Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Budaya dan Kebudayaan (Pengertian, Wujud, Unsur dan Perubahan)

Budaya adalah cara kehidupan yang mencakup pengetahuan, sikap, pola perilaku, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu sebagai bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran hidup guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang bersifat tertib dan damai.

Budaya dan Kebudayaan (Pengertian, Wujud, Unsur dan Perubahan)


Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), yang artinya hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris budaya disebut dengan culture yang berasal dari bahasa latin, yaitu colere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budaya adalah pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah (Gunawan, 2000).

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya merupakan kumpulan pola-pola kehidupan yang dipelajari oleh sekelompok manusia tertentu dari generasi-generasi sebelumnya dan akan diteruskan kepada generasi yang akan datang.

Berikut definisi budaya dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Tasmuji dkk (2011), budaya adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan. 
  • Menurut Keesing (1989), budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang memrupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. 
  • Menurut Brisling (1990), budaya adalah cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan dan kegiatan. 
  • Menurut Soerjono (2009), budaya adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. 
  • Menurut Dewantara (1994), budaya adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Wujud dan Komponen Budaya 

Menurut Koentjaraningrat (2000), budaya terdiri dari tiga wujud, yaitu sebagai berikut:

a. Gagasan 

Gagasan merupakan wujud ideal kebudayaan yang berbentuk dari kumpulan ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas / tindakan 

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c. Artefak / karya 

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Sedangkan komponen budaya terdiri dari dua jenis, yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non material, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
  1. Kebudayaan material. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. 
  2. Kebudayaan nonmaterial. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Unsur-unsur Budaya 

Menurut Tasmuji dkk (2011), budaya terdiri dari beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:

a. Sistem Bahasa 

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

b. Sistem Pengetahuan 

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya.

c. Sistem Sosial 

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.

d. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi 

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

e. Sistem Mata Pencaharian Hidup 

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

f. Sistem Religi 

Asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

g. Kesenian 

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

Perubahan Budaya 

Suatu sistem budaya yang terbentuk dari unit sosial apapun selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu. Eksistensinya tidak dalam suatu keadaan yang vakum. Setiap kali seseorang berhubungan dengan orang lain, maka ia membawa serta kebudayaan atau subbudaya dari kelompoknya sebagai latar belakang. Apabila sebagai individu ia berubah, maka perubahan itu sedikit banyak akan berdampak pada kebudayaan kelompoknya. Dalam hal ini ia bertindak sebagai pembaharu kebudayaan. Perubahan dapat berlangsung secara wajar, alami, revolusioner maupun disengaja.

Menurut Santrock (1998), terdapat lima jenis perubahan budaya yaitu sebagai berikut:

a. Asimilasi (assimilation) 

Asimiliasi terjadi ketika individu melepaskan identitas kulturnya dan menuju pada masyarakat yang lebih besar. Kelompok yang tidak dominan mungkin akan terserap kedalam arus budaya yang lebih mantap, atau mungkin banyak kelompok yang akan menyatu dan membentuk masyarakat baru (melting spot). Individu seringkali menderita karena perasaan terasing dan terisolasi sampai mereka diterima dan merasa benar-benar melebur di dalam budaya yang baru.

b. Akulturasi (acculturations) 

Akulturasi adalah perubahan budaya akibat dari hubungan langsung dan terus menerus antara dua kelompok budaya. Berlawanan dengan asimilasi (yang menekankan bahwa orang pada akhirnya akan menjadi anggota penuh kelompok budaya mayoritas dan kehilangan identifikasi dengan budaya asalnya), model akulturasi menekankan bahwa orang akan menjadi partisipan yang kompeten dalam budaya mayoritas dan pada saat bersamaan tetap diidentifikasi sebagai anggota budaya minoritas.

c. Alternasi (alternation) 

Alternasi adalah perubahan budaya dengan mengetahui dan memahami dua kultur berbeda. Disini individu dapat mengubah tingkah laku mereka untuk menyesuaikan diri pada sebuah konteks sosial tertentu. Berbeda dengan asimilasi dan akulturasi, alternasi lebih mempertahankan hubungan positif dengan kedua budaya.

d. Multikulturalisme (multicultural) 

Multikulturalisme mengajukan pendekatan pluralistik untuk memahami dua budaya atau lebih. Orang dapat mempertahankan identitas mereka yang menonjol dan pada saat bersamaan bekerjasama dengan orang lain dengan budaya yang berbeda untuk mencapai kebutuhan nasional bersama. Sebuah masyarakat yang multikultural akan mendorong semua kelompok untuk: 
  1. Mempertahankan dan/atau mengembangkan identitas kelompok mereka. 
  2. Mengembangkan penerimaan dan toleransi terhadap kelompok lain. 
  3. Terlibat dalam hubungan dan kegiatan berbagi antar kelompok. 
  4. Mempelajari bahasa satu sama lain.

e. Fusi (fusion) 

Fusi adalah merefleksikan asumsi yang melatarbelakangi melting pot yang mengimplikasikan bahwa budaya-budaya yang berbatasan, baik secara ekonomi, politik, atau geografis akan melebur bersama sampai tidak bisa dibedakan dan membentuk sebuah kultur baru dan tidak ada superioritas budaya. Semua orang di semua budaya memiliki kecenderungan untuk: 
  1. Mempercayai bahwa apa yang terjadi di budayanya adalah natural dan benar dan bahwa apa yang terjadi di budaya lain adalah tidak natural dan tidak benar. 
  2. Mempersepsikan bahwa adat istiadat budayanya adalah valid secara universal; yaitu bahwa apa yang baik untuk siapapun. 
  3. Berperilaku memihak pada kelompok budaya mereka. 
  4. Merasa bangga pada kelompok budaya mereka. 
  5. Memusuhi kelompok budaya lainnya.

Daftar Pustaka

  • Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Tasmuji, Dkk, 2011. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
  • Keesing, Roger M. 1989. Antropologi Budaya, Suatu Prespektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga.
  • Brisling, Richard. 1990. Translation, Application and Research. New York: Oxpord University Press.
  • Soerjono, Soekanto. 2009. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Dewantara, Ki Hajar. 1994. Kebudayaan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
  • Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Santrock, J.W. 1998. Adolescence. New York: McGraw-Hill Companies.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Budaya dan Kebudayaan (Pengertian, Wujud, Unsur dan Perubahan). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/08/budaya-dan-kebudayaan.html