Kesadaran Diri (Self Awareness) - Pengertian, Aspek, Indikator dan Pembentukan
Self awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan seseorang dalam memahami kesadaran pikiran, perasaan, dan evaluasi diri sehingga dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, dorongan, dan nilai yang terjadi pada dirinya dan orang lain. Individu dengan self awareness yang baik bisa membaca situasi sosial, memahami orang lain, dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya sehingga dapat merefleksi diri, mengamati dan menggali pengalaman, termasuk mengendalikan emosi.
Ahli psikologi menyebut istilah lain dari kesadaran diri dengan nama metakognisi dan metamood, yaitu kesadaran orang akan proses berpikir dan kesadaran emosinya sendiri. Proses metakognisi menyebabkan individu dapat mengontrol aktivitas kognitifnya, sehingga dapat mengarahkannya untuk memilih situasi dan strategi yang tepat bagi dirinya di masa yang akan datang.
Self awareness atau kesadaran diri merupakan fondasi hampir semua unsur kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk memahami diri sendiri dan untuk berubah. Kesadaran diri adalah salah satu ciri yang unik dan mendasar pada manusia, yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Berikut definisi dan pengertian self awareness atau kesadaran diri dari beberapa sumber buku:
- Menurut Listyowati (2008), self awareness adalah keadaan dimana individu dapat memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya, yaitu kesadaran mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri. Individu yang memiliki self-awareness yang baik maka memiliki kemampuan mengontrol diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya.
- Menurut Koeswara (1987), self awareness adalah sebagai kapasitas yang memungkinkan manusia mampu mengamati dirinya sendiri maupun membedakan dirinya dari dunia (orang lain), serta kapasitas yang memungkinkan manusia mampu menempatkan diri di dalam waktu (masa kini, masa lampau, dan masa depan).
- Menurut Goleman (1996), self awareness adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, dorongan, nilai, dan dampaknya pada orang lain serta perhatian terus menerus terhadap batin seseorang, merefleksi diri, pikiran mengamati dan menggali pengalaman, termasuk emosi.
- Menurut Solso dkk (2007), self awareness adalah kesiapan (awareness) terhadap peristiwa yang di lingkungan sekitarnya dan peristiwa kognitif yang terdiri dari memori, pikiran, perasaan dan sensasi fisik.
Aspek-aspek Self Awareness
Menurut Ahmad (2008), kesadaran diri atau self awareness pada individu terdiri dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
- Konsep diri (self-concept). Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang diri mereka sendiri (karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional).
- Proses menghargai diri sendiri (self-esteem). Harga diri adalah dasar untuk membangun hubungan antar manusia yang positif, proses belajar, kreativitas serta rasa tanggung jawab pribadi. Harga diri merupakan semen yang merekat kepribadian individu menjadi satu struktur yang positif, utuh, dan efektif. Pada tiap tahapan kehidupan individu, harga diri inilah yang menentukan tingkat kemampuan mengolah sumber daya atau potensi yang dibawanya sejak lahir.
- Identitas diri individu yang berbeda-beda (mutiple selves). Identitas berbeda atau multiple selves adalah ketika individu melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika individu tersebut terlibat dalam suatu hubungan inter-personal, maka ia memiliki dua konsep diri. Pertama, persepsi mengenai diri sendiri, dan persepsi tentang orang lain terhadap diri individu itu sendiri. Kedua, identitas berbeda juga dapat dilihat dari bagaimana individu memandang diri ideal-nya. Yaitu saat bagian konsep diri memperlihatkan siapa diri individu yang sebenarnya dan bagian lain memperlihatkan ingin menjadi apa (idealisasi diri). Identitas ini disebut juga dengan kesadaran diri pribadi dan kesadaran diri publik.
Sedangkan menurut Goleman (1996), terdapat tiga aspek dalam kesadaran diri (self awareness) yaitu:
- Kemampuan dalam mengenali emosi serta pengaruh dari emosi tersebut. Individu dengan kecakapan ini akan mengetahui makna dari emosi yang mereka rasakan serta mengapa emosi tersebut terjadi, menyadari keterkaitan antara emosi yang dirasakan dengan apa yang dipikirkan, mengetahui pengaruh emosi mereka terhadap kinerja, serta mempunyai kesadaran yang dapat dijadikan pedoman untuk nilai-nilai dan tujuan-tujuan individu.
- Kemampuan pengakuan diri yang akurat meliputi pengetahuan akan sumber daya batiniah, kemampuan dan keterbatasan diri. Individu dengan kecakapan ini menyadari kelebihan dan kelemahan dirinya, menyediakan waktu untuk introspeksi diri, belajar dari pengalaman, dapat menerima umpan balik maupun perspektif baru, serta mau terus belajar dan mengembangkan diri. Selain itu individu juga menunjukkan rasa humor serta bersedia memandang diri dari banyak perspektif.
- Kemampuan mempercayai diri sendiri dalam arti memiliki kepercayaan diri dan kesadaran yang kuat terkait harga diri serta kemampuan dirinya. Individu dengan kecakapan ini berani untuk menyuarakan keyakinan dirinya sebagai cara untuk mengungkapkan eksistensi atau keberadaan dirinya, berani mengutarakan pandangan yang berbeda atau tidak umum dan bersedia berkorban untuk kebenaran, serta tegas dan mampu membuat keputusan yang tepat walaupun dalam keadaan yang tidak pasti.
Indikator Self Awareness
Menurut Goleman (1996), kesadaran diri atau self awareness pada individu dapat diketahui melalui beberapa indikator, antara lain yaitu sebagai berikut:
- Mengenali perasaan dan perilaku diri sendiri. Individu mampu mengenali perasaan apa yang sedang dirasakannya, mengapa perasaan itu muncul, perilaku apa yang dilakukan, serta dampaknya pada orang lain.
- Mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Individu mampu mengenali atau mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dirinya.
- Mempunyai sikap mandiri. Individu mempunyai sikap mandiri atau tidak bergantung pada orang lain yang menunjukkan adanya dorongan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang didasarkan pada keyakinan akan kemampuan diri sendiri.
- Dapat membuat keputusan dengan tepat. Individu mampu membuat atau mengambil keputusan dengan tepat khususnya yang berkenaan dengan perencanaan karier.
- Terampil dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, dan keyakinan. Individu memiliki keberanian dan kesadaran untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, pendapat, maupun keyakinan dirinya sendiri yang mencerminkan nilai-nilainya sendiri.
- Dapat mengevaluasi diri. Individu mampu memeriksa, menilai atau mengoreksi dirinya, belajar dari pengalaman, serta menerima umpan balik terkait dirinya dari orang lain.
Sedangkan menurut Adams (2008), ciri-ciri individu yang mempunyai self awareness atau kesadaran diri yang baik adalah sebagai berikut:
- Memahami diri sendiri. Individu dapat memahami keadaan dirinya, apa yang menjadi keinginannya ke arah yang baik. Misalnya, ia dapat mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya, apa pun yang dilakukannya merupakan gambaran dirinya sendiri, sehingga ia pun dapat bertanggungjawab pada dirinya sendiri.
- Menyusun tujuan hidup dan karier dengan tepat. Individu dapat melakukan perencanaan mengenai tujuan hidup dan karier di masa depan sesuai dengan bakat dan minat yang ia miliki.
- Membangun relasi dengan orang lain. Individu dapat membangun dan mengembangkan hubungan inter-personal secara lebih baik.
- Membangun nilai-nilai keberagamaan. Individu menjadikan agama sebagai salah satu pedoman yang akan menuntun hidupnya lebih bermakna, menyadari tujuan ia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa.
- Mampu menyeimbangkan antara tuntutan kebutuhan diri dengan kebutuhan komunitas. Individu tidak melulu dikuasai oleh egoisitas pribadi, tetapi juga dapat memahami kepentingan orang lain.
- Mengembangkan kontrol diri terhadap stimulus dengan tepat. Individu mampu mengontrol dirinya sendiri terhadap stimulus dengan kesadaran penuh mengenai baik dan buruknya stimulus tersebut terhadap dirinya.
Kerangka Pembentukan Self Awareness
Menurut Schafer (1996), dalam membentuk self awarenes atau kesadaran diri dalam diri seseorang dibutuhkan sebuah kerangka kerja yang terdiri dari lima elemen utama, yaitu sebagai berikut:
- Attention (atensi perhatian), adalah pemusatan sumber daya mental ke hal-hal eksternal maupun ienternal. Kita dapat mengarahkan atensi kita ke peristiwa-peristiwa eksteral maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat kita arahkan ke peristiwa eksternal dan internal.
- Wakefulness (kesiagaan/kesadaran), adalah kontinum dari tidur hingga terjaga. Kesadaran, sebagai suatau kondisi kesiagaan memiliki komponen arousal. Dalam bagian kerangka kerja awareness ini, kesadaran adalah suatu kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang kehidupannya. Kesadaran terdiri berbagai level awareness dan akseptasi yang berbeda, dan kita bisa mengubah kondisi kesadaran kita menggunakan berbagai hal.
- Architecture (Arsitektur), adalah lokasi fisik struktur fisiologis dan proses-proses yang berhubungan dengan struktur tersebut yang menyokong kesadaran. Sebuah konsep dari definitif dari kesadaran adalah bahwa kesadaran memiliki sejumlah struktur fisiologis (suatu struktur arsitektural). Diasumsikan bahwa kesadaran berpusat di otak dan dapat di definisikan melalui penyelidikan terhadap korelasi naural kesadaran di otak dan dapat diidentifikasikan melalui penyelidikan terhadap korelasi neural kesadaran.
- Recall of knowledge (mengingat pengetahuan), adalah proses pengambilan informasi tentang pribadi yang bersangkutan dengan dunia sekelilingnya.
- Self knowledge (pengetahuan diri), adalah pemahaman tentang informasi jati diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa anda adalah anda.
Tahapan Pembentukan Self Awareness
Menurut Sastrowardoyo (1991), untuk mencapai kesadaran diri yang baik, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, yaitu:
- Tahap ketidaktahuan. Tahap ini terjadi pada seorang bayi yang belum memiliki kesadaran diri, atau disebut juga dengan tahap kepolosan.
- Tahap berontak. Tahap ini identik memperlihatkan permusuhan dan pemberontakan untuk memperoleh kebebasan dalam usaha membangun inner strength. Pemberontakan ini adalah wajar sebagai masa transisi yang perlu dialami dalam pertumbuhan, menghentikan ikatan-ikatan lama untuk masuk ke situasi yang baru dengan keterikatan yang baru pula.
- Tahap kesadaran normal akan diri. Dalam tahap ini seseorang dapat melihat kesalahan-kesalahannya untuk kemudian membuat dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab. Belajar dari pengalaman-pengalaman sadar akan diri disini dimaksudkan satu kepercayaan yang positif terhadap kemampuan diri. Kesadaran diri ini memperluas pengendalian manusia atas hidupnya dan tahu bagaimana harus mengambil keputusan dalam hidupnya.
- Tahap kesadaran diri yang kreatif. Dalam tahapan ini seseorang mencapai kesadaran diri yang kreatif mampu melihat kebenaran secara objektif tanpa disimpangkan oleh perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan subjektifnya. Tahapan ini bisa diperoleh antara lain melalui aktivitas religius, ilmiah atau dari kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan-kegiatan yang rutin. Melalui tahapan ini seseorang mampu melihat hidupnya dari perspektif yang lebih luas, bisa memperoleh inspirasi-inspirasi dan membuat peta mental yang menunjukkan langkah dan tindakan yang akan diambilnya.
Daftar Pustaka
- Koeswara, E. 1987. Psikologi Eksistensial Suatu Pengantar. Bandung: Eresco.
- Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence Why it Can Matter More Than IQ. New York: Bantam Books.
- Solso, Robert, dkk. 2007. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.
- Ahmad, Abu, Dkk. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Adams, Glenn. 2008. Commemorating Brown: The Social Psychology of Racism and Discrimination. Washington DC: American Psychological.
- Schafer, Charles. 1996. Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta: Mitra Utama.
- Sastrowardoyo, Ina. 1991. Teori Kepribadian Rollo May. Jakarta: Balai pustaka.