Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Desain Interior (Elemen, Komponen, Aspek, Prinsip dan Model)

Desain interior adalah suatu sistem perencanaan dan pengaturan ruang dan tata letak di dalam suatu bangunan sehingga mampu memenuhi nilai kehidupan dan seni (estetika) serta meningkatkan psikologi dan spiritual penggunanya.

Desain Interior (Elemen, Komponen, Aspek, Prinsip dan Model)

Desain interior adalah suatu sistem penata ruang dalam yang berfungsi sebagai tempat bernaung dari kondisi lingkungan dengan ciptaan suasana dan citra ruang yang memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, kepuasan kebutuhan fisik dan spiritual penggunanya tanpa mengabaikan faktor estetika.

Desain interior pada dasarnya terkait dengan hal merencanakan, menata, dan merancang ruang ruang interior didalam sebuah bangunan agar menjadi sebuah tatanan fisik untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam hal penyediaan sarana bernaung dan berlindung.

Berikut definisi dan pengertian desain interior dari beberapa sumber buku: 
  • Menurut Ching (2002), desain interior adalah sebuah perencanaan tata letak dan ruang di dalam bangunan yang bertujuan pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan peningkatan psikologi ruangan. 
  • Menurut Nurhayati (2004), desain interior adalah gagasan awal yang diperlukan bagi suatu ruangan atau suatu perencanaan dari bagian dalam suatu bangunan sehingga ruangan tersebut memiliki nilai kehidupan (estetika). 
  • Menurut Suptandar (1995), desain interior adalah suatu sistem atau cara pengaturan ruang dalam yang mampu memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, kepuasan kebutuhan fisik dan spiritual bagi penggunanya tanpa mengabaikan faktor estetika.

Elemen-elemen Desain Interior 

Desain interior merupakan kegiatan merencanakan, merancang dan menata ruang-ruang interior dalam bangunan. Desain interior berfungsi untuk memenuhi kebutuhan dasar akan sarana untuk bernaung dan berlindung, menentukan sekaligus mengatur aktivitas, memelihara aspirasi dan mengekspresikan ide, tindakan serta penampilan, perasaan dan kepribadian.Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), terdapat beberapa elemen dasar dalam desain interior, yaitu sebagai berikut:

a. Garis (line) 

Sebuah garis adalah unsur dasar seni, mengacu pada tanda menerus yang dibuat di sebuah permukaan. Dua titik bidang yang berbeda bila digunakan akan menjadi sebuah garis. Titik adalah dasar terjadinya bentuk yang menunjukkan suatu letak di dalam ruang. Titik tidak mempunyai ukuran panjang, lebar, atau tinggi. Oleh karena itu, tidak mempunyai arah gerak, dan terpusat.

b. Bentuk (form) 

Bentuk adalah suatu sosok geometris tiga dimensi, seperti bola, kubus, silinder, kerucut, dan lain-lain. Bentuk memungkinkan pengguna ruang untuk menangkap keberadaan sebuah benda dan memahaminya dengan persepsi. Dari hal di atas, yang paling jelas adalah bentuk bidang primer, yaitu lingkaran, segi tiga, dan bujur sangkar. Lingkaran adalah sederetan titik-titik yang disusun dengan jarak yang sama dan seimbang terhadap sebuah titik. Segi tiga adalah sebuah bidang datar yang dibatasi tiga sisi dan mempunyai tiga sudut. Bujur sangkar adalah sebuah bidang datar yang mempunyai empat sisi yang sama panjang dan empat sudut siku-siku.

c. Bidang (Shape) 

Bidang adalah sebuah luasan yang tertutup dengan batas-batas yang ditentukan oleh unsur-unsur seni lainnya, yaitu garis, warna, nilai, tekstur, dan lain-lain. Dua garis sejajar yang dihubungkan kedua sisinya akan menghasilkan sebuah bidang. Menurut jenisnya, sebuah bidang terdiri atas tiga bagian: bidang atas, bidang dinding, dan bidang dasar.

d. Ruang (Space) 

Ruang adalah sebuah bentuk tiga dimensi tanpa batas karena objek dan peristiwa memiliki posisi dan arah relatif. Ruang juga dapat berdampak pada perilaku manusia dan budaya, menjadi faktor penting dalam arsitektur, dan akan berdampak pada desain bangunan dan struktur. Ruang memiliki panjang, lebar, dan tinggi; bentuk; permukaan; orientasi; serta posisi. Sebuah bidang yang dikembangkan (menurut arah, selain dari yang telah ada) berubah menjadi ruang. Berdasarkan konsepnya, sebuah ruang mempunyai tiga dimensi, yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Sebagai unsur tiga dimensi di dalam perbendaharaan perancang arsitektur, suatu ruang dapat berbentuk padat. Dalam hal ini ruang yang berada di dalam atau dibatasi oleh bidang-bidang akan dipindahkan oleh massa atau ruang kosong.

d. Cahaya (light) 

Cahaya adalah unsur interior yang berperan dalam mempengaruhi atmosfer ruang dan mendukung fungsi ruang. Pada ilmu interior, pencahayaan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 
  1. Pencahayaan alami, adalah pencahayaan yang didapatkan dari sinar matahari langsung dengan menempatkan posisi bukaan jendela pada posisi yang tepat hingga cahaya dapat masuk ke dalam ruang. 
  2. Pencahayaan buatan, adalah pencahayaan yang memanfaatkan teknologi buatan manusia atau energi olahan seperti lampu dengan intensitas cahaya yang stabil dan beberapa varian warna.

e. Warna (color) 

Semua warna dapat menimbulkan efek psikologis tertentu terhadap orang yang melihatnya. Dalam ilmu arsitektur dan interior, setiap warna dapat menimbulkan kesan berbeda-beda terhadap keberadaan sebuah ruang, seperti kesan gelap dan terang yang dapat mempengaruhi keberadaan sebuah ruangan.

f. Pola (pattern) 

Pola adalah desain dekoratif yang digunakan secara berulang. Pola juga dapat disebut sebagai susunan dari sebuah desain yang sering ditemukan pada sebuah objek. Motif garis horizontal akan memperluas kesan ruangan, sedangkan motif garis vertikal akan meninggalkan kesan ruangan.

g. Tekstur (texture) 

Tekstur adalah nuansa, penampilan, ataupun konsistensi permukaan atau zat. Tekstur juga berkaitan dengan material dan bahan yang digunakan. Material kayu akan menghangatkan ruangan, sedangkan material batu akan mendinginkan ruangan.

Komponen dalam Desain Interior 

Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), desain interior dapat diterapkan pada seluruh komponen interior di dalam bangunan, yaitu sebagai berikut:

a. Lantai 

Lantai merupakan bidang bawah pada sebuah ruang. Lantai adalah bidang ruang interior yang datar dan mempunyai dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga aktivitas interior dari furniture yang ada, lantai harus terstruktur sehingga mampu memikul beban tersebut dengan aman, dan permukaannya harus kuat untuk menahan semua beban yang berada di atas nya baik aktivitas manusia ataupun beban mati. Lantai biasanya terdiri atas beberapa sublantai sebagai pendukung. Sublantai banyak digunakan sebagai tempat menyembunyikan kabel listrik, pipa, dan utilitas lainnya.

b. Dinding 

Dinding adalah bidang struktur vertikal yang biasanya berbentuk padat dan digunakan untuk membatasi area atau ruangan. Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap bangunan. Secara tradisional, dinding telah berfungsi sebagai struktur pemikul lantai di atas permukaan tanah, langit-langit dan atap. Dinding adalah elemen utama yang dengannya kita membentuk ruang interior. Bersama dengan bidang lantai dan langit-langit yang pelengkap untuk penutup, dinding mengendalikan ukuran dan bentuk ruang. Dinding juga dapat membentuk ruang interior. Bersama dengan bidang lantai dan langit-langit yang pelengkap untuk penutup, dinding mengendalikan ukuran dan bentuk ruang.Dinding juga dapat dilihat sebagai penghalang yang merupakan batas sirkulasi kita, memisahkan satu ruang dengan ruang di sebelahnya dan menyediakan privasi visual maupun akustik bagai pemakainya. Terdapat tiga jenis utama dinding struktur, yaitu bangunan tembok, dinding pembatas atau partisi dan dinding penahan (bearing wall). Dalam kontruksinya, dinding memiliki elemen struktural, isolasi, dan elemen finishing.

c. Langit-langit (plafon) 

Plafon adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior, dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk semua yang ada di bawahnya.Meskipun berada diluar batas jangkauan tangan kita dan tidak digunakan seperti halnya lantai dan dinding, langit-langit memainkan peran visual penting dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya.

d. Jendela 

Jendela merupakan elemen dari desain arsitektur dan interior yang menghubungkan, baik secara visual dan fisik, satu ruang ke ruang lain maupun bagian dalam ruangan dengan ruang luar seperti halaman ataupun view lainnya. Jendela merupakan salah satu bagian terang pada dinding sebagai penyatu ruang interior dengan ruang luar atau dengan ruang interior yang berada di sebelahnya. Jendela juga merupakan salah satu akses dalam pembentukan pencahayaan alami.

e. Pintu 

Pintu, dan jalan masuk memungkinkan akses fisik untuk kita sendiri, perabot, dan barang-barang untuk masuk dan keluar bangunan dan dari satu ruang ke ruang lain di dalam bangunan. Melalui desain konstruksi dan lokasinya, pintu dan jalan masuk dapat mengendalikan penggunaan ruang pandangan dari satu ruang ke ruang berikutnya dan masuknya cahaya, suara, udara hangat dan udara sejuk.

f. Perabot 

Perabot adalah salah satu kategori elemen desain yang pasti selalu ada di hampir semua desain interior.Perabot menjadi perantara antara arsitektur dan manusianya.Menawarkan adanya transisi bentuk dan skala antara ruang interior dan masing-masing individu.

g. Aksesoris 

Dalam desain interior merujuk pada benda-benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang. Aksesoris yang dapat menambah kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa: alat-alat dan obyek-obyek yang memang berguna, elemen- elemen dan kelengkapan arsitektur, dan benda seni dan tanaman.

Aspek dan Prinsip Dasar Desain Interior 

Dalam perancangan desain interior, terdapat beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian, antara lain yaitu sebagai berikut: 
  1. Geometri atau ukuran. Hal ini penting dan erat kaitannya dengan interior karena akan mempengaruhi rancangan yang akan dibuat. Terdapat dua aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu: Bentuk, meliputi bagaimana orientasi ruang dan karakteristiknya dan Dimensi, lebih ke ukuran, sirkulasi, ruang gerak, dan sebagainya. 
  2. Material. Material mempunyai peranan besar terhadap rancangan interior, yakni mempengaruhi tampilan atau visual pada ruang. Hal-hal yang meliputi setting material yaitu: (a) Bahan: bahan yang diaplikasikan pada elemen-elemen pembentuk, contoh: keramik, parket kayu; (b) Tekstur: pola atau alur yang dapat dirasakan oleh kulit, contoh: dinding yang halus, plesteran kasar; (c) Warna: memberikan tampilan visual yang secara tidak langsung dapat menggambarkan karakter atau emosi dari ruang. 
  3. Cahaya. Pencahayaan dapat mempengaruhi karakter ruang. Intensitas cahaya juga ditentukan oleh jenis kegiatan yang ada pada ruang tersebut untuk kenyamanan user. Contoh: ruang kerja dengan penerangan yang cukup, ruang tidur dengan lampu temaram agar user bisa beristirahat tanpa merasa silau.
  4. Suhu udara. Walaupun pada umumnya yang terjadi suhu udara selalu konstan, namun kontrol area juga dapat membantu dalam penentuan zona level kenyamanan. Keadaan suhu normal bagi manusia adalah berkisar kurang lebih 24 derajat Celcius. Dengan kesesuaian temperatur ruangan dengan kebutuhan suhu tubuh manusia akan memberikan dampak positif bagi seseorang dalam aktivitasnya di dalam ruangan.
Menurut Setiono (2015), terdapat beberapa prinsip dalam desain interior yang perlu dijalankan, yaitu sebagai berikut: 
  1. Unity and Harmony. Unity atau kesatuan adalah keterpaduan yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi. Dalam hal ini seluruh unsur saling menunjang dan membentuk satu kesatuan yang lengkap, tidak berlebihan, dan tidak kurang. Cara membentuk kesatuan adalah dengan penerapan tema desain. Ide yang dominan akan membentuk kekuatan dalam desain tersebut. Unsur-unsur rupa yang dipilih disusun dengan atau untuk mendukung tema. 
  2. Keseimbangan (Balance). Keseimbangan/balance adalah suatu kualitas nyata dari setiap obyek dimana perhatian visual dari dua bagian pada dua sisi dari pusat keseimbangan (pusat perhatian) adalah sama. Aksen pun harus memiliki keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya. Keseimbangan terbagi tiga yaitu: simetris, asimetris,dan radial. 
  3. Focal Point. Focal Point disini maksudnya adalah aksen yang menjadi daya tarik ruangan. Dalam suatu ruang bisa terdapat satu atau lebih focal point. Misalnya focal point pada ruangan adalah jendela besar yang ada di ruangan, perapian atau bisa juga lukisan. 
  4. Ritme. Dalam desain interior, ritme adalah semua pola pengulangan tentang visual. Ritme didefinisikan sebagai kontinuitas atau pergerakan terorganisir. 
  5. Detail. Detail adalah hal hal yang terperinci yang akan diterapkan pada suatu desain interior misalnya pemilihan sakelar, tata cahaya ruang , letak pot bunga dan lainnya yang akan menambah nilai suatu ruang.
  6. Skala dan Proporsi. Skala adalah suatu sistem pengukuran (alat pengukur) yang menyenangkan,dapat dalam satuan cm, inchi atau apa saja dari unit-unit yang akan diukur. Dalam arsitektur yang dimaksud dengan skala adalah hubungan harmonis antara bangunan beserta komponen-komponennya dengan manusia. Skala-skala itu ada beberapa jenis yaitu: skala intim, skala manusiawi, skala monumental/megah, skala kejutan. Proporsi berkaitan dengan keberadaan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran keselurahan. Proporsi merupakan hasil perhitungan bersifat rasional dan terjadi bila dua buah perbandingan adalah sama. Proporsi dalam arsitektur adalah hubungan antar bagian dari suatu desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan.

Gaya dan Model Desain Interior 

Menurut Attariqi (2018), terdapat beberapa model dasar dan gaya dalam desain interior, yaitu: gaya klasik, gaya neo klasik, gaya pedesaan (Rusty/Country Style), gaya retro, modern minimalis, gaya kontemporer dan hightech style. Adapun penjelasan gaya dan model desain interior tersebut adalah sebagai berikut:

a. Gaya Klasik 

Gaya klasik mengandalkan pada susunan, keteraturan, keseimbangan dan harmonisasi yang nyaris sempurna. Ciri khas desain gaya ini, tampilan yang elegan, indah mewah dan kuat menjadi poin dan daya tarik utama dari konsep ini. Properti biasanya terbuat dari kayu solid, dengan menggunakan warna alam seperti coklat kayu, kuning emas, hijau daun, warna tanah.

b. Gaya Neo Klasik 

Gaya ini merupakan tafsiran gaya klasik modern yang elegan, dimana rincian bentuk klasik ditemukan dalam pendekatan baru. Bentuk mempertahankan struktur bentuk lama atau elemen dari gaya furniture yang dikombinasikan dengan unsur-unsur modern, menciptakan perpaduan antara lama dan baru. Bagian finishing. berupa pendekatan baru, dengan berbagai warna yang beda dan inovatif.

c. Gaya Pedesaan (Rusty/ Country) 

Struktur gaya berupa detail kasar, furniture terdiri batang pohon kayu, cabang, goni, dan sebagainya. Gaya ini banyak ditemukan di vila-vila gunung dan pedesaan. Gaya ini mendapat pengaruh dari inggris, Prancis atau klasik Skandinavia yang bisa rural chic. Furniture di finishing dengan dicat atau kadang-adang diberi sedikit platina, dengan warna-warna terang, warna putih, warna pastel dan bentuk yang mengambil alih furnitur tradisional tetapi tidak terlalu banyak dekorasi.

d. Gaya Retro 

Gaya ini adalah gaya 50-an, 60-an, atau 70-an. Motif dengan bentuk geometris, garis, kotak- kotak atau ilustrasi gaya pop art. Dengan demikian gaya ini sering juga disebut gaya pop art. Pop art yang sedang terkenal adalah sesuatu yang kental dengan Benua Eropa, seperti miniatur.

e. Gaya Modern Minimalis 

Gaya modern minimalis menggambarkan bentuk yang disederhanakan. Gaya ini memiliki bentuk akurasi ekstrim. Tidak terlalu banyak motif atau detail lainnya, tanpa latar belakang yang berat. Penekananya adalah pada kesederhanaan, dengan warna gelap atau cerah yang mencolok. Konsep bentuk geometris- persegi panjang, bulat, tetapi permukaan yang bersih tidak ada detail.

f. Gaya Kontemporer 

Gaya ini dapat diartikan gaya yang mengacu pada waktu sekarang atau saat ini. Gaya modern Skadinavia dapat didefinisikan sebagai gaya kontemporer. Warna yang seimbang, hangat nada cerah, dan pastel dapat menjadi ciri khas dari gaya ini.

g. Gaya Hightech 

Gaya Hightech adalah gaya modern inovatif, penekanan pada struktur furnitur di mana setiap detail dari kombinasi tidak acak dan merupakan bagian dari struktur. Finishing logam kasar, kaca, kain, plastik dan kayu dalam proporsi kecil merupakan karakteristik dari gaya ini.

Daftar Pustaka

  • Ching, F.D.K. 2002. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Tatanan. Jakarta: Erlangga.
  • Suptandar, Pamudji. 1995. Manusia dan Ruang dalam Proyeksi Desain Interior. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas Tarumanegara.
  • Wicaksono, Andie dan Tisnawati, Endah. 2014. Teori Interior. Jakarta: Griya Kreasi.
  • Nurhayati. 2004. Penataan Tanaman di Rumah Tinggal. Jakarta: Gramedia.
  • Setiono, A. 2005. Mata Indah Sehat. Yogyakarta: Thinkfresh.
  • Attariqi, D.F. 2018. Pengembangan Desain Interior untuk Hotel dengan Penerapan Unsur Budaya Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Desain Interior (Elemen, Komponen, Aspek, Prinsip dan Model). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/07/desain-interior.html