Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA)
Model Pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) adalah strategi pembelajaran dengan cara menganalisis permasalahan melalui berbagai cara dengan pendekatan berbasis heuristis, mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, mengidentifikasi perbedaan, dan menyusun sub-sub masalahnya sehingga terjadi konektivitas sehingga mendapatkan hasil akhir sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Means Ends Analysis (MEA) merupakan model pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang ditemukan oleh Newell dan Simon pada tahun 1972. MEA adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving). Pada awalnya metode ini merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam Artificial Intelligence untuk mengontrol upaya pencarian dalam program komputer pemecahan masalah. Tujuan pembelajaran menggunakan metode MEA yakni siswa diharapkan mampu mendesain dengan benar perencanaan penyelesaian masalah yang diawali dengan membuat perencanaan pemecahan masalah.
Secara terminologi MEA terdiri dari tiga suku kata yaitu; means yang berarti banyaknya cara, end yang berarti akhir atau tujuan, dan analysis yang berarti analisis atau menyelidiki secara sistematis. Jadi, Means Ends Analysis adalah model pembelajaran yang menganalisis suatu masalah dengan bermacam cara sehingga diperoleh hasil atau tujuan akhir. MEA merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui (problem state) dan tujuan tujuan yang akan dicapai (goal state) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada di antara permasalahan dan tujuan.
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) dari beberapa sumber buku:
- Menurut Huda (2013), MEA adalah strategi untuk menganalisis permasalahan melalui berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Strategi MEA memisahkan permasalahan yang diketahui dan tujuan yang akan dicapai yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada di antara permasalahan dan tujuan.
- Menurut Shoimin (2014), MEA adalah metode pemikiran sistem yang dalam penerapannya merencanakan tujuan keseluruhan. Tujuan tersebut disajikan dalam beberapa tujuan yang pada akhirnya menjadi beberapa langkah atau tindakan berdasarkan konsep yang berlaku.
- Menurut Masturoh dkk (2014), MEA adalah suatu model pembelajaran yang merupakan variasi antara metode pemecahan masalah yang menganalisa suatu masalah dengan bermacam cara sehingga mendapatkan hasil atau tujuan akhir.
- Menurut Suherman (2008), MEA adalah model pembelajaran variasi antara model pemecahan masalah dengan sintak yang menyajikan materi pada pendekatan pemecahan berbasis heuristis, mengelaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, mengidentifikasi perbedaan, menyusun sub-sub masalahnya sehingga terjadi konektivitas.
Tujuan Pembelajaran Means Ends Analysis
Model pembelajaran Means Ends Analysis merupakan strategi yang memisahkan permasalahan yang diketahui dan tujuan yang akan dicapai yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara untuk mereduksi perbedaan yang ada di antara permasalahan dan tujuan. Sehingga di dalam pembelajaran Means Ends Analysis terdapat adanya unsur berpikir.
Model pembelajaran Means Ends Analysis merupakan metode pemikiran sistem dengan tujuan sebagai berikut:
- Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan konsep yang dimilikinya serta penguasaan peserta didik terhadap materi yang akan dibelajarkan.
- Melatih peserta didik untuk mampu berpikir secara cermat dalam menyelesaikan masalah.
- Mengembangkan berpikir reflektif, kritis, logis, sistematis, dan kreatif.
- Meningkatkan hasil belajar dengan kerja sama kelompok.
Penggunaan model pembelajaran Means Ends Analysis dapat lebih memotivasi peserta didik untuk saling bekerja sama, berpartisipasi aktif, dan menarik perhatian peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, sehingga materi pelajaran yang dipelajari lebih mudah dipahami. Selain itu, dengan model pembelajaran Means Ends Analysis peserta didik diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, mampu berpikir kreatif dan cermat sehingga memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.
Sintak Pembelajaran Means Ends Analysis
Menurut Huda (2013), terdapat tiga sintak atau ketentuan dasar dalam menerapkan model pembelajaran Means Ends Analysis (MEA), yaitu sebagai berikut:
- Identifikasi perbedaan antara Current State dan Goal State. Pada tahap ini siswa dituntut untuk memahami dan mengetahui konsep-konsep dasar matematika yang terkandung dalam permasalahan matematika yang diberikan. Bermodalkan pemahaman terhadap konsep, siswa dapat melihat sekecil apa pun perbedaan yang terdapat antara Current State dan Goal State.
- Organisasi Subgoals. Pada tahap ini, siswa diharuskan untuk menyusun subgoals dalam menyelesaikan sebuah masalah. Penyusunan ini dimaksudkan agar siswa lebih fokus dalam memecahkan masalahnya secara bertahap dan terus berlanjut sampai akhirnya goal state dapat tercapai.
- Pemiihan Operator atau Solusi. Pada tahap ini, setelah subgoals terbentuk, siswa dituntut untuk memikirkan bagaimana konsep dan operator yang efektif dan efisien untuk memecahkan subgoals tersebut. Terpecahkannya subgoals akan menuntun pemecahan goal state yang sekaligus juga bisa menjadi solusi utama.
Adapun menurut Suherman (2008), sintak atau ketentuan umum model pembelajaran Means Ends Analysis adalah sebagai berikut:
- Menyajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristis, yaitu memecahkan masalah ke dalam dua atau lebih sub tujuan.
- Mengolaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, di sini siswa dituntut untuk membagi masalah menjadi beberapa bagian, dimana masing-masing bagian bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memecahkan masalah.
- Mengidentifikasi perbedaan, yaitu mengidentifikasi masalah yang sudah terbagi menjadi beberapa bagian. Siswa harus mengetahui pernyataan sekarang (the current state of the problem) dan tujuan yang hendak dicapai (the goal state).
- Menyusun sub-sub masalah sehingga terjadi konektivitas, tahap ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyusun kembali sub-sub masalah agar mencapai tujuan yang hendak dicapai atau hasil akhir.
- Pilih strategi solusi, yaitu pada tahapan ini peserta didik menyelesaikan masalah dengan strategi solusi yang tepat terhadap permasalahan yang diberikan.
Langkah-langkah Pembelajaran Means Ends Analysis
Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran Means Ends Analysis (MEA) menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator, materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk saji, tetapi harus merupakan temuan dari siswa sehingga pembelajaran akan semakin bermakna.
Menurut Huda (2013), langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pembelajaran MEA adalah sebagai berikut:
- Guru menyajikan materi dengan pendekatan masalah berbasis heuristis.
- Guru mendeskripsikan hasil yang diinginkan.
- Siswa mengelaborasi kondisi-kondisi atau syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akhir (end state).
- Siswa membuat submasalah-submasalah yang lebih sederhana, seperti objek, karakteristik, skill, perilaku, syarat-syarat khusus, dan sebagainya.
- Siswa mendeskripsikan kondisi terkini berdasarkan submasalah-submasalah tersebut.
- Siswa mengidentifikasi perbedaan-perbedaan.
- Siswa menyusun submasalah-submasalah sehingga terjadi konektivitas.
- Siswa menganalisis (analyze) cara-cara (means) yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
- Siswa mengonstruksi dan menerapkan rencana.
- Siswa memilih strategi solutif yang paling mungkin untuk memecahkan masalah yang sama.
- Siswa melakukan review, evaluasi, dan revisi.
Sedangkan menurut Shoimin (2014), tahapan atau langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Means Ends Analysis (MEA) adalah sebagai berikut:
- Tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa.
- Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Siswa dibantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas dan lain sebagainya).
- Siswa dikelompokkan menjadi 5 atau 6 kelompok (kelompok yang dibentuk harus homogen). Masing-masing kelompok diberi tugas atau soal pemecahan masalah.
- Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi masalah, menyederhanakan masalah, hipotesis, mengumpulkan data, membuktikan hipotesis, dan menarik kesimpulan.
- Siswa dibantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
- Siswa dibimbing untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Kelebihan dan Kekurangan Means Ends Analysis
Setiap model atau metode pembelajaran biasanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu guru sebagai pendidik harus bisa mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan tersebut kemudian menutupinya dengan kombinasi model pembelajaran lainnya. Menurut Shoimin (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Means Ends Analysis adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Means Ends Analysis
Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran Means Ends Analysis yaitu:
- Siswa dapat terbiasa untuk memecahkan/menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah.
- Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
- Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika.
- Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka sendiri.
- Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelompok.
- Strategi heuristis dalam Means-Ends Analysis memudahkan siswa dalam memecahkan masalah matematika.
b. Kekurangan Means Ends Analysis
Kekurangan atau kelemahan model pembelajaran Means Ends Analysis yaitu:
- Membuat soal pemecahan masalah yang bermakna bagi siswa bukan merupakan soal yang mudah.
- Mengemukakan masalah yang berlangsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa mengalami kesulitan bagaimana merespon masalah yang diberikan.
- Lebih dominan soal pemecahan masalah terutama soal yang terlalu sulit untuk dikerjakan, terkadang membuat siswa jenuh.
- Sebagian siswa merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
Daftar Pustaka
- Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
- Masturoh, Umi, dkk. 2014. Implementasi Pembeelajaran MEA Berbantuan Cabri 3D Terhadap Hasil Belajar Materi Jarak. Jurnal UJME Maret 2014.
- Suherman, Erman, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Remaja Rosdakarya.