Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Tanaman dan Minyak Nilam

Nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili labiatae, kelas Angiospermae dan devisi Spermatophyta. Tanaman nilam merupakan jenis tanaman berakar serabut, bentuk daun bervariasi dari bulat hingga lonjong dan batangnya berkayu dengan diameter berkisar antara 10 - 20 mm. Sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3 - 5 cabang per tingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius cabang selebar kurang lebih 60 cm (Sahwalita dan Herdiana, 2016).

Tanaman dan Minyak Nilam

Daun tanaman nilam berbentuk bulat telur sampai bulat panjang (lonjong). Secara visual daun nilam mempunyai ukuran panjang antara 5 cm -11 cm, berwarna hijau, tipis, tidak kaku, dan berbulu pada permukaan bagian atas. Daun terletak duduk berhadap-hadapan. Bagian bawah daun dan ranting berbulu halus, batang dengan diameter 10- 20mm membentuk segi empat, serta sebagian besar daun yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan satu sama lain. Jumlah cabang yang banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara 3-5 cabang per tingkat (Rukmana, 2003).

Tanaman nilam merupakan tanaman rempah-rempah aromatik yang berasal dari India dan Ceylon. Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parennial). Tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh tegak, memiliki banyak percabangan, bertingkat-tingkat, dan mempunyai aroma yang khas. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan minyak (Patchouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri.

Tanaman nilam termasuk suku (famili) Labiatae yang memiliki sekitar 200 genera, antara lain Pogostemon. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan kedudukan tanaman nilam diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2003): 

  • Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) 
  • Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) 
  • Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) 
  • Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) 
  • Ordo : Labiatales Famili : Labiatae 
  • Genus : Pogostemon 
  • Spesies : Pogostemon cablin Benth.


Jenis-jenis Tanaman Nilam 

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Menurut Kardinan dan Ludi (2004), terdapat tiga jenis tanaman nilam, yaitu sebagai berikut: 

  1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth atau Pogostemon patchouli). Banyak diusahakan di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam Aceh sebesar 2,5-5,0 %. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi. 
  2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth). Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan pulau Jawa. Nilam Jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing, dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang rendah yaitu 0,5-1,5 %. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India hingga Filipina. 
  3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth). Nilam ini tidak berbunga. Daunnya dapat digunakan untuk mencuci tangan atau pakaian. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi mencapai 0,5 - 1,2 m. Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam Aceh, namun kandungan minyaknya rendah yaitu hanya 0,5 - 1,5%.


Syarat Tumbuh Tanaman Nilam 

Menurut Nuryani (2006), tanaman nilam memiliki beberapa syarat yang dibutuhkan untuk tumbuh dengan baik, antara lain yaitu:

a. Tinggi Tempat 

Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut, tetapi akan tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 50 - 400 mdpl . Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar patchouli alcohol lebih rendah, sebaliknya pada dataran tinggi kadar minyak rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi.

b. Jenis Tanah 

Tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus, kaya lumut, tidak tergenang air seperti tanah Andosol yaitu tanahnya berwarna hitam dan Latosol tanahnya berwarna kemerahan, serta kemiringan < 150 merupakan tanah yang sangat sesuai untuk tanaman nilam.

c. Keasaman tanah 

Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman herba lainnya, namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan kemasaman yang sesuai untuk pertumbuhannya. Nilam dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara 6 - 7.

d. Suhu, Iklim dan Kelembaban 

Kondisi ekologi yang sesuai dengan jenis tanaman, akan menyebabkan tanaman tumbuh secara maksimal. Tanaman nilam menghendaki iklim sedang dengan suhu yang panas dan lembab. Suhu optimum untuk tanaman nilam adalah 24 - 28° C dengan kelembaban relatif antara 70 - 90 %.

e. Curah Hujan dan Intensitas Cahaya Matahari 

Nilam menghendaki intensitas cahaya matahari antara 75-100% dan apabila tanaman kurang mendapat sinar matahari (ternaungi), maka kadar minyak nantinya akan rendah. Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya adalah sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas tanaman. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan relatif tinggi antara 2.000 - 3.500 mm per tahun dengan penyebarannya merata sepanjang tahun.


Kandungan Senyawa Kimia Tanaman Nilam 

Senyawa yang ditemukan dalam tanaman nilam antara lain flavonoid, saponin, tanin, steroid, serta senyawa minyak atsiri. Adapun penjelasan kandungan senyawa kimia yang terkandung pada tanaman nilam antara lain adalah sebagai berikut:

a. Flavonoid 

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon yang terdiri atas dua cincin benzene tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Pengelompokan flavonoid berdasarkan pada cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, bunga, buah dan biji. Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, anti virus, anti radang, anti kanker, dan anti alergi.

b. Saponin 

Saponin merupakan senyawa sekunder yang ditemukan pada banyak tanaman di bagian akar, kulit, daun, biji, dan buah yang berfungsi sebagai sistem pertahanan. Keberadaan saponin dapat dicirikan dengan adanya rasa pahit, pembentukan busa yang stabil pada larutan cair. Senyawa saponin merupakan senyawa aktif yang kuat dan di klasifikasikan oleh struktur aglikon ke dalam triterponoid dan steroid, dimana kedua senyawa tersebut mempunyai berbagai macam sifat biologis seperti kemampuan hemolitik, aktivitas anti bakterial, anti molluska, aktivitas anti virus, aktivitas sitotoksik atau anti kanker.

c. Tanin 

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, antibakteri, dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut. Tanin dihasilkan oleh tumbuhan hijau baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda.

d. Steroid 

Steroid merupakan salah satu golongan senyawa metabolit sekunder. Golongan senyawa tersebut diketahui mempunyai aktivitas bio insektisida, antibakteri, anti fungi, dan anti diabetes. Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonnya.

e. Minyak Atsiri 

Minyak atsiri yang biasa disebut sebagai minyak eteris atau minyak yang mudah menguap dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Minyak atsiri nilam atau minyak nilam (Patchouli oil) pada bidang farmasi digunakan untuk obat anti radang, anti mikroba, anti serangga, anti depresi dan aroma terapi. Komponen-komponen kimia penyusun minyak nilam yang mempunyai persentase terbesar adalah patchouli alkohol (32,60%), guaiene (23,07%), a-guaiene (15,91%), seychellene (6,95%) dan a-patchoulene (5,47%).


Manfaat dan Kegunaan Tanaman Nilam 

Tanaman nilam (Pogostemon Patchouli) disebut juga sebagai Pogostemon cablin Benthmerupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan berbatang segi empat. Daun kering ini disuling untuk mendapatkan minyak nilam (pacthouli oil) yang banyak digunakan dalam berbagai kegiatan industri. Fungsi utama minyak nilam sebagai bahan baku (fiksatif) dari komponen kandungan utamanya yaitu patchouli alkohol (C15H26) dan sebagai bahan pengendali penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama (Mangun, 2008).

Tanaman nilam juga telah lama dipergunakan secara umum pada obat-obatan tradisional di China, India, dan Arab yaitu berkhasiat sebagai aprodisiak (obat kuat), anti septik, meringankan sakit kepala dan demam. Berbagai negara di Asia telah lama memanfaatkan nilam sebagai obat tradisional seperti anti stres, antioksidan, anti inflamasi dan anti mikroba. Daun nilam segar digunakan sebagai pencuci rambut, sedangkan daun nilam kering dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan dan sebagai corrigens dalam beberapa jamu (suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki aroma, rasa, dan penampilan jamu tersebut) (Rukmana, 2003).


Penyulingan Minyak Nilam 

a. Kandungan minyak nilai 

Minyak nilam atau disebut Patchouli oil, kata patchouli berasal dari kata pacholi yaitu nama jenis tanaman yang banyak terdapat di tanah Hindustan (india). Minyak nilam terdiri dari campuran persenyawaan terpen dengan alkohol-alkohol, aldehid dan ester-ester yang memberikan bau khas, misal patchouli alcohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen terbesar. Patchouli alkohol merupakan seskuiterpen alkohol yang dapat diisolasi dari minyak nilam, tidak larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik lain, mempunyai titik didih 1.400C/8mmHg, kristal berwarna putih dengan titik lebur 560C. Menurut Sastrohamidjojo (2004), beberapa karakteristik minyak nilam dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Kandungan senyawa kimia minya nilam

b. Penyulingan minyak nilam 

Minyak nilam umumnya diperoleh dengan cara penyulingan menggunakan uap atau disebut juga dengan cara Hidrodestilasi (penyulingan dengan uap air). Penyulingan sendiri didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Cara lain adalah mengalirkan uap jenuh (saturated or superheated) dari ketel pendidih air ke dalam ketel penyulingan. Dengan penyulingan ini akan dipisahkan zat-zat bertitik didih tinggi dari zat-zat yang tidak dapat menguap. Dengan kata lain penyulingan adalah proses pemisahan komponen-komponen campuran dari dua atau lebih cairan berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-masing komponen tersebut (Santoso, 1997).

Menurut Guenther (1987), Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode penyulingan, yaitu: 

  1. Penyulingan dengan air (Water Distillation). Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan langsung. Ciri khas metode ini adalah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. 
  2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation). Pada metode ini, bahan olah diletakan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah 1) uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas, 2) bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. 
  3. Penyulingan dengan uap langsung (Steam Distillation). Prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan di atas, kecuali air tidak diisikan dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada tekanan lebih dari 1 atm. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar yang berpori yang terletak di bawah bahan dan uap bergerak ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan.

c. Prinsip kerja penyulingan 

Prinsip kerja penyulingan yaitu dengan menggunakan metode uap dan air. Bahan ditempatkan di atas saringan dan tidak berhubungan dengan air tetapi berhubungan dengan uap. Menurut (Nuryani, 2005), bagian-bagian utama komponen penyulingan adalah sebagai berikut:

Prinsip Kerja Penyulingan Minyak Nilam

  1. Ketel suling. Ketel suling dibuat dari besi dengan memanfaatkan drum. Satu set alat suling hanya memiliki 1 ketel suling. Ketel suling berbentuk silinder dan berdiameter 50 cm dan tinggi 1 m. Daya tampung ketel suling ini adalah 2 karung nilam kering (1 karung nilam kering memiliki berat 30 - 36 kg). Ketel suling dilengkapi dengan tutup yang dapat ditutup dan dibuka. Saringan diletakkan di antara bahan suling dan air. Waktu yang diperlukan untuk melakukan 1 kali penyulingan rata-rata adalah 5 jam. 
  2. Pipa pendingin. Pipa pendingin berfungsi untuk mengembunkan uap air dan minyak. Pipa pendingin yang digunakan berbentuk pipa panjang berdiameter 10 cm. Pipa ini berada di antara ketel suling dan penampung hasil dan berbentuk huruf L. Pada sebagian pipa dialirkan air yang cukup secara kontinu ke dalam genangan air. 
  3. Penampung hasil. Alat penampung berfungsi untuk menampung hasil suling yang keluar dari pipa pendingin. Alat ini terbuat dari kaleng yang dilengkapi 2 buah keran yang terdapat di bagian atas dan bawah. Minyak nilam memiliki berat jenis yang lebih kecil dibanding dengan air, sehingga minyak akan berada di bagian atas. Minyak nilam dikeluarkan melalui keran yang terletak di bagian atas sedangkan air dibuang melalui keran yang berada di bagian bawah. 


Daftar Pustaka

  • Sahwalita., dan Herdiana, N. 2015. Mengenal nilam (Pogostemon Cablin Benth) Tanaman Perdu Penghasil Minyak Astiri. Kelompok Citra Lestari Desa Napallicin, Kecamatan Ulu Rawas, Musi Rawas Utara.
  • Rukmana, Rahmat. 2003. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Yogyakarta: Kanisius.
  • Kardinan, A., dan Ludi. 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetik. Jakarta: Agromedia Pustaka.
  • Nuryani, Y. 2006. Jurnal Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika
  • Nuryani, Y., Emmyzar, dan Wiratno. 2005. Budidaya Tanaman Nilam. Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatika
  • Mangun, H.M.S. 2008. Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya.
  • Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  • Santoso, H.B. 1997. Bertanam Nilam, Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: Kanisius.
  • Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri jilid I. Jakarta: UI Press.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Tanaman dan Minyak Nilam. Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2020/09/tanaman-dan-minyak-nilam.html