang baru agar terbiasa dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang ada pada masyarakat. 
  3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. 
  4. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya seperti membaca, menulis, berekreasi, dan lain-lain.
  5. Membantu individu untuk mengetahui identitas dirinya baik secara fisik maupun mental. 
  6. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan suatu individu dalam kehidupannya di tengah masyarakat. 
  7. Menanamkan nilai dan kepercayaan pokok yang telah ada di masyarakat.
  8. Mengembangkan kemampuan suatu individu agar dapat berkomunikasi secara efektif.
  9. Mengajarkan cara introspeksi diri yang tepat agar ia dapat mengembangkan fungsi organiknya.

Jenis-jenis Sosialisasi 

Menurut Ihromi (2004), terdapat dua macam sosialisasi yaitu sebagai berikut:

a. Sosialisasi primer 

Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang pertama dijalani oleh individu semasa kecil, dimana ia menjadi anggota masyarakat, dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum dan keluarga yang berperan sebagai agen sosialisasi. Sosialisasi primer berlangsung saat anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga, secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting, sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

b. Sosialisasi sekunder 

Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Proses sosialisasi pada tahap ini mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus) dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjaan, dan lingkungan yang lebih luas dari keluarga. Proses resosialisasi adalah pemberian suatu identitas diri yang baru kepada seseorang, sedangkan dalam proses desosialisasi seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama.

Adapun jenis sosialisasi yang lain adalah sebagai berikut:
  1. Sosialisasi Formal. Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer. 
  2. Sosialisasi non Formal. Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.

Proses Sosialisasi 

Sosialisasi merupakan sebuah proses dimana manusia belajar berinteraksi dengan orang lain, bagaimana cara bertindak, berpikir, dan merasakan, semua hal tersebut merupakan bagian penting untuk menghasilkan partisipasi sosial yang efektif dalam kelompok masyarakat. Menurut Lindsley dan Beach (2004), proses sosialisasi dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan (preparatory stage) 

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

b. Tahap siap bertindak (game stage) 

Dalam tahap siap bertindak, peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. kesadaran adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.

c. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa, dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Individu dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya, dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadikan individu sebagai warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.

Hambatan-hambatan Sosialisasi 

Menurut Nasution (1999), terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam sosialisasi, yaitu sebagai berikut:

a. Kemampuan bergaul 

Kemampuan berbahasa dalam sosialisasi sangatlah penting, terutama kemampuan berbicara karena dengan mampu mengerti apa yang ingin disampaikan. Sehingga seseorang akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Salah satu contoh yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu berbahasa dengan baik adalah orang yang cacat pada bibir sumbing. Orang yang cacat pada bibir sumbing akan sulit berbicara dengan orang lain, sehingga orang lain tidak mengerti apa yang ingin dia sampaikan. Contoh lain adalah orang yang kurang fasih menguasai bahasa. Misalkan orang yang datang dari negara Belanda ke Indonesia. Maka orang itu sulit berkomunikasi dengan warga Indonesia karena bahasa yang digunakan sudah berbeda, sehingga orang Indonesia tidak akan mengerti apa yang di katakan oleh orang belanda itu, begitu juga dengan orang belanda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang Indonesia.

b. Cara bergaul 

Orang yang pandai bergaul dan bisa menempatkan dirinya akan mudah menjalankan proses sosialisasi. Sebaliknya, orang yang sulit berkomunikasi, bersikap kaku, kurang beretika akan cenderung menghambat sosialisasi. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti; perbedaan golongan, status, pendidikan, serta sosial ekonomi. Orang yang menganggap dirinya lebih tinggi sehingga orang tersebut tidak dapat bersosialisasi dengan baik. Contohnya: orang miskin akan merasa malu bila bergaul dengan orang kaya. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan sosial antara orang miskin dan orang kaya, sehingga orang kaya sering merendahkan orang miskin.

c. Kehidupan masyarakat yang terisolir 

Masyarakat yang terisolir biasanya hidup tersendiri dari masyarakat lainnya. Cenderung menutup diri dari masyarakat luar, sehingga mereka sulit untuk bersosialisasi. Mereka hanya bersosialisasi dengan masyarakat yang berada dalam satu perkampungan. Sehingga masyarakat itu tidak mengalami perkembangan yang berarti, baik dari segi pakaian, cara berpikir maupun tingkah laku.

d. Kesulitan dalam melakukan komunikasi 

Dalam berkomunikasi terkadang kita mengalami kesulitan. Beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan komunikasi, yaitu:
  1. Kurangnya informasi atau pengetahuan. 
  2. Tidak bisa menjelaskan mana yang paling penting diantara sejumlah hal yang dikomunikasikan. 
  3. Tidak menyimak. 
  4. Tidak memahami kebutuhan orang lain. 
  5. Kehilangan kesabaran, membiarkan komunikasi menjadi perdebatan. 
  6. Suasana hati yang buruk. 
Jika satu atau lebih faktor diatas terjadi di dalam komunikasi kita, maka bisa dipastikan komunikasi kita akan menjadi sulit. Akibatnya, kita akan malas untuk melakukan komunikasi selanjutnya.

e. Hambatan alam 

Seseorang dengan mudah melakukan sosialisasi dengan masyarakat luar, apabila tidak ada hambatan alam yang terjadi. Hambatan alam ini berupa bencana alam. Contohnya pasca gempa, masyarakat padang sulit berkomunikasi dengan masyarakat Jakarta, sehingga masyarakat padang yang berada di Jakarta tidak dapat berkomunikasi dengan keluarganya di padang.

Daftar Pustaka

  • Ihromi. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  • Goode, W.J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Giddens, Anthony. 2007. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. Jakarta: UI Press.
  • Sutaryo. 2004. Dasar-dasar Sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press.
  • Zanden, Vander. 1990. The Social Experience: An Introduction to Sociology. New York: McGraw-Hill.
  • Lindsley dan Beach. 2004. Socialization and Social Interaction Throughout Life Course. Essentials of Sociology Journal.
  • Karsidi. 2008. Potensi-Potensi Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  • Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Sosialisasi (Pengertian, Tujuan, Jenis, Proses dan Hambatan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/04/sosialisasi-pengertian-tujuan-jenis-proses-dan-hambatan.html