Vitamin C (Sifat, Fungsi, Manfaat, Dosis dan Efek Samping)
Daftar Isi
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, penting bagi kesehatan manusia. Vitamin C berupa kristal putih yang larut dalam air. Vitamin C disebut sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara terutama bila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil larutan asam (Almatsier, 2011).
Vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C mudah teroksidasi secara reversible membentuk asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2 aton hydrogen. Vitamin C memiliki beberapa nama lain, diantaranya adalah asam askorbat, antiskorbut vitamin, acidium ascorbinicum, cevitamid, cantau, cabion, ascorvit, planacit C,I-ascorbinezuur, 3-okso-L-gulofucanolakton, asam sevitamat, asam xiloaskorbat dan phamascorbine (Depkes, 1995). Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui transpor aktif.
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah sel rusak akibat radikal bebas (free radical). Vitamin C berperan dalam sistem kekebalan tubuh, yaitu bermanfaat mendorong sel darah putih dan antibodi interferon untuk melindungi tubuh dari virus dan sel kanker. Vitamin C termasuk dalam golongan darah vitamin larut dalam air yang jika tidak dibutuhkan tubuh akan dikeluarkan secara alami lewat air seni atau keringat. Vitamin C bermanfaat dalam mencegah dan menyembuhkan flu biasa, mengurangi kejadian kelahiran prematur dan pre-eklampsia, penurunan risiko kanker dan penyakit jantung, dan meningkatkan kualitas hidup dengan menghambat kebutaan dan demensia.
Vitamin ini mempunyai rasa asam, enak untuk di konsumsi sehari-hari, dan fungsinya banyak sekali untuk kesehatan. Vitamin C termasuk salah satu vitamin esensial karena manusia tidak dapat menghasilkan vitamin C di dalam tubuh sendiri, vitamin C harus diperoleh dari luar tubuh. Sumber vitamin C adalah sayuran seperti brokoli, bayam, cabai, dan buah seperti jambu biji, nanas, jeruk, tomat, mangga. Rasa asam disebabkan oleh asam lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C (Sibagariang, 2010).
Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Vitamin C
vitamin C atau asam askorbat adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasiOksidasi bolak balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender, 2003).
Menurut Depkes (1995), sifat fisika, kimia dan biologi dari Vitamin C adalah sebagai berikut:
a. Sifat Fisika
Vitamin C berbentuk hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi warna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara. Dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu ±190 C. Vitamin C mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform, eter dan benzene. Kelarutan dalam air 33 g/100 ml, dalam etanol 2 g/100 ml, dalam gliserol 1 g/100 ml, dalam propilen glikol 5 g/100 ml, larut dalam dietil eter, kloroform, benzene, eter minyak bumi, minyak, lemak pelarut. Keasaman (pKa) 4,17 (pertama), 11,6 (detik).
b. Sifat Kimia
Nama kimia vitamin C berdasarkan nomenklatur internasional IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) vitamin C mempunyai nama sistemik 2-oxo-L-threo-hexono-1,4-lactone-2,3-enediol or (R)-3,4-dihydroxy-5-((S)-1,2-dihydroxyethyl) furan-2(5H)-one (IUPAC, 2009). Vitamin C memiliki berat molekul 176,13 g/mol. Dalam air bersifat asam terhadap kertas lakmus, reduktor yang mudah teroksidasi karena adanya gugus etanol pada atom C2 dan C3 yang mudah melepaskan 2 atom H. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidroaskorbat atau bentuk teroksidasi.
c. Sifat Biologi
Tidak seperti kebanyakan spesies hewan lain, manusia tidak dapat untuk membuat vitamin C, namun hanya datang dari sumber makanan. Vitamin C juga dikenal sebagai asam askorbat, larut dalam air. Ini merupakan kofaktor penting dalam beberapa reaksi enzimatik di mana fungsi utamanya adalah sebagai reduktor. Vitamin C termasuk golongan vitamin yang sangat mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan gliserol, tetapi tidak dapat larut dalam pelarut non polar seperti eter, benzene, kloroform dan lain-lain. Berbentuk kristal putih, tidak berbau, bersifat asam dan stabil dalam bentuk kering. Karena mudah dioksidasi, maka vitamin C merupakan suatu reduktor yang kuat.
Untuk tingkat tertentu, vitamin C sebagian dapat didaur ulang, sebagai glutathione dalam sel dapat mengubah bentuk teroksidasi dari vitamin C (asam semidehyroascorbic dan dehidroaskorbat asam) untuk mengurangi bentuk L-enansiomer askorbat acid. 1,2 vitamin C diperlukan untuk membuat dan memelihara kulit, ligamen, dan pembuluh darah dan untuk menyembuhkan dan membentuk jaringan parut. Hal ini juga diperlukan untuk kesehatan dan perbaikan tulang rawan, tulang, dan gigi.
Fungsi dan Manfaat Vitamin C
Menurut Sibagariang (2010), vitamin C bermanfaat untuk melindungi sel darah putih dari enzim yang dilepaskan saat mencerna bakteri yang telah ditelannya, sintesa hormon-hormon steroid dari kolesterol, membantu dalam pembentukan kolagen, menyembuhkan penyakit sariawan, proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stress dan sebagai antioksidan.
Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi non hem sampai empat kali lipat, yaitu dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar di mobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Salah satu upaya mengatasi kadar hemoglobin rendah yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C untuk membentuk penyerapan zat besi (Almatsier, 2011).
Menurut Whitney dkk (2005), terdapat beberapa fungsi vitamin C bagi kesehatan tubuh, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai antioksidan
Vitamin C bekerja sebagai donor electron, dengan cara memindahkan satu elektron ke senyawa logam Cu. Selain itu, vitamin C juga dapat menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler. Vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif di dalam sel netrofil, monosit, protein lensa, dan retina. Vitamin ini juga dapat bereaksi dengan Fe-ferritin. Diluar sel, vitamin C mampu menghilangkan senyawa oksigen reaktif, mencegah terjadinya LDL teroksidasi, mentransfer elektron ke dalam tokoferol teroksidasi dan mengabsorpsi logam dalam saluran pencernaan.
Asam askorbat dapat langsung menangkap radikal bebas oksigen, baik dengan atau tanpa katalisator enzim. Secara tidak langsung, askorbat dapat meredam aktivitas dengan cara mengubah tokoferol menjadi bentuk tereduksi. Reaksinya terhadap senyawa oksigen reaktif lebih cepat dibandingkan dengan komponen lainnya. Askorbat juga melindungi makromolekul penting dari oksidatif. Reaksi terhadap radikal hidroksil terbatas hanya melalui proses difusi Vitamin C bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Vitamin E yang teroksidasi radikal bebas dapat beraksi dengan vitamin C kemudian akan berubah menjadi tokoferol setelah mendapat ion hidrogen dari vitamin C.
Sebagai zat penyapu radikal bebas, vitamin C dapat langsung bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan lipid peroksida. Sebagai reduktor asam askorbat akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif dan selanjutnya mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat dan asam treonat. Oleh karena kemampuan vitamin C sebagai penghambat radikal bebas, maka perananya sangat penting dalam menjaga integritas membran sel.
b. Sebagai kofaktor dalam pembentukan kolagen
Vitamin C membantu dalam pembentukan serabut protein dari jaringan penghubung yang dinamakan dengan kolagen. Kolagen menjadi sebagai metrik dimana tulang dan gigi dibentuk. Ketika seseorang terluka, perekat kolagen (collagen glues) melekatkan jaringan yang terpisah agar bersatu, menjadi bentuk yang kita ketahui sebagai bekas luka. Sel bersatu kebanyakan karena kolagen, hal ini sangat penting pada dinding arteri, dimana harus membesar dan berkontraksi sesuai detak jantung, dan dalam dinding kapiler yang tipis dimana harus bertahan dengan denyutan nadi setiap saat.
c. Sebagai kofaktor pada reaksi lain
Vitamin C juga berperan sebagai kofaktor dalam sintesis senyawa lain. Sama seperti dalam pembentukan kolagen. Vitamin C membantu dalam hidroksilasi dari karnitin, senyawa yang mentransfer asam lemak rantai panjang kedalam sel dari mitokondria untuk metabolisme energi. Vitamin C juga membantu dalam pembuatan hormon, termasuk tiroksin, yang mengatur membantu dalam pembuatan hormon dan mengatur kecepatan.
d. Melindungi kekebalan tubuh
Peran utama dari vitamin C dalam sistem imun (kekebalan tubuh) yaitu melindungi sel-sel kekebalan tubuh terhadap stres oksidatif yang dihasilkan selama infeksi. Sebagai antioksidan yang efektif, vitamin C harus dipertahankan dalam tubuh pada tingkat yang relatif tinggi. Karena vitamin C terbukti dapat menjaga ketahanan tubuh dari berbagai penyakit (flu, jantung, kanker dan dapat meningkatkan produksi oksida nitrat dari endothelium, meningkatkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, mencegah apoptosis sel-sel otot polos pada pembuluh darah dan membantu menjaga plak lebih stabil). Kelenjar adrenal mengandung lebih banyak vitamin C daripada vitamin lain dalam tubuh, dan pada keadaan stres kelenjar ini melepaskan vitamin bersama dengan hormon kedalam darah. Stres fisik meningkatkan kebutuhan akan vitamin C.
e. Penurunan kadar kolesterol
Mekanisme imunitas dalam rangka daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit dan toksin. Vitamin C berperan penting melalui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses metabolisme kolesterol yang dibuang dalam bentuk asam empedu dan mengatur metabolisme kolesterol.
Dosis dan Efek Samping Vitamin C
Pada umumnya vitamin C tidak berefek samping, namun dalam dosis tertentu memungkinkan terjadinya efek samping (gejala yang tidak diinginkan). Efek samping yang mungkin terjadi jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi bisa mengakibatkan diare. Diare adalah keracunan besi dikarenakan vitamin C meningkatkan absorbsi besi. Tetapi biasanya terjadi pada orang yang memiliki penyakit gangguan kelebihan besi (haemochromatosis). Kondisi genetik seperti defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) dapat menyebabkan penderitannya anemia hemolitik setelah mengkonsumsi zat oksidasi tertentu, misalnya vitamin C dosis tinggi.
Berikut ini adalah tabel dosis Vitamin C berdasarkan angka kecukupan umur (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004).
Vitamin di dalam tubuh akan mengalami proses absobsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi (ADME). Kelenjar adrenal mengandung banyak vitamin C . Tubuh pada umumnya sedikit menahan vitamin C, kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih. Mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar (Megadose) sebagian besar akan dibuang keluar, terutama pada saat mengkonsumsi vitamin yang bergizi tinggi. Vitamin C akan ditahan oleh jaringan tubuh apabila keadaan gizi dalam tubuh jelek.
Vitamin C setelah dikonsumsi akan diekskresikan di dalam urin, keringat dan tinja. Ekskresi melalui urin merupakan yang terbesar sekitar 3-6 jam sedangkan dalam feses hanya sekitar 6-10 mg dalam 24 jam. Ekskresi melalui air keringat sedikit. Vitamin C yang telah diberikan oral maupun parenteral diekskresikan cepat melalui urin. Vitamin C dapat menembus glomerulus masuk ke dalam cairan filtrat, sebagian vitamin C diserap kembali oleh tubuh.
Menurut Rusdin (2015), efek samping mengkonsumsi Vitamin C secara berlebihan adalah sebagai berikut:
- Menyebabkan produksi asam lambung meningkat akan menimbulkan masalah pencernaan seperti iritasi lambung, diare, dan juga penyakit gangstritis.
- Mengakibatkan terjadinya gangguan pada urikosuria yaitu terjadinya peningkatan kadar asam urat di dalam kandungan kemih akan memicu resiko gangguan pada ginjal.
- Mengkonsumsi vitamin C melebihi batas maksimal setiap hari yaitu 2.000 mg, akan mengakibatkan beberapa gangguan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan otak.
- Mengkonsumsi terlalu tinggi vitamin C dengan batas dosis setiap hari berlebih akan mengakibatkan pusing dan juga mual.
- Pemberian secara langsung pada kulit anda akan menimbulkan ruam, alergi bahkan hingga menyebabkan iritasi kulit.
- Mengonsumsi vitamin C melebihi dosis akan mengakibatkan hasil positif palsu pada pemeriksaan glukosa urin.
- Bagi yang sedang melakukan pengobatan, khususnya pengobatan kanker akan mengakibatkan gangguan penyerapan obat-obatan kanker dikarenakan terlalu banyak dosis vitamin C yang masuk ke dalam tubuh.
Sumber Vitamin C
Vitamin C dapat ditemukan pada bahan makanan nabati maupun hewani. Sumber utama vitamin ini adalah buah-buahan dan sayur-sayuran seperti melon, jeruk, tomat, strowberi, aspargus, brokoli, kubis, dan kembang kol. Sedangkan bahan makanan yang berasal dari hewan seperti daging dan susu kandungan vitamin C nya lebih sedikit.
Berikut ini adalah sumber-sumber bahan makanan yang mengandung Vitamin C:
- Nabati. Sumber vitamin C yang berasal dari nabati atau sayuran dan buah-buahan banyak sekali, termasuk diantaranya adalah pepaya, jeruk, semangka, kembang kol, brokoli, anggur, lemon, strowberi.
- Hewani. Mayoritas spesies binatang dan tumbuhan mensintesis vitamin C-nya sendiri. Tetapi tidak semua hasil binatang merupakan sumber dari vitamin C. Vitamin C banyak terdapat dihati dan sedikit ada diotot.
Vitamin C sangat mudah rusak selama proses persiapan atau penyajian, pemasakan dan penyimpanan. Sayur-sayuran segar yang telah dibersihkan atau disiangi, kemudian disimpan atau didiamkan selama 24 jam, maka sebanyak 45% kandungan vitamin C nya akan berkurang. Cara memasak bahan makanan sumber vitamin C adalah dengan menggunakan sesedikit mungkin air dan air tersebut sebaiknya turut dikonsumsi juga. Oleh karena itu sember vitamin C dari makanan yang paling baik adalah memakan langsung buah-buahan dalam keadaan segar.
Daftar Pustaka
- Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI.
- Sibagariang. 2010. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.
- Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Erlangga.
- Whitney dan Rofles. 2005. Understanding Nutrition. Belmont: Thomsom Learning.
- Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.
- Rusdin, Rauf. 2015. Kimia Pangan. Yogyakarta: Andi.