Piutang (Pengertian, Jenis, Faktor yang Mempengaruhi dan Rasio Perputaran)
Piutang adalah klaim sejumlah uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lain yang timbul karena adanya transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit. Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar penjualan.
Piutang merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja. Dalam keadaan normal, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi daripada persediaan, karena perputaran piutang ke kas hanya mempunyai satu langkah saja agar dapat menjadi uang tunai.
Piutang menjadi tuntutan atau klaim antara pihak yang akan memperoleh pembayaran dengan pihak yang akan membayar kewajibannya. Pengelolaan piutang secara efisien sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap keuangan perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara saksama.
Berikut definisi dan pengertian piutang dari beberapa sumber buku:
- Menurut Sutrisno (2009), piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat dari penjualan secara kredit.
- Menurut Syamsudin (2007), piutang adalah tagihan yang timbul karena adanya transaksi secara kredit oleh perusahaan kepada langganannya.
- Menurut Alexandri (2009), piutang adalah sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit pada perusahaan.
- Menurut Horne dan Wachowicz (2005), piutang adalah jumlah uang yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa secara kredit.
- Menurut Kieso dkk (2011), piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak lainnya.
Jenis-jenis Piutang
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umunya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu piutang juga dapat timbul dari adanya usaha di luar kegiatan pokok perusahaan.
Menurut Manullang dan Sinaga (2005), terdapat dua jenis piutang, yaitu:
- Piutang usaha. Piutang usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung dengan tagihan tertulis oleh debitur kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel.
- Piutang lain-lain. Piutang lain-lain merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun jasa dalam kegiatan normal perusahaan.
Menurut Kieso dkk (2008), berdasarkan tujuan laporan keuangan, piutang dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Piutang lancar (jangka pendek). Piutang ini diharapkan akan tertagih dalam waktu satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan.
- Piutang tidak lancar (jangka panjang). Piutang yang akan tertagih dalam waktu lebih dari satu tahun atau lebih dari satu siklus operasi berjalan.
Masih menurut Kieso dkk (2008), di dalam neraca laporan keuangan, piutang diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu:
- Piutang Dagang. Piutang dagang merupakan jumlah terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya paling signifikan dimiliki perusahaan. Piutang dagang diklasifikasikan menjadi Piutang Usaha dan Wesel Tagih.
- Piutang Non Dagang. Piutang non dagang berasal dari berbagai transaksi dan dapat berupa janji tertulis untuk membayar atau mengirimkan sesuatu. Piutang ini timbul dari berbagai transaksi uang muka kepada karyawan dan staf, uang muka kepada anak perusahaan, deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan, deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran, piutang dividen dan bunga serta klaim terhadap perusahaan asuransi untuk kerugian dipertangguhkan, terdakwa dalam suatu perkara hukum, serta badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak.
Faktor yang Mempengaruhi Piutang
Menurut Riyanto (2010), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah piutang, yaitu sebagai berikut:
1. Volume penjualan kredit
Volume penjualan kredit yang diberikan kepada pelanggan akan ikut menentukan besar kecilnya investasi dalam piutang. Semakin besar volume penjualan kredit akan semakin besar investasi pada piutang. Demikian sebaliknya bila volume penjualan kredit maka akan menurunkan investasi pada piutang.
2. Syarat pembayaran penjualan kredit
Dalam penjualan kredit selalu tertera kapan piutang tersebut jatuh tempo dan apakah ada diskon yang diberikan. Misalnya ada syarat pembayaran 5/10-n/60, artinya bila piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal penjualan akan diberikan diskon 5%, dan batas akhir pembayaran selama 60 hari. Semakin panjang jangka waktu kredit yang diberikan semakin besar investasi pada piutang.
3. Ketentuan tentang pembatasan kredit (plafon kredit)
Pada sistem penjualan kredit, masing-masing pelanggan akan diberi batas maksimal kredit yang bisa diambil (plafon kredit). Plafon kredit untuk masing-masing pelanggan tidak harus sama, tetapi tergantung dari besarnya usaha dimiliki oleh pelanggan. Semakin besar besar plafon diberikan untuk pelanggan semakin besar investasi dalam piutang.
4. Kebiasaan membayar pelanggan
Semua piutang yang diperkirakan akan terealisasikan menjadi kas dalam setahun di neraca disajikan dalam pada bagian aktiva lancar. Kebiasaan membayar ini menyangkut pemanfaatan discount period oleh pelanggan, artinya semakin pelanggan memanfaatkan discount period, semakin kecil investasi yang ditanamkan dalam piutang.
5. Kebijakan dalam pengumpulan piutang
Biasanya diberikan piutang jauh lebih mudah dibandingkan dengan penagihannya. Oleh karena itu perusahaan yang menerapkan kebijakan dalam pengumpulan piutang sangat ketat dan ada longgar. Bila digunakan kebijakan sangat ketat, maka apabila ada pelanggan yang belum melunasi piutang pada saat jatuh tempo, tidak akan diberikan kredit sampai dilunasinya piutang tersebut. Tapi juga yang longgar sehingga walaupun belum membayar saat jatuh tempo masih diberikan kredit lagi. Dengan demikian semakin ketat kebijakan pengumpulan piutang semakin kecil investasi pada piutang, dan bila longgar piutangnya juga semakin besar.
Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Menurut Kasmir (2012), perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam satu periode atau kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu. Apabila tingkat perputaran piutang tinggi artinya semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai yang menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanam dalam piutang menjadi rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar.
Menurut Sutrisno (2009), perputaran piutang merupakan ukuran efektivitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran keefektifan pengelolaan piutang, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berarti semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat dipertinggi dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit misalnya dengan jalan memperpendek jangka waktu pembayaran.
Menurut Kasmir (2012), perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Rumus perputaran piutang adalah sebagai berikut:
Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Menurut Darsono (2006), piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan.
Daftar Pustaka
- Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.
- Syamsudin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Raja grafindo Persada.
- Alexandri, M.B. 2009. Manajemen Keuangan Bisnis: Teori dan Soal. Bandung: Alfabeta.
- Horne, V.J., dan Wachowicz, J.M. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan (Fundamental of Financial Management). Jakarta: Salemba Empat.
- Kieso, Weygandt, dan Warfield. 2011. Akuntansi Intermediate. Jakarta: Erlangga.
- Manullang, Marihot dan Sinaga, Dearlina. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi.
- Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE.
- Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
- Darsono. 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Diadit Media.