Metroseksual (Pengertian, Aspek, Ciri-ciri dan Faktor yang Mempengaruhi)
Metroseksual adalah sebutan bagi sosok laki-laki yang straight, sensitif dan terdidik yang sangat peduli dengan penampilan (performance), tertarik pada fashion, senang memanjakan diri dan menjadi pusat perhatian serta lebih mengedepankan sisi feminim yang mereka miliki.
Pria metroseksual adalah women-oriented men. Umumnya mereka sosok yang narsistik, mencintai diri berlebihan dan tergila-gila dengan gaya hidup urban berkualitas metropolitan. Pria metroseksual digambarkan sebagai sosok pria muda yang lebih mengedepankan penampilan fisik yang menarik serta memiliki perilaku yang berlebih dalam merawat diri sendiri.
Layaknya perempuan, pria yang memiliki gaya hidup metroseksual memiliki hobi belanja di mall, butik atau mengobrol di kafe. Bagi mereka kafe tidak hanya sekedar tempat mengobrol dan bersantai, tetapi juga sekaligus urusan bisnis. Mereka berlama-lama di mall untuk pleasure shopping. Pria metroseksual terbiasa hidup di kota besar sehingga mereka sangat brand minded.
Metroseksual adalah istilah yang digunakan untuk menyebut seorang pria yang selalu ingin berpenampilan trendi dan menarik, tidak hanya mengerti dari sisi maskulin saja tetapi juga secara feminin. Pria jenis ini biasanya selalu tampil rapi, wangi, dan selalu menjaga kebersihan tubuhnya. Dalam kehidupan sehari-hari pria metroseksual memiliki kemampuan lebih tinggi dalam membangun suatu hubungan, baik itu dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis.
Berikut definisi dan pengertian metroseksual dari beberapa sumber buku:
- Menurut Kartajaya, dkk (2004), metroseksual adalah laki-laki yang cinta setengah mati tak hanya terhadap dirinya, tetapi juga gaya hidup kota besar yang dijalaninya.
- Menurut Hudiandy (2006), metroseksual adalah pria yang digambarkan sebagai sosok yang normal atau straight, sensitive dan terdidik, hanya saja mereka lebih mengedepankan sisi feminin yang mereka miliki.
- Menurut Mopangga (2010), metroseksual adalah sebutan bagi sosok lelaki muda yang berpenampilan dandy yang sangat peduli dengan penampilan (performance), tertarik pada fashion dan berani menonjolkan sisi femininnya, senang memanjakan diri dan menjadi pusat perhatian.
Aspek-aspek Metroseksual
Menurut Kottler dan Armstrong (1997) dan Kartajaya (2004), beberapa aspek pria dengan gaya hidup metroseksual adalah sebagai berikut:
a. Kelas sosial
Kelas sosial atau divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya yang menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku yang serupa dan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan lain-lain. Dalam hal ini pria metroseksual sudah seperti kelas sosial baru dalam struktur sosial yang ada dalam masyarakat modern yang berbasis kapitalis. Oleh karena itu wajar jika mereka memiliki perilaku konsumtif yang berbeda jika dibandingkan dengan yang lain.
b. Peran dan status sosial
Kebanyakan pria metroseksual adalah individu-individu dengan posisi yang baik, bagus, berkelas dalam masyarakat.Peran dan status sosial tersebut secara tidak langsung menuntut mereka untuk memiliki penampilan yang sangat menunjang keberadaan mereka.
c. Pekerjaan
Pria metroseksual kebanyakan adalah eksekutif muda.Masalah penampilan jelas terlihat dari pakaian dengan segala atributnya seperti dasi, sepatu sampai parfum dan sebagainya. Faktor yang relevan dengan sisi penampilan juga ditambah dengan perawatan tubuh mulai dari salon, SPA dan klub fitness.
d. Situasi ekonomi
Pria metroseksual biasanya dari kalangan dengan penghasilan ekonomi yang besar. Oleh karena itu besar materi yang dikeluarkan untuk menunjang perilaku konsumtif yang mereka lakukan bukan jadi masalah.
e. Gaya hidup
Gaya hidup pria metroseksual jelas beda dengan pria kebanyakan. Mereka biasa melakukan pleasure shopping dibandingkan purpose shopping. Mereka biasa berinteraksi dari cafe ke cafe (social butterflies) yang jelas tidak mungkin menghabiskan biaya yang sedikit dan masih banyak gaya hidup lainnya.
f. Gabungan antara motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan sikap dari pria metroseksual itu sendiri
Semua hal ini dipengaruhi iklan, pergaulan, keadaan dan suasana lingkungan kerja, respon klien, konsumsi dunia hiburan dan masih banyak hal lain. Gabungan faktor-faktor ini semakin memperjelas betapa pria-pria metroseksual menjadi target market yang potensial untuk dibidik.
Ciri-ciri Gaya Hidup Metroseksual
Menurut Kartajaya (2004), ciri-ciri gaya hidup metroseksual adalah sebagai berikut:
- Suka bersosialisasi dalam komunitas-komunitas tertentu (social butterfly). Dengan mengikuti berbagai macam kegiatan dan komunitas, mereka akan memiliki banyak teman dan bertambah pula wawasan mereka.
- Memiliki kesadaran tinggi mengenai kesetaraan gender. Perbedaan jenis kelamin tidak menghalangi seseorang untuk berprofesi dan manusia pun tidak boleh dibedakan berdasarkan gender.
- Memiliki gaya hidup urban dan hedonis. Individu menyukai kehidupan serba mudah dan sifatnya untuk bersenang-senang.
- Secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalah-majalah mode pria, internet, dan lingkungannya agar dapat mengetahui perkembangan fashion terakhir yang mudah diikuti.
- Sangat memperhatikan penampilan, umumnya memiliki penampilan yang klimis, dandy, dan melakukan perawatan tubuh.
Menurut Waluyo (2014), terdapat enam ciri-ciri pria metroseksual, yaitu sebagai berikut:
- Modern dan umumnya single yang sangat peduli terhadap diri sendiri dan juga sisi feminimnya.
- Berdandan sebelum pergi ke tempat-tempat hang-out atau menghadiri suatu acara tertentu.
- Mempunyai pendapatan yang cukup untuk selalu tampil up to date, baik urusan gaya rambut, parfum, sampai trend busana terbaru.
- Senang menjadi pusat perhatian wanita, sehingga banyak membuat pria lain cemburu.
- Berusaha memikat perempuan yang menikmati kehadirannya dengan sejumlah pengetahuan yang dimilikinya, seperti film, musik, dan bidang seni lainnya.
- Tinggal di daerah perkotaan sehingga dapat melakukan aktivitas merawat dirinya dengan mudah.
Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup Metroseksual
Menurut Kartajaya (2004), faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya pria dengan gaya hidup metroseksual adalah sebagai berikut:
a. Emansipasi wanita
Emansipasi wanita menyebabkan banyak wanita bekerja, yang akhirnya menggeser nilai kelaki-lakian pada yang ada pada pria. Hal ini disebabkan karena perempuan membawa masuk kebiasaan mempercantik diri ke dalam dunia kerja dan norma ini kemudian mempengaruhi kebijakan dunia kerja yang mulai memasukkan penampilan diri sebagai kriteria dalam penilaian karyawan. Dan ketika penampilan diri diperhitungkan dalam promosi karier maka pada saat itulah pria mulai berpikir ulang untuk memperhatikan penampilan sehingga muncullah pria-pria metroseksual yang sangat memperhatikan penampilannya.
b. Wanita sebagai bread-winner
Wanita modern mulai mereposisi dirinya sebagai bread-winner (pencari nafkah).Hal ini membuat pria metroseksual krisis identitas karena peran yang sejak lama menjadi dasar dalam hubungan sosialnya telah diambil alih. Namun hal ini tidak membuat kaum pria mengalami disorientasi diri, sebaliknya kaum pria justru melihat adanya ruang yang luas bagi proses rekonstruksi identitasnya yang baru sehingga muncullah pria metroseksual. Penyebab munculnya pria-pria metroseksual yaitu dikarenakan naiknya gerakan feminisme dan jatuhnya norma keluarga inti (nuclear family) serta banyaknya wanita yang bekerja membuat pria tidak berhak mengklaim diri sebagai pemimpin dan tidak berhak pula mengklaim maskulin, sehingga mereka merekonstruksi jati diri mereka menjadi pria metroseksual.
Daftar Pustaka
- Kertajaya, Hermawan. 2004. Metroseksual In Venus. Jakarta: Mark Plus & Co.
- Waluyo, Prayogo W. 2014. Metroseksual Sebagai Komunikasi FashionPria Urban. Jurnal Ilmiah Sosial dan Humaniora, Vol.8, No.1.
- Hudiandy, Dicky. 2010. Interaksi Simbolik Pria Metroseksual di Kota Bandung (Suatu Fenomenologi Interaksi Simbolik Pria Metroseksual Pada Sosok Sales Promotion Boy di Kota Bandung). Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
- Mopangga, Herwin. 2010. Intelektual Metroseksual & (Calon) Pemimpin Kita. Online.
- Kotler, P., & Amstrong, G. 1997. Prinsip-prinsip pemasaran. Jakarta: Erlangga.