Definisi, Metode Pencatatan, Penilaian dan Perputaran Persediaan
Persediaan (inventory) adalah sejumlah barang jadi, barang baku atau barang dalam proses yang dimiliki oleh perusahaan untuk proses produksi atau untuk memenuhi permintaan pelanggan. Persediaan merupakan aset lancar yang tidak likuid serta paling sering mengalami kerugian/kehilangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2014), persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan /atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Persediaan digunakan untuk mengindikasikan barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam bisnis perusahaan dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.
Berikut definisi dan pengertian persediaan dari beberapa sumber buku:
- Menurut Assauri (2004), persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
- Menurut Handoko (2000), persediaan adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjukan segala sesuatu atau sumber daya yang disimpan sebagai antisipasi pemenuhan terhadap munculnya permintaan.
- Menurut Sugiri (2013), persediaan adalah aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi untuk kemudian dijual atau dalam bentuk perlengkapan dalam proses produksi atau pemberi jasa.
- Menurut Kartikahadi (2012), persediaan adalah salah satu aset lancar signifikan bagi perusahaan pada umumnya terutama perusahaan dagang, manufaktur, pertanian, kehutanan, pertambangan, kontraktor bangunan dan penjual jasa tertentu.
- Menurut Soemarso (2010), persediaan adalah bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Di samping itu, persediaan adalah aktiva dimana kemungkinan kerugian/kehilangan paling sering terjadi.
- Menurut Rudianto (2009), persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diproses lanjut.
Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Rudianto (2009), terdapat dua metode yang digunakan dalam pencatatan persediaan, yaitu sebagai berikut:
a. Metode fisik (Periodik)
Metode fisik atau disebut juga metode periodik adalah metode pengelolaan persediaan, dimana arus keluar masuknya barang tidak dicatat secara rinci sehingga untuk mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan perhitungan barang secara fisik (stock opname) di gudang. Penggunaan metode fisik mengharuskan perhitungan barang yang ada (tersisa) pada akhir periode akuntansi ketika menyusun laporan keuangan.
Menurut metode ini semua pembelian dan penjualan barang tidak dibukukan dalam perkiraan persediaan sehingga dalam buku besar tidak terlihat jumlah persediaan. Pencatatan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi dengan cara menghitung, mengukur, dan menimbang secara fisik barang-barang yang ada di gudang. Oleh karena itu, jika menggunakan metode fisik, maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok persediaan baru dapat dihitung atau diketahui bila persediaan akhir sudah dihitung.
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut:
- Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam suatu catatan tertentu.
- Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
- Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
b. Metode Perpetual
Metode perpetual adalah metode pengelolaan persediaan dimana arus masuk dan arus keluar persediaan dicatat secara rinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan kartu stok yang mencatat secara rinci keluar masuknya barang digudang berserta harganya.
Menurut metode ini, semua pemasukan pembelian dan semua pengeluaran atau penjualan barang dibukukan ke dalam perkiraan persediaan dari barang yang bersangkutan dan harganya sebesar harga pembeliannya. Dengan demikian dapat diketahui setiap saat secara tertulis jumlah persediaan dan mutasinya. Oleh sebab itu, dengan hanya melihat catatan dalam perkiraan perusahaan sudah dapat mengetahui setiap saat berapa sisa persediaan yang masih ada di gudang.
Dalam metode perpetual setiap jenis persediaan dibuatkan rekening tersendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku pembantu persediaan bisa diawasi dalam rekening persediaan barang dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan saldo persediaan.
Ciri-ciri pengelolaan persediaan dengan sistem perpetual adalah sebagai berikut:
- Setiap terjadi pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening persediaan barang.
- Setiap terjadi pengeluaran barang (penjualan) dicatat mengkredit persediaan sejumlah harga pokok penjualan.
- Setiap saat dapat diketahui jumlah kuantitas sisa atau saldo persediaan.
Metode Penilaian Persediaan
Menurut Baridwan (2013), metode penilaian persediaan diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Metode harga pokok
Metode harga pokok yaitu jumlah seluruh pengeluaran untuk memperoleh barang tersebut siap untuk dijual atau dipakai. Dalam harga pokok ini termasuk di dalamnya harga faktur dikurangi dengan potongan pembelian, ditambah dengan biaya pengangkutan, biaya asuransi, biaya penyimpanan dan biaya-biaya iklan yang berhubungan dengan persediaan, sampai persediaan tersebut siap untuk dipakai dan dijual kembali.
Untuk menerangkan metode harga pokok ini dapat digunakan berbagai cara sebagai berikut:
- Metode identifikasi khusus. Metode ini digunakan jika persediaannya yang ada dapat ditentukan asal pembeliannya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan masing-masing kelompok diurutkan ke kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui.
- Metode rata-rata. Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk diproduksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata.
- Metode FIFO atau masuk pertama keluar pertama. Dalam metode ini harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila terjadi penjualan dan pemakaian barang yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Dengan demikian persediaan dibebani harga pokok yang terakhir dan sebelumnya sampai persediaan cukup.
- Metode LIFO atau masuk terakhir keluar pertama. Dalam metode ini barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok, pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumnya, sehingga persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama.
b. Metode harga pokok atau harga pasar yang rendah
Sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, persediaan barang akan dicantumkan dalam neraca dengan nilai sebesar harga pokok, tetapi dalam keadaan-keadaan tertentu penyimpanan dari prinsip harga pokok dapat dibenarkan.
Penyimpanan dalam penilaian atas harga pokok atau perolehan dapat dilakukan dalam hal-hal jika ternyata manfaat dari persediaan tidak lagi sepadan dengan harga pokok yang bersangkutan, misalnya karena kerusakan fisik, susut perubahan tingkat harga atau sebab-sebab lain, maka lazimnya persediaan dinyatakan sebesar harga terendah antara harga pokok dengan harga pasar.
c. Metode harga jual
Penyimpanan dari harga pokok (cost) dan penilaian persediaan dengan harga jual bersihnya dapat diterima dengan syarat:
- Adanya kepastian bahwa barang-barang itu akan dapat segera dijual dengan harga ditetapkan.
- Merupakan produk standar yang pasarnya mampu menampung, serta sulit ditentukan dengan harga pokoknya.
Perputaran Persediaan
Menurut Kieso dan Weygandt (2008), rasio keuangan yang digunakan dalam pengelolaan dan evaluasi tingkat persediaan adalah rasio perputaran persediaan. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio), mengukur berapa kali secara rata-rata persediaan terjual selama satu periode. Tujuannya adalah untuk mengukur likuiditas persediaan. Persediaan rata-rata dihitung dengan menambah persediaan awal dengan persediaan akhir lalu dibagi dua.
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali (secara rata-rata) persediaan barang dijual dan diganti selama suatu periode. Makin tinggi rasio perputaran persediaan maka makin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan. Semakin tinggi perputaran persediaan, semakin efisien manajemen persediaan perusahaan. Sebaliknya perputaran persediaan yang rendah merupakan tanda dari persediaan yang berlebihan dan persediaan yang lambat peredarannya.
Jumlah hari yang diperlukan untuk menjual semua persediaan yaitu periode penjualan rata-rata (average sale period) dapat dihitung dengan membagi 365 dengan angka perputaran persediaan.
Periode penjualan rata-rata dihitung dengan rumus:
Periode penjualan rata-rata berbeda antara industri yang satu dengan industri yang lain. Perusahaan yang rasio perputaran persediaannya jauh lebih lambat daripada rata-rata industrinya mungkin mempunyai terlalu banyak persediaan atau memiliki komposisi persediaan yang salah. Persediaan yang berlebihan meningkatkan dana yang dapat digunakan untuk operasi yang lain. Pembelian persediaan yang berlebih akan meningkatkan risiko keusangan dan kerusakan.
Daftar Pustaka
- Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga.
- Handoko, T.H. 2000. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
- Sugiri, Slamet. 2013. Akuntansi Pengantar 2 Berbasis SAK ETAP 2009. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
- Kartikahadi, Hans, dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat.
- Soemarso. 2010. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Rudianto. 2009. Pengantar akuntansi. Jakarta: Erlangga.
- Baridwan, Zaki. 2013. Intermedite Accounting. Yogyakarta: BPFE.
- Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.