Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kecanduan internet (Pengertian, Aspek, Jenis, Dampak dan Faktor yang Mempengaruhi)

Kecanduan internet (internet addiction) adalah sebuah sindrom atau gangguan obsesif kompulsif yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu secara berlebihan atau tidak terkontrol dalam penggunaan internet yang menimbulkan gejala ketergantungan sehingga menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan.

Kecanduan internet (Pengertian, Aspek, Jenis, Dampak dan Faktor yang Mempengaruhi)

Internet addiction telah menjadi masalah serius dan dianggap sebagai salah satu masalah kejiwaan. Pecandu internet adalah individu yang memiliki kecenderungan yang kuat dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang hanya dilakukan sendiri (solitary activities) dan membatasi aktivitas sosial. Internet addiction pertama kali dikenalkan oleh Ivan Goldberg pada tahun 1995. Adiksi internet digambarkan sebagai suatu keadaan patologis atau gangguan karena terlalu sering menggunakan internet termasuk berbagai perilaku dan pengendalian impuls dalam menggunakan internet. 

Kecanduan internet merupakan keinginan yang tidak bisa terkendali untuk online, disertai dengan waktu yang dihabiskan delam jaringan, kegugupan dan agresi dalam situasi di mana Internet tidak dapat diakses, dan gangguan progresif keluarga dan kehidupan sosial. Menurut American Psychiatric Association (APA), definisi adiksi internet adalah ketidakmampuan untuk mengendalikan penggunaan internet yang menyebabkan konsekuensi negatif dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut definisi dan pengertian kecanduan internet (internet addiction) dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Young (2010), kecanduan internet adalah sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat sedang online. 
  • Menurut Shaw dan Black (2008), kecanduan internet adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan keasyikan yang berlebihan atau tidak terkontrol, mendesak atau perilaku tentang penggunaan komputer dan akses internet yang menyebabkan gangguan atau distres. 
  • Menurut Salicetia (2015), kecanduan internet adalah suatu keadaan patologis atau gangguan karena terlalu sering menggunakan internet termasuk berbagai perilaku dan pengendalian impuls dalam menggunakan internet yang ditandai dengan pre-okupasi yang berlebihan atau kurangnya kontrol, keinginan, dan/atau perilaku penggunaan internet yang mengakibatkan gangguan atau tekanan di beberapa kehidupan penting. 
  • Menurut Pontes dkk (2015), kecanduan internet adalah spektrum gangguan obsesif kompulsif yang melibatkan pola penggunaan komputer secara daring maupun luring secara berlebihan yang menimbulkan gejala ketergantungan, toleransi dan dampak negatif.
  • Menurut Davis (2001), kecanduan internet adalah ketidakmampuan individu untuk mengontrol penggunaan internetnya, yang dapat menyebabkan terjadinya masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu tersebut.

Aspek-Aspek Kecanduan Internet 

Menurut Young (2010), aspek-aspek kecanduan internet adalah sebagai berikut:

  1. Ciri khas (salience). Biasanya dikaitkan dengan pikiran-pikiran yang berlebihan secara mencolok terhadap internet, berkhayal atau berfantasi mengenai internet. 
  2. Penggunaan yang berlebihan (excessive use). Penggunaan internet yang terlalu berlebihan biasanya dikaitkan dengan hilangnya pengertian tentang penggunaan waktu atau pengabaian kebutuhan-kebutuhan dasar dalam kehidupannya. Individu biasanya menyembunyikan waktu online (waktu yang digunakan untuk mengakses internet) dari keluarga atau orang terdekat. 
  3. Pengabaian pekerjaan (neglect to work). Individu mengabaikan pekerjaannya karena aktivitas internet, sehingga produktivitas dan kinerjanya menurun karena berinternet. 
  4. Antisipasi (anticipation). Internet digunakan sebagai strategi coping dari masalah, yaitu sarana untuk melarikan diri atau mengabaikan permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata. Akibatnya, lama kelamaan aktivitas internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam hidup sehingga mendominasi pikiran, perasaan, dan perilaku. 
  5. Ketidakmampuan mengontrol diri (lack of control). Ketidakmampuan dalam mengontrol diri sendiri mengakibatkan bertambahnya waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas dengan internet, baik dalam bentuk frekuensi maupun durasi waktu. 
  6. Mengabaikan kehidupan sosial (neglect to social life). Individu mengabaikan kehidupan sosialnya, yaitu sengaja mengurangi kegiatan sosial atau rekreasi demi mengakses internet. Individu yang banyak menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas yang ada kaitannya dengan internet, akan mengurangi aktivitasnya di luar aktivitas yang berkaitan dengan internet.

Sedangkan menurut Kuss dan Griffiths (2015), adiksi internet ditandai dengan beberapa aspek atau karakteristik sebagai berikut: 

  1. Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu, perasaan (merasa sangat butuh) dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan selalu memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet.
  2. Mood modification. Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping. 
  3. Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya peningkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. 
  4. Withdrawal symptoms. Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya mudah marah, cemas atau tubuh bergoyang). 
  5. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik inter-personal), konflik dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri (konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet. 
  6. Relapse. Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan internet setelah adanya kontrol. 

Klasifikasi Kecanduan Internet 

Menurut Salicetia (2015), kecanduan internet dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 

  1. Cybersexual Addiction. Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa. 
  2. Cyber-Relationship Addiction. Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan sering kali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual. 
  3. Net compulsions. Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online, belanja online, dan perdagangan online. 
  4. Information Overload. Information overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif juga dikenal sebagai kecanduan informasi yang berlebihan. Banyaknya informasi di internet menciptakan perilaku kompulsif baru yang terkait dengan berselancar web atau pencarian basis data. Orang kecanduan menggunakan lebih banyak waktu untuk mencari dan mengatur data. Kecenderungan obsesif-kompulsif dan pengurangan produktivitas kerja yang terkait dengan jenis kecanduan. 
  5. Computer Addiction. Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat obsesif. Di tahun 80-an, permainan komputer seperti Solitaire dan Minesweeper yang diprogram ke dalam komputer dan peneliti menemukan bahwa perilaku obsesif permainan komputer menjadi bermasalah dalam organisasi.

Dampak Kecanduan Internet 

Menurut Young (1996), kecanduan internet atau internet addiction dampak atau efek tidak baik bagi kehidupan seseorang, antara lain yaitu sebagai berikut: 

  1. Akademik. Pelajar menjadi sulit untuk menyelesaikan tugas, belajar untuk menghadapi ujian, dan kurang tidur akibat penggunaan internet yang berlebihan di malam hari. Selain itu, penggunaan internet berlebihan pada pelajar menyebabkan menurunnya prestasi bahkan dikeluarkan dari sekolah. 
  2. Hubungan inter personal. Hubungan seperti pernikahan, hubungan orang tua dengan anak, dan hubungan yang sangat dekat juga dapat terganggu akibat penggunaan internet berlebihan. Seseorang dengan internet addiction secara bertahap akan mengurangi waktu untuk bersosialisasi di dunia nyata. Pada ibu rumah tangga dijumpai adanya kelalaian dalam menjaga anaknya. 
  3. Finansial. Masalah finansial dijumpai akibat biaya penggunaan internet yang berlebihan tetapi sekarang dengan adanya penurunan tarif online menyebabkan pengguna dapat bebas menggunakan internet tanpa harus memikirkan biaya yang dikeluarkan. 
  4. Pekerjaan. Pekerja cenderung menggunakan jasa internet perusahaan untuk mengakses kebutuhan pribadi pada saat jam kerja. Hal ini menyebabkan para pekerja tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. 
  5. Fisik. Pengguna internet cenderung menjadi kurang tidur sehingga menyebabkan keletihan yang berlebihan dan menurunkan imun pengguna internet. Penggunaan internet berlebihan juga meningkatkan risiko terjadinya keletihan mata, nyeri pinggang, dan carpal tunnel syndrome.

Faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Internet 

Menurut Young (2010) dan Montag dan Reuter (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecanduan internet pada seseorang, yaitu sebagai berikut:

a. Gender 

Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut mengalami kecanduan internet. Laki-laki lebih sering mengalami kecanduan terhadap game online, situs porno, dan perjudian online, sedangkan perempuan lebih sering mengalami kecanduan terhadap chatting dan berbelanja secara online.

b. Kondisi Ekonomi 

Individu yang telah bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kecanduan internet dibandingkan individu yang belum bekerja. Hal ini didukung bahwa individu yang telah bekerja memiliki fasilitas internet di kantornya dan juga memiliki sejumlah gaji yang memungkinkan individu tersebut memiliki fasilitas komputer dan internet juga di tempat tinggalnya.

c. Faktor Sosial 

Kesulitan dalam melakukan komunikasi inter personal atau individu yang mengalami permasalahan sosial dapat menyebabkan penggunaan internet yang berlebih. Hal tersebut disebabkan individu merasa kesulitan dalam melakukan komunikasi melalui face to face, sehingga individu akan lebih memilih menggunakan internet untuk melakukan komunikasi karena dianggap lebih aman dan lebih mudah daripada dilakukan secara face to face. Rendahnya kemampuan komunikasi dapat juga menyebabkan rendahnya harga diri yang menyebabkan mengisolasi diri yang kemudian mengarah dalam permasalahan dalam hidup seperti kecanduan pada internet.

d. Faktor Psikologis 

Kecanduan internet dapat disebabkan karena individu mengalami permasalahan psikologis, seperti depresi, kecemasan, obsesive compulsive disorder (OCD), penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan beberapa sindrom yang berkaitan dengan gangguan psikologis. Internet memungkinkan individu untuk melarikan diri dari kenyataan, menerima hiburan atau rasa senang dari internet. Hal ini akan menyebabkan individu terdorong untuk lebih sering menggunakan internet sebagai pelampiasan dan akan membuat kecanduan.

e. Faktor Biologis 

Penelitian yang dilakukan oleh Montag & Reuter (2015) dengan menggunakan functional magnetic resonance image (Fmri) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan fungsi otak antara individu yang mengalami kecanduan internet dengan yang tidak. Individu yang mengalami kecanduan internet menunjukkan bahwa dalam memproses informasi jauh lebih lambat, kesulitan dalam mengontrol dirinya dan memiliki kecenderungan kepribadian depresi.

Daftar Pustaka

  • Young, K.S. 2010. Internet Addivtion: A Handbook and Guide to Evaluation and Treatment. Canada: John Wiley & Sons.
  • Young, K.S. 1999. Internet Addiction: Symptoms, Evaluation, and Treatment. Innovations in Clinical Practice. Florida: Professional Resource Press.
  • Young, K.S. 1996. Internet Addiction: The Emergence of A New Clinical Disorder. Cyberpsychology and Behavior, Vol.3.
  • Shaw, M., dan Black, D. 2008. Internet Addiction: Definition, Assessment, Epidemiology and Clinical Management. CNS Drugs, Vol.22, No.5.
  • Salicetia, F. 2015. Internet Addiction Disorder (IAD). Procedia - Social and Behavioral Sciences. 
  • Pontes, H.M., Kuss, D.J. & Griffiths, MD. 2015. Clinical Psychology of Internet Addiction: A Review of It's Conceptualization, Prevalence, Neuronal Processes, and Implications for Treatment. Dove Press Journal Neuroscience and Neuroeconomics, Vol.4.
  • Davis, R.A. 2001. A Cognitive-Behavioral Model of Pathological Internet Use. Computers in Human Behavior.
  • Kuss, D.J., & Griffiths, M.D. 2015. Internet Addiction In Psychotherapy. Europe: Palgrave Macmillan.
  • Montag, C., & Reuter, M. 2015. Molecular Genetics, Personality and Internet Addiction. London: Springer International Publishing.
PERHATIAN
Jika ingin mengcopy-paste referensi dari KajianPustaka.com, mohon untuk menambahkan sumber rujukan di daftar pustaka dengan format berikut:
Riadi, Muchlisin. (). Kecanduan internet (Pengertian, Aspek, Jenis, Dampak dan Faktor yang Mempengaruhi). Diakses pada , dari https://www.kajianpustaka.com/2021/01/kecanduan-internet.html